Laman

Minggu, 24 Oktober 2010

Makalah Psikologi mengenai faktor sosial, ekonomi, dan budaya pada ibu hamil

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kehamilan adalah suatu proses alamiah bagi seorang wanita. Wanita dianggap sempurna bila ia bisa memberikan keturunan.
Kehamilan dapat berlangsung secara fisiologi, namun bila kurang memperhatikan faktor-faktor disekitarnya, kehamilan tersebut dapat menjadi patologi.
Untuk itu, komplikasi harus dicegah sedini mungkin dengan mengupayakankeseimbangan internal dan eksternal.
Memperhatikan faktor lingkungan, sosial, budaya, ekonomi terhadap kebisaan adat istiadat, fasilita kesehatan dan ekonomi merupakan hal yang sangat penting.
Penyusunan makalah ini, kami harapkan dapat menjadi salah satu acuan sehingga ibu dapat menjalani proses kehamilan dan persalinan dengan resiko serendah mungkin.
B. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, kami merumuskan bahwa “apakah faktor osial, budaya, dan ekonomi mempengaruhi ibu hamil”
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui apakah fakto sosial, budaya, dan ekonomi mempengaruhi kegiatan kseharian ibu hamil. Dan apakah pengaruhnya.
2. Tujuan khusus
Dapat mengetahui dan mengidentifikasi pengaruh faktor sosial, budaya, dan ekonomi terhadap ibu hamil
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dari makalah yang berjudul “Faktor sosial,ekonomi, dan budaya yang mempengaruhi kehamilan” ada tiga. Ketiga manfaat itu diantaranya ialah sebagai berikut :
1. Aspek Teori
Sebagai dasar untuk peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh faktor sosial, ekonomi, dan budaya pada ibu hamil.

2. Aspek Aplikatif
a. Bagi Petugas Kesehatan
Dapat memberikan masukan dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan sosialisasi pada ibu hamil dan memberikan jawaban atas konsultasi pasien.
b. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan informasi tentang berbagai tindakan yang harus dilakukan saat disekitar lingkungan mereka ada seorang ibu hamil.

BAB II
PEMBAHASAN

Faktor- faktor ini mempengaruhi kehamilan dan segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan, dan tentu segi ekonomi. Gaya hidup sehat adalah gaya hidup yang digunakan ibu hamil. Seorang ibu hamil, tidak merokok bahkan bila perlu selalu menghidari asap rokok kapan dan dimanapun dia berada. Perilaku makan juga harus diperhatikan, terutama yang berhubungan dengan adat istiadat. Jika ada makanan yang dipantang adat padahal baik untuk untuk ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi. Yang tidak kalah penting untuk personal hygiene, ibu hamil harus menjaga bersihan dirinya, mengganti pakaian dalamnya setiap kali terasa lembab, menggunakan bra yang menunjang payudara, dan pakaian yang menyerap keringat. Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang sehat.
Yang perlu diperhatikan :
adalah bahwa kehamilan bukanlah suatu keadaan patologis yang berbahaya. Kehamilan merupakan proses fisiologis yang akan dialami oleh wanita usia subur , dengan demikian kehamilan harus dipersiapkan sedemikian rupa agar dapat berlangsung dengan aman.

A. Faktor lingkungan adat dan budaya
Lingkungan adat ini meliputi berbagai kegiatan yang dilakukan secara turun temurun sejak dahulu ada dan dijaga baik proses dan tata caranya hingga sekarang yang tentunya dikhususkan pada ibu hamil. Kegiatan tersebut diantaranya adalah :
1. Mitos
Mitos ialah suatu kepercayaan yang melekat pada disuatu lingkungan masyarakat tetentu pada daerah tertentu. Mitos bersifat local atau hanya pada daerah tertentu yang memegang teguh kepercayaan tersebut, kadang mitos berupa larangan atau hal yang harus dihindari karena mereka parcaya bila hal tersebut dilakukan akan berdampak pada kehidupan mereka atau akan terjadi hal buruk pada mereka. Di Indonesia, utamanya di pedesaan daerah Jawa berlaku begitu banyak mitos (larangan) seputar kehamilan yang beredar di masyarakat. Dari segi makanan, keseharian, tindak tanduk, ataupun semua hal yang berkaitan dengan keseharian si ibu hamil ataupun si jabang bayi. Tradisi ini amat kuat diterapkan oleh masyarakat. Beberapa mitos bahkan dipercaya sebagai amanat / pesan dari nenek moyang yang jika tidak ditaati akan menimbulkan dampak / karma yang tidak menyenangkan.
Padahal jika dinalar dengan akal sehat, diteliti dari segi medis, maupun dari segi aqidah, banyak mitos yang tidak berhubungan. Walaupun maksud dari nenek-nenek moyang semuanya adalah baik tetapi tidak semua dari nasehat atau pantangan kehamilan yang diberitahukan itu benar secara medis maupun ilmiah. Kebanyakan hanya berdasarkan mitos atau kepercayan saja daripada kenyataannya.
Pada dasarnya tujuan dari orang-orang terdahulu menciptakan mitos bermacam-macam tentang kehamilan hanyalah supaya si Ibu hamil maupun suaminya dapat menjaga kehamilan dengan baik. Tujuannya untuk menyiapkan kehamilan yang sehat. Sehingga bisa menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Terutama yang berkaitan dengan kebiasaan, konsumsi bahan makanan, dan sebagainya.
Berikut adalah beberapa mitos / adat istiadat Jawa yang berhubungan dengan kehamilan:

Tradisi masa kehamilan :
• Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang. Sebab, jika itu dilakukan, bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan perbuatannya itu.
Fakta: Tentu saja tak demikian. Cacat janin disebabkan oleh kesalahan/kekurangan gizi, penyakit, keturunan atau pengaruh radiasi. Sedangkan gugurnya janin paling banyak disebabkan karena penyakit, gerakan ekstrem yang dilakukan oleh ibu (misal benturan) dan karena psikologis (misalnya shock, stres, pingsan). Tapi, yang perlu diingat, membunuh atau menganiaya binatang adalah perbuatan yang tak bisa dibenarkan.
• Membawa gunting kecil / pisau / benda tajam lainnya di kantung baju si Ibu agar janin terhindar dari marabahaya
Fakta: Hal ini justru lebih membahayakan apabila benda tajam itu melukai si Ibu.
• Ibu hamil tidak boleh keluar malam, karena banyak roh jahat yang akan mengganggu janin.
Fakta: secara psikologis, Ibu hamil mentalnya sensitif dan mudah takut sehingga pada malam hari tidak dianjurkan bepergian.
Secara medis-biologis, ibu hamil tidak dianjurkan keluar malam terlalu lama, apalagi larut malam. Kondisi ibu dan janin bisa terancam karena udara malam kurang bersahabat disebabkan banyak mengendapkan karbon dioksida (CO2).
• Ibu hamil tidak boleh benci terhadap seseorang secara berlebihan, nanti anaknya jadi mirip seperti orang yang dibenci tersebut.
Fakta: Jelas ini bertujuan supaya Ibu yang sedang hamil dapat menjaga batinnya agar tidak membenci seseorang berlebihan.
• Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi kembar siam.
Fakta: Secara medis-biologis, lahirnya anak kembar dempet / kembar siam tidak dipengaruhi oleh makanan pisang dempet yang dimakan oleh ibu hamil. Jelas ini hanyalah sebuah mitos.
• “Amit-amit” adalah ungkapan yang harus diucapkan sebagai "dzikir"-nya orang hamil ketika melihat peristiwa yang menjijikkan, mengerikan, mengecewakan dan sebagainya dengan harapan janin terhindar dari kejadian tersebut.
Fakta: Secara psikologis, perilaku tersebu justru dapat berujung pada ketakutan yang tidak bermanfaat.
• Ngidam adalah perilaku khas perempuan hamil yang menginginkan sesuatu, makanan atau sifat tertentu terutama di awal kehamilannya. Jika tidak dituruti maka anaknya akan mudah mengeluarkan air liur.
• Dilarang makan nanas, nanas dipercaya dapat menyebabkan janin dalam kandungan gugur.
1. Fakta: Secara medis-biologis, Getah nanas muda mengandung senyawa yang dapat melunakkan daging. Tetapi buah nanas yang sudah tua atau disimpan lama akan semakin berkurang kadar getahnya. Demikian juga nanas olahan. Yang pasti nanas mengandung vitamin C (asam askorbat) dengan kadar tinggi sehingga baik untuk kesehatan.
• Jangan makan buah stroberi, karena mengakibatkan bercak-bercak pada kulit bayi.
Fakta: Tak ada kaitan bercak pada kulit bayi dengan buah stroberi. Yang perlu diingat, jangan makan stroberi terlalu banyak, karena bisa sakit perut. Mungkin memang bayi mengalami infeksi saat di dalam rahim atau di jalan lahir, sehingga timbul bercak-bercak pada kulitnya.
• Jangan makan ikan mentah agar bayinya tak bau amis.
Fakta: Bayi yang baru saja dilahirkan dan belum dibersihkan memang sedikit berbau amis darah. Tapi ini bukan lantaran ikan yang dikonsumsi ibu hamil, melainkan karena aroma (bau) cairan ketuban. Yang terbaik, tentu saja makan ikan matang. Karena kebersihannya jelas terjaga ketimbang ikan mentah.
Jangan minum air es agar bayinya tak besar. Minum es atau minuman dingin diyakini menyebabkan janin membesar atau membeku sehingga dikhawatirkan bayi akan sulit keluar.
Fakta: Sebenarnya, yang menyebabkan bayi besar adalah makanan yang bergizi baik dan faktor keturunan. Minum es tak dilarang, asal tak berlebihan. Karena jika terlalu banyak, ulu hati akan terasa sesak dan ini tentu membuat ibu hamil merasa tak nyaman. Lagipula segala sesuatu yang berlebihan akan selalu berdampak tak baik.
• Wanita hamil dianjurkan minum minyak kelapa (satu sendok makan per hari) menjelang kelahiran. Maksudnya agar proses persalinan berjalan lancar.
Fakta: Ini jelas tidak berkaitan. Semua unsur makanan akan dipecah dalam usus halus menjadi asam amino, glukosa, asam lemak, dan lain-lain agar mudah diserap oleh usus.
2. Upacara Adat Masa Kehamilan
1. Upacara Mengandung Empat Bulan

Dulu Masyarakat Jawa Barat apabila seorang perempuan baru mengandung 2 atau 3 bulan belum disebut hamil, masih disebut mengidam. Setelah lewat 3 bulan barulah disebut hamil. Upacara mengandung Tiga Bulan dan Lima Bulan dilakukan sebagai pemberitahuan kepada tetangga dan kerabat bahwa perempuan itu sudah betul-betul hamil.
Namun sekarang kecenderungan orang-orang melaksanakan upacara pada saat kehamilan menginjank empat bulan, karena pada usia kehamilan empat bulan itulah saat ditiupkannya roh pada jabang bayi oleh Allah SWT. Biasanya pelaksanaan upacara Mengandung empat Bulan ini mengundang pengajian untuk membacakan do’a selamat, biasanya doa nurbuat dan doa lainnya agar bayinya mulus, sempurna, sehat, dan selamat.
2. Upacara Mengandung Tujuh Bulan/Tingkeban

Upacara Tingkeban adalah upacara yang diselenggarakan pada saat seorang ibu mengandung 7 bulan. Hal itu dilaksanakan agar bayi yang di dalam kandungan dan ibu yang melahirkan akan selamat. Tingkeban berasal dari kata tingkeb artinya tutup, maksudnya si ibu yang sedang mengandung tujuh bulan tidak boleh bercampur dengan suaminya sampai empat puluh hari sesudah persalinan, dan jangan bekerja terlalu berat karena bayi yang dikandung sudah besar, hal ini untuk menghindari dari sesuatu yang tidak diinginkan. Di dalam upacara ini biasa diadakan pengajian biasanya membaca ayat-ayat Al-Quran surat Yusuf, surat Lukman dan surat Maryam.
Di samping itu dipersiapkan pula peralatan untuk upacara memandikan ibu hamil , dan yang utama adalah rujak kanistren yang terdiri dari 7 macam buah-buahan. Ibu yang sedang hamil tadi dimandikan oleh 7 orang keluarga dekat yang dipimpin seorang paraji secara bergantian dengan menggunakan 7 lembar kain batik yang dipakai bergantian setiap guyuran dan dimandikan dengan air kembang 7 rupa. Pada guyuran ketujuh dimasukan belut sampai mengena pada perut si ibu hamil, hal ini dimaksudkan agar bayi yang akan dilahirkan dapat berjalan lancar (licin seperti belut). Bersamaan dengan jatuhnya belut, kelapa gading yang telah digambari tokoh wayang oleh suaminya dibelah dengan golok. Hal ini dimaksudkan agar bayi yang dikandung dan orang tuanya dapat berbuat baik lahir dan batin, seperti keadaan kelapa gading warnanya elok, bila dibelah airnya bersih dan manis. Itulah perumpamaan yang diharapkan bagi bayi yang dikandung supaya mendapatkan keselamatan dunia-akhirat.
Sesudah selesai dimandikan biasanya ibu hamil didandani dibawa menuju ke tempat rujak kanistren tadi yang sudah dipersiapkan. Kemudian sang ibu menjual rujak itu kepada anak-anak dan para tamu yang hadir dalam upacara itu, dan mereka membelinya dengan menggunakan talawengkar, yaitu genteng yang sudah dibentuk bundar seperti koin. Sementara si ibu hamil menjual rujak, suaminya membuang sisa peralatan mandi seperti air sisa dalam jajambaran, belut, bunga, dsb. Semuanya itu harus dibuang di jalan simpang empat atau simpang tiga. Setelah rujak kanistren habis terjual selesailah serangkaian upacara adat tingkeban.
3. Upacara Mengandung Sembilan Bulan

Upacara sembuilan bulan dilaksanakan setelah usia kandungan masuk sembilan bulan. Dalam upacara ini diadakan pengajian dengan maksud agar bayi yang dikandung cepat lahir dengan selamat karena sudah waktunya lahir. Dalam upacara ini dibuar bubur lolos, sebagai simbul dari upacara ini yaitu supaya mendapat kemudahan waktu melahirkan, lolos. Bubur lolos ini biasanya dibagikan beserta nasi tumpeng atau makanan lainnya.
4. Upacara Reuneuh Mundingeun

Upacara Reuneuh Mundingeun dilaksanakan apabila perempuan yang mengandung lebih dari sembilan bulan,bahkan ada yang sampai 12 bulan tetapi belum melahirkan juga, perempuan yang hamil itu disebut Reuneuh Mundingeun, seperti munding atau kerbau yang bunting. Upacara ini diselenggarakan agar perempuan yang hamil tua itu segera melahirkan jangan seperti kerbau, dan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Pada pelaksanaannya leher perempuan itu dikalungi kolotok dan dituntun oleh indung beurang sambil membaca doa dibawa ke kandang kerbau. Kalau tidak ada kandang kerbau, cukup dengan mengelilingi rumah sebanyak tujuh kali. Perempuan yang hamil itu harus berbuat seperti kerbau dan menirukan bunyi kerbau sambil dituntun dan diiringkan oleh anak-anak yang memegang cambuk. Setelah mengelilingi kandang kerbau atau rumah, kemudian oleh indung beurang dimandikan dan disuruh masuk ke dalam rumah. Di kota pelaksanaan upacara ini sudah jarang dilaksanakan.
5. Adat budaya
a. Masyarakat batak :
Bila ada bayi lahir dirumah sendiri, si ayah akan langsung membelah kayu dengan suara yang sangat keras dan akan membuka jendela dapur lbar-lebar dengan tujuan kayu yang tadi dibelah lalu dibakar supaya asapnya membumbung tinggi. Ini menjadi pertanda bahwa di rumah tersebut ada sebuah kehidupan baru
b. Agama lain
Adat atau budaya agama lain hampir sama atau serupa dengan agama islam tergantung lingkungan agama tersebut misalnya agama selain islam juga mengadakan syukuran bila kehamilan telah mencapai usia 4 bulan atau 7 bulan. Hanya saja bila dalam islam acara tasyakuran diisi dengan bacaat do’a-do’a yang ada dalam al-qur’an, agama lain dibacakan do’a-do’a menurut kepercayaan mereka
B. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial adalah lingkungan dimana ibu tinggal yang didalamnya meliputi anggota masyarakat beserta kegiatan yang terjadi didalamnya. Misalnya gaya hidup lingkungan keluarga. Lebih jelasnya ialah :
1. Gaya hidup
Gaya hidup adalah pola kegiatan masyarakat yang terjadi di lingkungan masyarakat. Gaya hidup masyarakat sekarang terutama didaerah perkotaan yang serba sibuk dan terburu-buru yang telah terjadi sekarang akan memperbesar kemungkinan bahkan kadang-kadang menyebabkan secara langsung aspek kehamilan yang sangat mengganggu si ibu. Aspek yang mengganggu itu seperti mual muntah, keletihan yang dapat membuat si ibu letih dan tentu saja sangat mengganggu kegiatan dan aktivitas si ibu.
a. Perokok
Merokok adalah suatu kegiatan yang akan sangat merugikan bagi ibu. Merokok akan mengganggu pertumbuhan janin dan dapat menurunkan BL. Selain dapat menurunkan BB bayi dalam kandungan karena terganggu perkembangan dan pertumbuhannya, merokok juga dapat menjadikan persalinan preeferm, dan kematian perinatal. Faktor lingkungan yang mendukung akan dan paling tidak menurunkan kebiasaan merokok.
2. Dukungan dari suami dan keluarga
Dukungan dari keluarga amat penting untuk kestabilan psikis ibu. Terutama dukungan dari suami. Dukungan yang ibu perlukan tidak hanya dari suami, hendaknya dari keluarga dan lingkungan sekitar ibu hamil. Karena bila tidak ada dukungan ibu akan merasa stress dan stress tersebut dapat mengganggu kesehatan ibu dan mengganggu perkembangan janin.
3. Fasilitas Kesehatan.
Pemanfaatan pelayanan antenatal care dan sejumlah ibu hamil di Indonesia belum .sepenuhnya sesuai dengan pedoman yang di tetapkan. Hal ini cenderung menyulitkan tenaga kesehatan dalam melekukan pembinaan pemeliharaan kesehatan ibu hamil secara teratur dan menyeluruh, termasuk deteksi dini terhadap faktor resiko kehamilan yang penting segera di tangani. Kurangnya pemanfaatan antenatal care oleh ibu hamil ini berhubungan dengan faktor-faktor :
A. Predis posisi (predis porsing factors)
Terwujud dalam pendidikan jumlah anak, pendidikan suami, sikap, umur, pekerjaan, pendataan, pengetahuan ibu hamil dan sebagaimnya.
B. Pemungkin atau pendukung (enabling factors)
Terwujud dalam jarak fisik lokasi, biaya antenatal care, fasilitas pelayanan antenatal care, waktu tunggu dan sebagainya.
C. Penguat (reinforcing factors )
terwujud dalam perilaku petugas pelayanan antenatal care, sikap petugas pelayanan antenatal care, sikap tokoh masyarakat.
Dampak dari kurangnya pembinaan pemeliharaan kesehatan ibu hamil akan menimbulkan kerugian tidak saja pada ibu hamil itu sendiri tetapi juga pengaruh buruk bagi anak yang akan dilahirkan
Penyebab kematian ibu di Indonesia antara lain :
1. Perdarahan
2. Infeksi dan eklamsia
3. Anemia
4. Terlalu muda atau tua,sering dan banyak
Macam-macap fasilitas kesehatan :
A. PUSKESMAS
Puskesmas adalah pusat kesehatan masyarakat yang bertempat di kecamatan dimaksudkan sebagai pengganti keberadaan rumah sakit dan klinik2 kesehatan yang bertanggung jawab atas kesehatan rakyat.
puskesmas adalah juga instansi pemerintah yang wajib bertanggung jawab atas kesejahteraan kesehatan masyarakat terutama ibu dan anak di setiap kecamatannya, terlebih lagi pada daerah-daerah pedalaman yang sulit untuk menjangkau rumah sakit dikarenakan akses trhadap infrastruktur desa yang masih sangat kurang.

Tujuan:
• sebagai sarana bertukar informasi mengenai perkembangan dan kondisi puskesmas
• meningkatkan motivasi dalam pengembangan puskesmas
• membangun semangat kerjasama dalam membangun kesehatan masyarakat indonesia.

Sasaran pelayanan di klinik keperawatan adalah kasus-kasus yang memerlukan asuhan keperawatan yang terdiri dari :
1. Sasaran prioritas
Sasaran prioritas individu adalah usia lanjut, penderita penyakit menular (a.l TB
Paru, Kusta, Malaria, Demam Berdarah, Diare, Ispa,/Penumonia), penderita
penyakit degeneratif. Sasaran prioritas ini kemudian akan dilakukan tindak lanjut
dengan kunjungan rumah untuk mengurangi potensi penyebaran penyakit,
ketidak teraturan minum obat, dan meminimalkan bertambah buruknya kondisi
pasien karena faktor lain di lingkungan tempat tinggal.

2. Sasaran non prioritas
Adalah sasaran yang perlu mendapatkan asuhan keperawatan sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari pelayanan pengobatan ataupun pelayanan kesehatan
lainnya. Antara lain : jahit luka, perawatan luka, ganti balutan, kontrol pasca
operasi, perawatan luka bakar, pembersihan kotoran ditelinga, circumcisi/kithan,
pemasangan kateter, pemeriksaan rekam jantung, oksigenasi, dan tindakan lain
sesuai dengan ketersediaan sarana di masing-masing Puskesmas.
Masyarakat golongan ekonomi lemah selalu diidentikkan dengan kelompok orang miskin. Pengidentifikasian ini didasarkan pada rendahnya tingkat pendidikan dan ketrampilan, rendahnya tingkat kesehatan, rendahnya tingkat produktivitas dan minimnya permodalan menjadi faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat pendapatan, rendahnya daya tabung dan juga rendahnya posisi tawar dengan pihak luar. Masing-masing seperti mata rantai yang membentuk lingkaran kemiskinan yang tidak berujung pangkal, yang pada akhirnya berdampak pada penurunan pendapatan per kapita. Kondisi ini yang melatarbelakangi Yayasan Indonesia Sejahtera (YIS) berperan serta dalam membantu meningkatkan kemampuan golongan ekonomi lemah dalam memanfaatkan sumber-sumber keuangan dan potensi sumber daya yang ada sebagai upaya peningkatan pendapatan masyarakat. Penekanan masyarakat miskin sebagai subyek bukan obyek menjadikan mereka mampu mengidentifikasi permasalahannya sendiri dan mencari alternatif pemecahannya dengan menggali sumber-sumber daya yang mereka miliki.

Lewat Program Kredit Pedesaan yang telah dirintis sejak tahun 1984, YIS mencoba mengembangkan pola pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi untuk memutus lingkaran kemiskinan terutama dari sisi permodalan. Masyarakat desa mempunyai keterbatasan dalam mengakses sumber-sumber dana dari lembaga perbankan yang bisa dimanfaatkan. Suku bunga bank yang masih tinggi, Sistem dan prosedur yang berbelit-belit, waktu pencairan kredit terlalu lama dan biaya pelayanan yang harus ditanggung bank akan menjadi mahal karena sulitnya menjangkau masyarakat di pedesaan.
Program dilaksanakan dengan pendekatan kelompok melalui pembentukan Kelompok-kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dengan pendampingan menyeluruh, baik manajemen keuangan maupun organisasi. Berbagai model pendampingan terus dikembangkan seperti Grameen Bank dan bentuk-bentuk lain pendampingan, selain kerjasama dengan beberapa institusi pemerintah untuk mempercepat proses pemberdayaan.
Berbekal pengalaman yang dimiliki, YIS telah terlibat dengan beberapa kegiatan seperti Program Jaringan Pengaman Sosial (JPS), Proyek Hubungan Bank dengan KSM (PHBK), bekerjasama dengan Bank Indonesia dan Proyek Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP).
Dalam perjalanannya kemudian, selain membantu dalam penyediaan modal - bekerjasama dengan lembaga-lembaga keuangan, Program Pengembangan Ekonomi Rakyat ini juga dikembangkan menjadi program pengembangan ekonomi yang komprehensif, dengan memberikan konsultasi dalam analisa usaha, manajemen organisasi usaha, permodalan produksi, manajemen keuangan sampai pemasaran.

PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu elemen yang sangat penting misalnya dalam sistem informasi penanggulangan TBC. Untuk itu pencatatan & pelaporan perlu dibakukan berdasar klasifikasi dan tipe penderita. Semua unit pelaksana program penanggulangan TBC harus melaksanakan suatu sistem pencatatan dan pelaporan yang baku.

Formulir pencatatan dan laporan yang digunakan dalam penanggulangan TBC Nasional adalah:
TB 1. Kartu pengobatan TB
TB 2. Kartu identitas penderita
TB 3. Register TB kabupaten
TB 4. Register Laboratorium TB
TB 5. Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak
TB 6. Daftar tersangka penderita (suspek) yang diperiksa dahak SPS
TB 7. Laporan Triwulan Penemuan Penderita Baru dan Kambuh
TB 8. Laporan Triwulan Hasil Pengobatan Penderita TB Paru yang terdaftar 12 - 15
bulan lalu
TB 9. Formulir rujukan/pindah penderita
TB 10. Formulir hasil akhir pengobatan dari penderita TB pindahan
TB 11. Laporan Triwulan Hasil Pemeriksaan Dahak Akhir Tahap Intensif untuk
penderita terdaftar 3 - 6 bulan lalu
TB 12. Formulir Pengiriman Sediaan Untuk Cross Check
TB 13. Laporan Penerimaan dan Pemakaian OAT di kabupaten
Disamping formulir tersebut diatas terdapat formulir sebagai berikut:
Rekapitulasi TB.07 kabupaten / kota ( blok 1 & blok 2 )
Rekapitulasi TB.08 kabupaten / kota (Penderita Baru BTA positif, Penderita Kambuh
dan Penderita Baru BTA negatif Röntgen positif)
Rekapitulasi TB.12 kabupaten / kota dan propinsi
Rekapitulasi TB.11 Per kabupaten / kota dan propinsi (Penderita Baru BTA Positif,
Penderita Kambuh, dan Gagal).
Rekapitulasi TB.13 propinsi.
Pencatatan dan pelaporan pada masing-masing tingkat pelaksana.

PENCATATAN DI UNIT PELAYANAN KESEHATAN
UPK misalnya Puskesmas, Rumah Sakit, BP4, klinik dan dokter praktek swasta dalam melaksanakan pencatatan dapat menggunakan formulir sebagai berikut:
1.1.Daftar tersangka penderita (suspek) yang diperiksa dahak SPS (TB.06),
1.2.Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak (TB.05),
1.3.Kartu pengobatan TB (TB.01),
1.4.Kartu identitas penderita (TB.02),
1.5.Formulir rujukan/pindah penderita (TB.09)
1.6.Formulir hasil akhir pengobatan dari penderita TB pindahan (TB.10).
UPK diharuskan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilaksanaÂkan dan tidak diwajibkan membuat laporan.
Petugas kabupaten/kota akan mengambil data yang dibutuhkan dan mengisi dalam buku Register TB Kabupaten (Form TB.03) sebagai bahan laporan yang pelakÂsanaannya dilakukan secara rutin.
UPK yang banyak penderitanya, misalnya rumah sakit, dapat menggunakan buku pencatatan seperti Buku Register TB Kabupaten (TB.03), tetapi untuk nomor register diisi sesuai dengan nomor register yang diberikan oleh kabuÂpaten / kota.

PENCATATAN DI LABORATORIUM PRM / PPM / RS / BP4
Laboratorium yang melakukan pewarnaan dan pembacaan sedian dahak BTA menggunakan formulir pencatatan sebagai berikut:
Register Laboratorium TB (Formulir TB.04)
Formulir Permohonan Laboratorium TB Untuk Pemeriksaan Dahak (TB.05) bagiÂan bawah (mengisi hasil pemeriksaan
PENCATATAN DAN PELAPORAN DI KABUPATEN / KOTA

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menggunakan formulir pencatatan dan pelaporan sebagai berikut:
Register TB kabupaten (Formulir TB.03)
Laporan Triwulan Penemuan Penderita Baru dan Kambuh (Formulir TB.07)
Laporan Triwulan Hasil Pengobatan (Formulir TB.08)
Laporan Triwulan Hasil Konversi Dahak Akhir Tahap Intensif (Formulir TB.11)
Formulir Pemeriksaan Sediaan untuk Cross Check (Formulir TB.12)
Rekapitulasi TB.12 kabupaten (Analisis Hasil Cross Check kabupaten)
Laporan Penerimaan dan Pemakaian OAT di daerah Kabupaten/Kota (Formulir TB.13)

PENCATATAN DAN PELAPORAN DI PROPINSI
Propinsi menggunakan formulir pencatatan dan pelaporan sebagai berikut:
Rekapitulasi TB.07 blok 1 per kabupaten/ kota.
Rekapitulasi TB.07 blok 2 per kabupaten/ kota.
Rekapitulasi TB.08 yang dibuat tersendiri untuk tiap tipe penderita per kabupaten/ kota.
Rekapitulasi TB.11 yang dibuat tersendiri untuk tiap tipe penderita per kabupaten/ kota.
Rekapitulasi TB.12 propinsi (Rekapitulasi Analisis Hasil Cross Check propinsi) per kabupaten/ kota

B. Rumah sakit
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang parmanen menyelenggarakan pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.


Tujuan Pelayanan
Mengabdi sesama yang menderita dan sakit, agar nama Tuhan semakin dimuliakan dengan:
Mengantar masyarakat mencapai status kesehatan yang optimal melalui pendekatan layanan holistik [menyeluruh] yang meliputi aspek biologis, psikologis, sosial, spiritual and intelektual.
Menciptakan budaya kerja yang dipenuhi buah penghayatan iman sejati guna mewujudkan pengabdian yang penuh kasih, saling menghargai, membela hak hidup setiap insan, dan sekaligus mewujudkan kesejahteraan umum bagi seluruh karyawan secara wajar.
Mengupayakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran bagi seluruh lapisan masyarakat.

Tipe rumah sakit di Indonesia terdiri dari :
1. Rumah sakit umum
2. Rumah sakit terspesialisasi
3. Rumah sakit penelitian atau pendidikan
4. Rumah sakit lembaga atau perusahaan
5. Klinik
Perubahan kelas rumah sakit dapat saja terjadi sehubungan dengan turunnya kinerja rumah sakit yang ditetapkan oleh menteri kesehatan Indonesia, melalui keputusan Dirjen Pelayanan Medik.

Sasaran pelayanan / macam-macam pelayanan yang diberikan :
1. Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis
2. Pelaksanaan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis
3. Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman
4. Melaksanakan pelayanan medis khusus
5. Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan
6. Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi
7. Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial
8. Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan
9. Melaksanakan pelayanan penyuluhan rawat jalan
Atau rawat darurat dan rawat tinggal.

C. Faktor ekonomi
Aspek financial ini potensial menjadi masalah, misalnya ibu hamil yang suminya belum bekerja atau berhenti kerja ataupun yang penghasilannya kurang otomatis, ibu akan mencoba membantu mengurangi beban suami dengan bekerja ini tentu sangat beresiko bagi ibu yang sedang hamil, karena bagi ibu yang kandungannya tergolong lemah akan mudah abortus dan tentunya itu sangat merugikan bagi ibu.
Ada pula bila ibu tinggal ditempat yang kumuh, dan rumah kontrakan yang sempit. Keadaan ini sangat tidak nyaman bagi ibu, dan pada akhirnya akan membuat ibu stress dan tergaggu psikisnya.
Keadaan ibu hamil yang ada pada posisi :
1. Ekonomi bawah
2. Ekonomi tengah
3. Ekonomi atas
Meliputi kondisi kesehatan, frekuensi ANC, tempat periksa,dan asupan nutrisi selama hamil ialah sebagai berikut :
a) Ibu hamil dari ekonomi bawah
Kondisi kesehatan ibu hamil dari ekonomi bawah biasanya kurang. Ini bisa disebabkan karena kurangnya fasilitas kesehatan yang tersedia atau karena kurangnya dana bagi ibu dan bisa juga karena kurangnya pengetahuan si ibu untuk menjaga kesehatannya. Frekuensi ANC bagi ibu hamil yang berasal dari ekonomi bawah ini, jarang atau bahkan tidak memeriksakan kehamilannya karena keterbatasan dana, dan pengetahuan ibu untuk memeriksakan kondisi kehamilannya. Ibu mungkin akan berkunjung ke rumah bidan untuk memeriksakan kondisi kehamilanya bila merasakan adanya hal yang tidak beres pada kehamilannya. Asupan nutrisi ibu hamil ini tentunya kurang karena janin yang ada di kandungan membutuhkan banyak sekali nutrisi sdangkan untuk makan pun hanya bisa satu kali sehari.
b) Ibu hamil dari ekonomi menengah
Kondisi kesehatan ibu hamil dari ekonomi menengah umumnya cukup. Ini disebabkan karena baik dari fasilitas kesehatan yang tersedia atau karena dana bagi ibu yang memadai bgi iu untuk memeriksakan kehamilannya dan bisa juga karena ibu berpengetahuan untuk menjaga kesehatannya. Frekuensi ANC bagi ibu hamil yang berasal dari ekonomi menengah ini, cukup rutin setiap trimesternya untuk memeriksakan kondisi kehamilannya. Biasanya si ibu akn memeriksakan kehamilannya di bidan. Asupan nutrisi ibu hamil ini cukup bagi janin yang ada di kandungan, janin membutuhkan banyak sekali nutrisi. Ibu akan berusaha untuk bisa memenuhi kebutuhan nutrisi bagi janinnya karena dengan terpenuhinya nutrisi janin, janin akan berkembang maksimal.
c) Ibu hamil dari ekonomi atas
Kondisi kesehatan ibu hamil dari ekonomi atas umumnya baik. Ini disebabkan karena baik dari fasilitas kesehatan yang tersedia atau dana bagi ibu yang memadai bagi ibu untuk memeriksakan kehamilannya dan karena ibu berpengetahuan untuk menjaga kesehatannya. Frekuensi ANC bagi ibu hamil yang berasal dari ekonomi atas ini, rutin setiap trimesternya untuk memeriksakan kondisi kehamilannya. Ibu akan memeriksakan kondisi kehamilannya ke bidan atau dokter spesialis kandungan. Asupan nutrisi ibu hamil ini cukup bagi janin yang ada di kandungan, janin membutuhkan banyak sekali nutrisi. Ibu akan berusaha untuk bisa memenuhi kebutuhan nutrisi bagi janinnya karena dengan terpenuhinya nutrisi janin, janin akan berkembang maksimal. Selain asupan nutrisi, ibu hamil dari ekonomi atas ini juga melakukan senam hamil untuk menjaga kehamilannya baik dan berharap nantinya saat persalinan akan mudah.
BAB IV
Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian diatas, kami dapat menyimpulkan bahwa,baik fartor sosial, budaya ataupun ekonomi sangat berpengaruh pada kedaan ibu hamil. Sedikit saja dari kondisi-kondisi tertetu misalnya, faktor financial yang idak mendukung bisa membuat gangguan pada psikis ibu hamil. Si ibu akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan diri dan bayinya sebisa mungkin dengan bekerja untuk memenuhi kebutuhannya.
factor sosial juga berpengaruh pada kondisi ibu, karena bila dar kalangan lingkungan tidak mendukung, si ibu akan merasa ia terkucilkan dan mengakibatkan si ibu stress.
























BAB V
DAFTAR PUSTAKA

a. WWW.google.com
b. WWW.harunyahya.com/0761.htm1
c. infobidanfitri.blogspot.com/20/09/03

Tidak ada komentar:

Posting Komentar