Laman

Minggu, 24 April 2011

epidemiologi "pandemi"

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Pandemi berasal dari bahasa Yunani yaitu Pan artinya semua, demos artinya rakyat atau epidemi artinya global atau wabah global merupakan terjangkitnya penyakit menular pada banyak orang dalam daerah geografi yang luas.
Menurut organisasi kesehatan Dunia (WHO), suatu pandemi dikatakan terjadi bila syarat berikut terpenuhi :
• Timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal yang baru pada populasi bersangkutan
• Agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan sakit serius
• Agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan berkelanjutan pada manusia

2.2 Variabel
1. Tempat
a. Peternakan unggas
b. Area udara di sekitar unggas yang sakit
c. Lingkungan yang kumuh
d. Ligkungan yang kurang terjaga kebersihannya
e. Kandang unggas yang jarang dibersihkan
2. Waktu
a. Saat peralihan musim
b. Siklus flu burung adalah 40 tahun
• Pandemi pertama pada tahun 1918 dengan korban meninggal 40-50 juta orang di Spanyol
• Pandemi kedua pada tahun 1957 dengan korban meninggal 4-5 juta orang di Asia
• Pandemi ketiga pada tahun 1967 dengan korban meninggal 1 juta orang di Hongkong

3. Orang
a. Orang yang kontak dengan unggas yang sakit
b. Orang kekebalan terhadap virus flu burug lemah
c. Orang yang tidak mencuci tangan dengan benar setelah kontak dengan unggas yang sakit
d. Orang yang memakan hasil olahan daging unggas yang kurang matang saat dimasak.

2.3 Contoh
Pandemi flu burung
Menurut WHO, flu burung sudah ada sejak tahun 1878 di Italia. Flu burung tidak hanya menyerang Indonesia, tetapi juga di beberapa negara lain di benua Asia, Eropa, dan Afrika. Pengertian pandemi sendiri adalah wabah yang melampaui batas negara dan meliputi wilayah sampai satu benua atau lebih.
Dampak flu burung tidak hanya korban jiwa, namun juga kerugian materi. Kerugian materi tentu sangat dirasakan oleh pemilik/peternak unggas dan berpengaruh terhadap industri peternakan. Padahal industri peternakan unggas merupakan salah satu industri yang vital di Indonesia. Hal ini disebabkan kebutuhan akan daging dan telur unggas yang mempunyai gizi tinggi terus mengalami peningkatan setiap tahun. Industri perunggasan juga banyak menyerap tenaga kerja informal. Jika flu burung menyerang, maka unggas yang sudah terjangkit harus dimusnahkan. Pemusnahan unggas ini akan menghentikan industri peternakan dan berdampak pada pengangguran yang bertambah. Pemerintah harus mewaspadai isu flu burung. Jika tidak dilakukan akan membuat persaingan yang tidak sehat antar sesama peternak unggas.
Penularan secara airborne berarti manusia menghirup udara yang sudah mengandung virus ke dalam saluran pernapasannya. Kita tidak tahu dan tidak merasakan saat menghirup udara bervirus flu burung. Kita harus mewaspadai udara di sekitar lokasi yang sudah dijangkiti flu burung sebagai wilayah yang berisiko pencemaran virus. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak langsung melalui tangan. Kontak langsung dengan menyentuh, memegang, atau bersinggungan dengan semua yang sudah tercemar virus, termasuk saat berkontak dengan unggas atau telurnya. Dengan cara itu virus mencemari tangan, tubuh, dan segala yang dikenakan manusia. Bila tangan manusia yang sudah tercemar virus tidak dibasuh dan kemudian berkontak dengan liang hidungnya sendiri, virus bisa memasuki saluran pemapasan

2.4 Intervensi
1. Jelaskan pada masyarakat setempat tentang penyakit flu burung
Rasional : Untuk menambah pengetahuan
2. Berikan vaksin anti flu burung atau dengan penyemprotan desinfektan keunggas
Rasional : Untuk mengurangi penyebaran virus
3. Pastikan peralatan kandang yang steril
Rasional : Untuk menekan penyebaran virus
4. Jaga kebersihan diri dan peternakan unggas
Rasional : Untuk menjaga personal higien
5. Pastikan kendaraan yang berasal dari wilayah terjangkit flu burung dilarang masuk kewilayah yang terjangkit
Rasional : Untuk menekan penyebaran virus
6. Lakukan pengawasan teratur terhadap peternakan unggas
Rasional : Agar temuan flu burung tidak bertambah banyak
7. Lakukan pengaturan jarak peternakan unggas dengan masyarakat
Rasional : Agar masyarakat tidak mudah terjangkit virus flu burung.

2.5 Implementasi
1. Menjelaskan pada masyarakat setempat tentang penyakit flu burung agar masyarakat mengerti dan memahami tentang bahaya flu burung bagi mereka
2. Memberikan vaksin anti flu burung atau dengan penyemprotan desinfektan ke unggas untuk mengendalikan penyebaran virus flu burung
3. Memastikan peralatan kandang yang bersih dan steril untuk menekan penyebaran virus
4. Menjaga kebersihan diri dan peternakan unggas misalnya setelah menyentuh, memegang atau bersinggungan dengan unggas dan telurnya langsung cuci tangan untuk menjaga personal higien
5. Memastikan kendaraan yang berasal dari wilayah yang terjangkit flu burung dilarang masuk kewilayah yang belum terjangkit virus flu burung untuk menekan penyabaran virus
6. Melakukan pengawasan teratur terhadap peternakan unggas merupakan langkah yang harus terus dilakukan oleh pemerintah, seiring semakin bertambahnya temuan flu burung agar tidak semakin bertambah
7. Melakukan pengaturan jarak peternakan unggas dengan masyarakat agar masyarakat tidak mudah terjangkit virus flu burung.




ttd : insani miftachul janah dkk

metode penelitian sampling and kerangka konsep

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan.
Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat langsung diamati dan diukur. Konsep hanya dapat diamati atua diukur melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan nama variabel. Jadi variabel adalah simbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep. Variabel adalah sesuatu yang berfariasi
Sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi se setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.


1.2 Tujuan
• Dapat mengetahui pengertian dari kerangka konsep dan sampling.
• Dapat menentukan langkah-langkah dalam proses sampling.
• Untuk mengetahui keuntungan dan criteria design dari sampling.
















BAB II
PEMBAHASAN


2. DEFINISI
2.1 Konsep

Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat langsung diamati dan diukur. Konsep hanya dapat diamati atua diukur melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan nama variabel. Jadi variabel adalah simbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep. Variabel adalah sesuatu yang berfariasi.

Contoh: Sehat adalah konsep; istilah ini mengungkap sejumlah observasi tentang hal-hal atau gejala-gejala yang mencerminkan kerangka keragaman kondisi kesehatan seseorang. Untuk mengetahui apakah seseorang itu “sehat” atau “tidak sehat” maka pengukuran konsep “sehat” tersebut harus melalui konstruk atau variabel-variabel, misalnya: tekanan darah, denyut nadi, Hbdarah, dan sebagainya. Tekanan darah, denyut nadi, Hb darah dan sebagainyaa ini adalah variabel-variabel yang digunakan untuk mengobservasi atau mengukur apakah seseorang itu “sehat” atau “tidak sehat”.

Sosial-ekonomi adalah suatu konsep, dan untuk mengukur sosial-ekonomi keluarga misalnya, harus melalui variabel-variabel: tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga itu.

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan.


2.2 Sampling
Probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.Teknik sampling adalah bagian dari metodologi statistika yang berhubungan dengan pengambilan sebagian dari populasi. Jika sampling dilakukan dengan metode yang tepat, analisis statistik dari suatu sampel dapat digunakan untuk menggeneralisasikan keseluruhan populasi. Metode sampling banyak menggunakan teori probabilitas dan teori statistika.

2.2.1 Langkah-langkah dalam proses sampling :
Menurut Tull dan Hawkins, proses sampling terdiri dari tujuh langkah berturut-turut :
















1. Defined the population
Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam melakukan suatu kegiatan adalah menentukan populasi. Dan ada empat komponen dari populasi adalah elemen, unit sampling, tempat, dan waktu.
2. Specified sampling frame
Sampling frame ini memiliki tujuan untuk memaparkan secara jelas dan spesifikasi dari eemen populasi, serta dapat dibagi menjadi dua yaitu target populasi dan populasi sampling
3. Specified sampling unit
Merupakan unit dasar dari elemen populasi yang akan dijadikan sampel, tetapi kadang dapat berdiri sendiri menjadi komponen populasi atau merupakan unit sampling dari elemen populasi.
4. Specified sampling method
Metode sampling dapat dilakukan dengan teknik probabilitas dan non probabilitas. Dengan teknik probabilitas ini, dimana teknik sampling memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi sampel, atau pengambilan sempel secara random atau acak. Teknik ini meliputi :
a) Sampling Acak Sederhana ( Simple Random Sampling)
Teknik ini dikatakan sederhana karena cara pengambilan sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian apabila anggota populasi dianggap homogen.

Tabel Random

1534 7689 0985 5463
2356 1356 3417 0972
3466 1245 9842 8353
6578 0967 9815 7372
7879 2398 2864 1737
7845 5623 2936 0735
1245 7899 2853 2548
2341 1278 3529 2480

Hasil pemilihan dengan mempergunakan table random mulai dari atas ke bawah. Dan didapatkan hasil sebagai berikut : nomor : 34,56,66,78,79,45,45,41,89,85,63 dan sebagainya


b) Sampling Sistematik
Sampling sistematik biasanya digunakan dalam traffic survey atau marketing research. Ada beberapa peneliti menganggap sampling sistematik bukan merupakan sampling acak, padahal sampling sistematik merupakan sempling acak karena pemilihan pertama menggunakan random start dilakukan secara acak. Dan ada juga beberapa peneliti yang mengatakan bahwa sampling sistematik sebagai Quasi random sampling atau Pseudo random sampling.

c) Sampling Acak Stratifikasi ( Proportoinate Stratified Random Sampling )
adalah teknik yang digunakan apabila populasi memiliki anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional
.
d) Sampling Acak Tak Berstrata ( Disproportioner Stratified Random Sampling )
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tapi kurang proporsional.

e) Sampling Klaster ( Cluster Sampling )
Merupakan teknik sampling yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel jika objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara.
Sedangkan pada teknik Non Probability Sampling adalah teknik sampling yang memberi peluang atau kesempatan tidak sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Pemilihan elemen-elemen sampel didasarkan pada kebijaksanaan peneliti sendiri. Pada prosedur ini, masing-masing elemen tidak diketahui apakah berkesempatan menjadi elamen-elemen sampel atau tidak. Teknik sampling non peluang meliputi :
a) Sampling Kuota
Sampling kuota adalh teknik untuk menentukan sempel secara bebas dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.

b) Sampling Aksidental
Adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipadang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

c) Judgement Sampling
Adalah cara pengambilan sampel, yang bersedia dipilih berdasarkan tujuan. Dipilih berdasarkan unit analisis seorang ahli.
d) Pruposive Sampling
Adalah teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja. Misalnya pada penelitian tentang disiplin pegawai, maka sempel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang kepegawaian saja.
e) Sampling Jenuh
Adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil.
f) Snowball Sampling
Adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.

5. Determine sampling size
Dalam menyusun suatu penelitian, sering kali timbul pertanyaan”berapa banyak jumlah sample yang harus ditetapkan”, ini tergantung dari jenis studi, homogenotas populasi, jenis sample, serta jumlah dana dan personil yang tersedia.
Untuk menentukan jumlah sample pada penelitian kesehatan, yang paling penting diketahui lebih dulu adalah factor=factor yang dapat mempengaruhi ukuran sample yaitu :
1. Category Outcomes
Berupa kategori yang akan dihasilkan oleh data penelitian, apakah itu berupa suatu variable kuantitatif seperti presentase dan nilai rata-rata, atau variable kualitatif berupa jawaban ya atau tidak, hidup atau mati, dan lain-lain.

2. Tests of Hypotheses
Apakah pada penelitian perlu adanya pembuktian hipotesis atau tidak, bila ada pembuktian hipotesis kita harus menentukan lebih dulu batasab-batasan untuk menerima atau menolak hipotesis null.

a. Type I error (alpha level)
Bila kita ingin menolak hipotesis null, kita harus menentukan lebih dulu batasan kemungkinan terjadi kesalahan atau level of significance dari studi.
b. Type II error (beta level)
Bila kita ingin menerima suatu hipotesis null, kita harus menentukan lebih dulu batasan kesalahan atau disebut type II error dari studi.

3. Power and Confidence Level
Tingkat kebenaran dalam menolak suatu hipotesis null pada studi disebut power of test, dan tingkat probabilitas dalam menerima hipotesis null suatu studi disebut confidence of test.

4. Jenis studi
Apakah jenis studi yang digunakan adalah deskriptif atau analitik, prospektife atau retrospektife, dan apakah sample yang dipakai untuk penelitian itu akan dilakukan randomisasi atau tidak, kesemua ini akan mempengaruhi ukuran sample yang ada.

6. Specified sampling plan
Yaitu merencanakan bagaimana keputusan-keputusan yang telah diambil dapat dilaksanakan secara baik dilapangan, meliputi kelengkapan perangkat lunak dan perangkat keras, misalnya kuesioner, pewawancara, alat transportasi, jadwal penelitian, dan sebagainya.

7. Select the sample
Melaksanakan pemilihan sample dilapangan disesuaikan dengan protocol penelitian yang telah disediakan.









2.2.2 Keuntungan dari sampling
Ada beberapa keuntungan dari sampling antara lain :
1. Data yang diperoleh lebih komprehensif dan representative, serta merupakan refleksi dari karakteristik populasi yang sedang diteliti.
2. Memerlukan dana serta tenaga pelaksana yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan sensus.
3. Mudah dikerjakan dan hasilnya dapat segera dievaluasi dan dianalisa.
4. Dapat menghilangkan bias seleksi dengan cara melakukan randomisasi.
2.2.3 Kriteria Desaign Sampling yang Baik
Desaign sampling baik jika memenuhi criteria sebagai berikut :
1. Sampel yang diperoleh harus benar-benar mewakili karakteristik dari populasi yang sedang diteliti.
2. Prosedur sampling harus sederhana dan oraktis sehingga mudah dilaksanakan dilapangan.
3. Efisien dan ekinomis serta dapat memberikan informasi selengkap-lengkapnya dengan biaya yang murah.
4. Jumlah sample yang ada harus adekuat sehingga dapat dipakai untuk keperluan generalisasi parameter populasi.










BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan ini dapat diambil kesimpulan bahwa, Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat langsung diamati dan diukur.
Dengan demikian kerangka konsep dan sampling dapat digunakan untuk menentukan masalah utama dalam suatu metode penelitian. Oleh karena itu suatu kerangka konsep dan sampling sangat diperlukan untuk menyusun metode penelitian.

3.2 Saran
Dengan menggunakan kerangka konsep dan sampling diharapkan pembaca dan peneliti dapat memahami dan memberikan contoh yang nyata dan akurat sehingga hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut lebih bermutu atau berkualitas.














DAFTAR PUSTAKA


http://ta-tugasakhir.blogspot.com/2007/10/probability-sampling.html
http://zesy-rahantoknam.blogspot.com/2010/01/probability-sampling-dan-non.html







ttd insani miftachul janah dkk

asuhan kebidanan pada IUGR dan IUFD

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Banyak istilah yang digunakan untuk menunjukkan bahwa bayi KMK ini menderita gangguan pertumbuhan di dalam uterus (IUGR) seperti Pseudopremature, Small for Dates, dysmature, Fetal Malnutrition Syndrome, Chronic Fetal Distress, IUGR dan Small for Gestational Age (SGA). Batasan yang diajukan oleh Lubchenco (1963) adalah bahwa setiap bayi yang berat lahirnya sama dengan atau lebih rendah dari 10th percentile oleh masa kehamilan pada Denver Intra uterine Growth Curves adalah bayi SGA. Gambaran kliniknya tergantung daripada lamanya, intensitas dan timbulnya gangguan pertumbuhan yang mempengaruhi bayi tersebut.

Kematian bayi dalam kandungan (Intra Uterine Fetal Death)dapat dikarenakan berbagai hal seperti terkena lilitan tali pusat, pendarahan serta akibat tekanan darah tinggi si ibu yang mengandung. Kematian janin dalam kandungan dapat dicegah dengan cara memeriksakan kandungan secara teratur ke dokter. Kalaupun terjadi kelainan pada masa kehamilan, bisa ditanggulangi sedini mungkin. Bayi yang ada dalam kandungan selalu bergerak dan sebagian besar kasus bayi mati dalam kandungan karena kesalahan aktivitas yang dilakukan seperti berolahraga dengan gerakan-gerakan yang cukup giat/berlebihan. Karena itu dianjurkan selama masa kehamilan sebaiknya mengurangi aktivitas yang membahayakan janin dalam kandungan. Hal ini untuk mengantisipasi bayi yang dililit lehernya.Ibu hamil hendaknya selalu berhati-hati jika beraktivitas dan berkonsultasi dengan dokter secara teratur.

B. Tujuan
 Melengkapi tugas ASKEB IV patologi
 Untuk memberikan informasi tentang IUFD dan IUGR
 Untuk mengetahui tentang definisi IUGR dan IUFD
 Untuk mengetahui factor penyebab dan tanda gejala IUGR dan IUFD
 Untuk mengetahui pedoman untuk mendiagnosa IUGR dan IUFD
 Untuk mengetahui terapi dan pencegahan IUGR dan IUFD









BAB II
PEMBAHASAN
IUGR
A. Definisi
Definisi menurut WHO (1969), janin yang mengalami pertumbuhan yang terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat standard atau ukuran standard yang sesuai dengan usia kehamilannya.
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) ditegakkan apabila pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) perkiraan berat badan janin berada di bawah persentil 10 dibawah usia kehamilan atau lebih kecil dari yang seharusnya (sesuai grafik). Terminologi “kecil untuk masa kehamilan” adalah berat badan bayi yang tidak sesuai dengan masa kehamilan dan dapat muncul pada bayi cukup bulan atau prematur. Pada umumnya janin tersebut memiliki tubuh yang kecil dan risiko kecacatan atau kematian bayi kecil akan lebih besar baik pada saat dilahirkan ataupun setelah melahirkan.
Intrauterine Growth Restriction (IUGR) adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu kondisi dimana janin lebih kecil dari yang diharapkan untuk jumlah bulan kehamilan. . Istilah lain untuk IUGR ketuban adalah pembatasan pertumbuhan. Bayi baru lahir dengan IUGR seringkali digambarkan kecil untuk usia gestational (SGA).
Janin dengan IUGR ketuban sering diperkirakan memiliki berat kurang dari 10 Perseratus. Ini berarti janin weighs kurang dari 90 persen dari semua fetuses yang sama gestational usia
PJT terbagi atas dua, yaitu:
1. Pertumbuhan janin terhambat tipe I : simetris atau proporsional (kronis)
Memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan janin yang tidak simetris, semua organ mengecil secara proporsional. Faktor yang berkaitan dengan hal ini adalah kelainan kromosom, kelainan organ (terutama jantung), infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Other Agents 1. Pertumbuhan janin terhambat tipe II : Asimetris atau disproportional (akut)
Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki waktu kejadian lebih lama dibandingkan gangguan pertumbuhan janin simetris. Beberapa organ lebih terpengaruh dibandingkan yang lain, lingkar perut adalah bagian tubuh yang terganggu untuk pertama kali, kelainan panjang tulang paha umumnya terpengaruhi belakangan, lingkar kepala dan diameter biparietal juga berkurang. Faktor yang mempengaruhi adalah insufisiensi (tidak efisiennya) plasenta yang terjadi karena gangguan kondisi ibu termasuk diantaranya tekanan darah tinggi dan diabetes dalam kehamilan dalam kehamilan



Ada dua betuk IUGR menurut Renfield (1975), yaitu :
1. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distres yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-mingu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dan lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih dibawah masa gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak menunjukkan adanya wasted oleh karena retardasi pada janin ini terjadi sebelum terbentuknya adipose tissue.
2. Dispropotionate IUGR
Terjadi akibat distress. Gangguan yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkaran kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak wasted dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.

B. Etiologi
a. Factor risiko dari Ibu :
 Alkohol
 Merokok
 Obat obatan (Corticosteroid, propanolol, Dilantin, Coumadin, Heroin)
 Anemia
 Malnutrisi
 Berat badan Ibu Kurang dari 50 Kg,
 penyakit Jantung Cyanotic
 Diabetus Mellitus

b. Factor Risiko dari bayi :
 Infeksi selama kehamilan
 Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT.
 Kelainan bawaan dan kelainan kromosom
 Kelaianan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT.
 Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin). Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT
 Hemorisis (gangguan sel darah merah)
 Kehamilan kembar multiple



c. Faktor Risiko dari Uterus dan Plasenta :
 Kelainan plasenta sehingga menyebabkan plasenta tidak dapat menyediakan nutrisi yang baik bagi janin seperti ambruptio plasenta, infark plasenta (kematian sel pada plasenta)
 Berkurangnya kontraksi uterus
 Kelainan tali pusat
 Berkurangnya aliran uterus, thrombus dalam pembuluh darah janin dari 1 arteri tali pusat.

d. Penyebab umum
 Social ekonomi yang rendah
 Menikah dini
 Jarak kelahiran pendek
 Diet tidak addekuat karena miskin dan malabsobrsi

C. Problematik Bayi IUGR

Bayi IUGR harus diwaspadai akan terjadinya beberapa komplikasi yang harus ditanggulangi dengan baik.
1. Aspirasi mekonium yang sering diikuti pneumotoraks
2. Usher (1970) melaporkan bahwa 50% bayi IUGR mempunyai HB yang tinggi mungkin karena hipoksia kronik di dalam uterus.
3. Hipoglikemi terutama bila pemberian minum terlambat.
4. Keadaan ini yang mungkin terjadi : asfiksia, perdarahan paru yang masif, hipotermi, cacat bawaan akibat kelainan kromosom dan infeksi intrauterin.

D. Perkembangan PJT Intrauterin :
Peningkatan rasio berat plasenta terhadap berat lahir ditimbulkan oleh kondisi diet rendah nutrisi terutama protein
1. Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblas dipengaruhi oleh makanan. Studi pada binatang menunjukkan bahwa kondisi kekurangan nutrisi sebelum implantasi bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan nutrisi pada awal kehamilan dapat mengakibatkan janin berat lahir rendah yang simetris. Hal sebaiknya terjadi kondisi percepatan pertumbuhan pada kondisi hiperglikemia pada kehamilan lanjut
2. Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan
Defisiensi makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan plasenta, tapi bisa juga terjadi peningkatan pertumbuhan plasenta sebagai kompensasi. Didapati ukuran plasenta yang luas.
3. Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan
Terjadi pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi interaksi antara janin dengan plasenta. Efek kekurangan makan tergantung pada lamanya kekurangan. Pada kondisi akut terjadi perlambatan pertumbuhan dan kembali meningkat jika nutrisi yang diberikan membaik. Pada kondisi kronis mungkin telah terjadi proses perlambatan pertumbuhan yang irreversible.

E. Tanda dan Gejala
PJT dicurigai apabila terdapat riwayat PJT sebelumnya dan ibu dengan penyakit kronik. Selain itu peningkatan berat badan yang tidak adekuat juga dapat mengarah ke PJT. Dokter dapat menemukan ukuran rahim yang lebih kecil dari yang seharusnya.

F. Prognosis
Tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi, asfiksia/iskemia otak, sindroma gangguan pencernaan dll. Juga tergantung pada sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat hamil, persalinan dan postnatal.

G. Pengamatan Langsung
Bila bayi ini dapat mengatasi problem yang dideritanya, maka perlu diamati selanjutnya oleh karena kemungkinan bayi ini akan mengalami gangguan pendengaran, penglihatan, kognitif, fungsi motor SSP dan penyakit-penyakit seperti hidrosefalus, cerebral palsy dan sebagainya.

H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) diperlukan untuk mengukur pertumbuhan janin. Selain itu USG juga dapat digunakan untuk melihat kelainan organ yang terjadi. Pengukuran lingkar kepala, panjang tulang paha, dan lingkar perut dapat dilakukan untuk menilai pertumbuhan janin melalui USG. Penggunaan ultrasound doppler dapat digunakan untuk melihat aliran dari pembuluh darah arteri umbilikalis.

I. Penatalaksanaan
Pada umumnya sama dengan perawatan neonatus umumnya, tetapi karena bayi ini mempunyai problem yang agak berbeda maka perlu diperhatikan hal-hal berikut :
1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin.
2. Memeriksa kadar gula darah dengan dextrostix jika hipoglikemi harus segera diatasi.
3. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
4. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibanding dengan bayi SMK
5. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi mekonium.

J. Terapi
Kecacatan dan kematian janin meningkat sampai 2-6 kali pada janin dengan PJT. Tatalaksana untuk kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada terapi yang paling efektif sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :
1. PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah segera dilahirkan
2. PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada janin ini, dan bila kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan.

a. Tatalaksana umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom serta infeksi dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi yang baik. Apabila istirahat di rumah tidak dapat dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan pada janin termasuk diantaranya adalah melihat pergerakan janin serta pertumbuhan janin menggunakan USG setiap 3-4minggu.

b. Tatalaksana khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan, hanya terapi suportif yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil tidak adekuat maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat, penggunaan narkotik dan alkohol, maka semuanya harus dihentikan.

c. Proses melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur. Pengawasan ketat selama melahirkan harus dilakukan untuk mencegah komplikasi setelah melahirkan. Operasi caesar dilakukan apabila terjadi distress janin serta perawatan intensif neonatal care segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan. Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan meningkat pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh insufisiensi plasenta yang diperparah dengan proses melahirkan.

K. Pencegahan
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga, faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah komplikasi yang serius selama kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari dokternya; makan makanan yang bergizi tinggi; tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkotik; mengurangi stress; berolahraga teratur; serta istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari anemia serta pencegahan dan tatalaksana dari penyakit kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus baik.

ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY “ R “ DENGAN IUGR
Pengkajian
Tanggal : 4 april 2011 jam : 10.00 WIB
I. PENGUMPULAN DATA
A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Nama ibu : Ny. “R” Nama ayah : Tn. “R”
Umur : 24 tahun Umur : 26 th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku / bangsa : Jawa/Indonesia Suku / bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SD Tamat Pendidikan : SD Tamat
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Tani
Penghasilan : - Penghasilan : -
Alamat : Jl. Dr. Cipto No. 28, RT 1 RW 1, Mojo Bojonegoro
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan kehamilannya ini adalah yang pertama, usia kehamilannya 7 bulan. Ibu mengeluh berat badannya turun dan perut ibu terasa tidak besar sesuai usia kehamilannya.

3. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular dan penyakit kronis serta tidak pernah ketergantungan pada obat-obatan dan alkohol.

4. Riwayat kesehatan keluarga/keturunan
Ibu mengatakan dari pihak ibu maupun suami tidak ada yang menderita penyakit menular dan penyakit kronis dan tidak ada yang mengalami kehamilan kembar.

5. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 Tahun
Warna : Merah kehitaman
Siklus : 28-30 hari
Fluor albus : tidak pernah
Disfungsi blooding : tidak pernah
Lamanya : 5-7 hari
Dismenorhoe : Ya 1 hari sebelum haid
HPHT : 19 September 2010
TTP : 26 Juni 2011
6. Riwayat Pernikahan
Menikah : 1 kali
Lama menikah : 1 tahun
Usia nikah : 24 tahun
7. Riwayat Kehamilan,Persalinan dan Nifas yang lalu.
Hamil ke Tempat partus Peno
long Cara partus Keadaan bayi Jenis kelamin BBL
(gram) Umur sekarang uri nifas
No. Usia kehamilan
1. Hamil ini - - - - - - - - -
8. Riwayat kehamilan sekarang
Ibu hamil G1P00000 usia kehamilan 28-30 minggu
Trimester 1 : Amenorhoe 3 bulan, periksa di BPS, dengan keluhan mual muntah, mendapatkan tablet Fe, Cap Lod, periksa kali.
Trimester II : Pertama kali merasakan gerakan janin pada usia kehamilan 5 bdi BPS, mendapatkan Fe dan Kalk, imunisasi TT 2 kali (lengkap).
Trimester III : Periksa di BPS satu kali, mendapatkan tablet Fe dan Kalk. Ibu mengeluh berat badannya turun dan perut ibu terasa tidak besar sesuai usia kehamilannya.
9. Riwayat KB
Ibu mengatakan pernah mengikuti KB suntik selama 6 bulan dengan keluhan tidak pernah haid, rencana ibu setelah persalinan akan kembali mengikuti KB suntik.
10. Data Kebiasaan sehari-hari
No Pola Sebelum Hamil Selama Hamil
1 Nutrisi Ibu bisa makan 2 kali sehari,dengan porsi sedang terdiri dari nasi dan lauk. Minum ±5-7 gelas sehari. Ibu bisa makan 2 kali sehari,dengan porsi sedang terdiri dari nasi dan lauk. Minum ±5-7 gelas sehari.
2 Eliminasi BAK 4-5x perhari warna kuning agak pekat, bau amoniak
BAB 2 hari 1x, agak keras, warna kuning. BAK 4-5x perhari warna kuning, bau amoniak
BAB 2 hari 1x, lunak, warna kuning.
3 Istirahat Tidur malam : ± 7 jam/hr Tidur siang tidak pernah
Tidur malam : ± 7 jam/hr Tidur siang tidak pernah

4 Aktivitas pekerjaan rumah tangga pekerjaan rumah tangga
5 Kebersihan Mandi 2x sehari, Gosok gigi 2x sehari, Ganti pakaian dalam 1x dan apabila lembab, keramas 2-3x seminggu. Mandi 2x sehari, Gosok gigi 2x sehari, Ganti pakaian dalam 1x dan apabila lembab, keramas 2-3x seminggu.
6 Kebiasaan Tidak merokok dan minum-minuman keras Tidak merokok dan minum-minuman keras
7 Seksualitas 2-3x seminggu 1-2x seminggu
8 Rekreasi Nonton TV, jalan-jalan, dengarkan musik Nonton TV, jalan-jalan, dengarkan musik

11. Keadaan Psikososial
Psikologi : Suami dan keluarga merasa sangat senang dengankehamilannya ini dan berharap agar proses persalinan dapat berjalan dengan lancar dan bayi sehat.
Sosial : Hubungan ibu dan keluarga sangat baik, begitu pula dengan tetangga dan masyarakat
12. Latar Belakang Sosial Budaya
Ibu melakukan pantangan terhadap makanan tertentu seperti telur, air es, ikan lele

13. Data Spiritual
Ibu sholat 5 waktu setiap hari hari dan kadang-kadang mengaji.

B. DATA OBYEKTIF
Keadaan Umum : baik tanda-tanda vital :
Kesadaran : Composmentis TD :120 /80 mmHg
BB : 48 kg N : 82 x /menit
TB : 152 cm S : 36˚C
LILA : 22,5 cm RR : 24 x /menit

1. Inspeksi
Kepala : Simetris, tidak ada benjolan, bersih, tidak ada ketombe, rambut hitam, pendek, tidak mudah rontok
Mata : Konjungtiva merah jambu, sklera putih
Muka : Tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada oedem
Telinga : Kanan-kiri simetris, bersih
Hidung : Bersih, tidak ada benjolan
Mulut : Mukosa mulut merah jambu, gigi tidak berlubang
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Dada : Pernafasan teratur, payudara kanan kiri simetris, terdapat hiperpigmentasi pada aerola payudara, putting meonjol, kelenjar montgomery menonjol
Perut : Membesar tidak sesuai usia kehamilan, terdapat hiperpigmentasi pada perut
Genetalia Ext : Tidak ada pembengkakan, tidak ada pelebaran pembuluh darah
Ekstremitas : Tidak ada pembengkakan, tidak ada pelebaran pembuluh darah bawah
2. Palpasi
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid
Dada : Tidak teraba benjolan, colostrum belum keluar
Perut : Leopold I : TFU setinggi pusat (23 cm) di fundus teraba besar lunak, kurang melenting
Leopold II : Pada perut ibu sebelah kanan teraba datar, keras, pada perut ibu sebelah kiri teraba bagian bagian kecil janin
Leopold III : Bagian bawah teraba kecil, keras, melenting
Leopold IV : Kepala belum masuk PAP U
3. Auskultasi
Letak satu jari di bawah pusat (12-11-11) : 120 kali/ menit



DJJ •

4. Perkusi
Perut :Tidak matearismus
Lutut : Refleks patella ka/ki /

5. Pemeriksaan Panggul Luar
Distansia Spinarum : 25 cm
Distansia Kristarum : 27 cm
Konjugata Eksterna : 20 cm
Lingkar Panggul : 82 cm

6. Pemeriksaan Panggul Dalam
Tidak dikaji

7. Pemeriksaan Laboratorium
HB : 11 gr%
Reduksi : tidak dikaji
Albumin : tidak dikaji

8. Kesimpulan
1) ibu hamil G1P0000
2) usia kehamilan 28-30 minggu
3) kehamilan intra uteri
4) kehamilan tunggal
5) letak kepala U
6) punggung kanan
7) keadaan janin hidup DJJ 
8) kesan panggul normal
9) keadaan umum ibu baik

II. IDENTIFIKASI MASALAH
Diagnosa I : ibu hamil G1P0000 usia kehamilan 28-30 minggu dengan IUGR
DS : ibu mengatakan hamil usia kehamilan 7 bulan
DO : Leopold I : TFU setinggi pusat (23 cm), di fundus teraba bokong
Leopold I : Punggung kanan
Leopold III : Bagian bawah teraba kecil, keras, melenting
Leopold IV : Kepala belum masuk PAP U

III. ANTISIPASSI MASALAH POTENSIAL
1. Potensial terjadinya BBLR
2. Potensial terjadinya partus premature
IV. INTERVENSI
Diagnosa : Ibu hamil GI Poooo usia kehamilan 28-30 minggu dengan IUGR
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan selama 60 menit diharapkan ibu dapat mengerti tentang perawatan ibu hamil Trimester III dan IUGR dapat diatasi
1. Lakukan pendekatan pada klien dengan komunikasi terapeutik
Rasional : Ibu lebih percaya pada petugas dan dapat mempersiapkan masalah yang akan dihadapi
2. Anjurkan pada ibu agar makan makanan yang bergizi seimbang
Rasional : Memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil
3. Anjurkrn pada ibu agar menambah porsi makan setip hari
Rasional : Memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil
4. Jelaskan pada ibu agar tidak melakukan pantangan makanan tertentu
Rasional : Gizi ibu hamil tercukupi dengan baik
5. Anjurkan pada ibu untuk menambah waktu istirahat tiap hari
Rasional : Menjaga kesejahteraan ibu dan janin
6. Anjurkan pada ibu untuk mengurangi pekerjaan berat
Rasional : Agar ibu tidak merasa lelah
7. Jelaskan pada ibumengenai keadaan dirinya dan janinnya saat ini
Rasional : Ibu dapat menerima keadaannya dan dapat melaksanakan intervensi yang diberikan dengan baik.

V. IMPLEMENTASI
Diagnosa : Ibu hamil GI P0000 usia kehamilan 28-30 minggu dengan IUGR
1. Melakukan pendekatan pada klien dan komunikasi terapeutik dengan cara memperkenalkan diri,menjelaskan maksud dan tujuan tindakan,meminta ijin jika akan melakukakn tindakan
2. Menganjurkan pada ibu agar makan makanan yang bergizi seimbang dengan cara makan makanan dari berbagai sumber zat gizi seperti karbohidrat,protein,lemak dan vitamin dengan kadar yang seimbang setiap hari
3. Menganjurkan pada ibu agar menambah porsi makan tiap harinya dengan cara menambah jumlah/porsi makanan yang tadinya sedang menjadi banyak dan makan bebagai jenis makanan
4. Menjelaskan pada ibu agar tidak melakukan pantangan terhadap makanan tertentu dengan cara makan berbagai jenis makanan karena untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil
5. Menganjurkan pada ibu untuk menambah waktu istirahat tiap hari dengan cara menambah waktu tidur malam kurang lebih 8jam dan tidur siang minimal 1jam tiap hari
6. Menganjurkan pada ibu untuk mengurangi pekerjaan berat, dengan cara hanya melakukan pekerjaan pekerjaan ringan dan tidak membuat lelah ibu
7. Menganjurkan pada ibu agar lebih menjaga kebrsihan diri dengan cara mandi 2kali sehari (pagi dan sore),sikat gigi 2kali sehari ,ganti baju dan celana dalam 2kali sehari dan keramas 2-3 kali seminggu
8. Menjelaskan pada ibu mengenai keadaan dirinya dan janinnya saat ini agar ibu dapat menerima keadaanya dan melakssanakan intervensi yang telah di berikan dengan baik.


VII. EVALUASI
Tanggal : 4 april 2011 jam : 10.30 WIB
Ibu mengatakan telah mengerti dengan penjelasan yang diberikan dengan baik. Ibu dapat menjawab pertanyaan yang diberikan seputar penjelasan yang diberikan. Ibu GIP0000 dengan IUGR. Ibu diharapkan makan dengan teratur dan dengan komposisi gizi yang seimbang dan cukup sehingga pertumbuhan janin tidak terhambat.

PEMBAHASAN (IUFD)
A. PENGERTIAN
Adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik pada kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu (Rustam Muchtar, 1998).
IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan (Sarwono, 2005).
IUFD atau stilbirth adalah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan 28 minggu (atau berat badan lahir lebih atau sama dengan 1000gr).
IUFD Adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Kematian janin dalam kandungan (KJDK) atau intra uterine fetal deadth (IUFD), sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah 20 minggu maupun sesudah kehamilan 20 minggu.
Sebelum 20 minggu : Kematian janin dapat terjadi dan biasanya berakhir dengan abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak dikeluarkan dan tetap tinggal dalam rahim disebut missed abortion.
Sesudah 20 minggu : Biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20 minggu dan seterusnya. Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin dapat disangka terjadi kematian dalam rahim.

B. ETIOLOGI
Penyebab IUFD antara lain:
1. Faktor plasenta.
a. Insufisiensi plasenta
b. Infark plasenta
c. Solusio plasenta
d. Plasenta previa
2. Faktor ibu
a. Diabetes mellitus
b. Preeklampsi dan eklampsi
c. Nefritis kronis
d. Polihidramnion dan oligohidramnion
e. Sifilis
f. Penyakit jantung
g. Hipertensi
h. Penyakit paru atau TBC
i. Inkompatability rhesus
j. AIDS
h. perbedaan rhesus ibu dengan janin

3. Faktor intrapartum
a. Perdarahan antepartum
b. Partus lama
c. Anastesi
d. Partus macet
e. Persalinan presipitatus
f. Persalinan sungsang
g. Obat-obatan

4. Faktor janin
a. Prematuritas
b. Postmaturitas
c. Kelainan bawaan
d. Perdarahan otak

5. Faktor tali pusat
a. Prolapsus tali pusat
b. Lilitan tali pusat
c. Vassa praevia
d. Tali pusat pendek
C. PATOFISIOLOGI
Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUD) karena beberapa factor antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan,hal tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Sehingga pertumbuhan janin terhambat dan dapat mengakibatkan kematian. Begitu pula dengan anemia, karena anemia adalah kejadian kekurangan FE maka jika ibu kekurangan Fe dampak pada janin adalah irefersibel. Kerja organ – organ maupu aliran darah janin tidak seimbang dengan pertumbuh janin ( IUGR).
D. FAKTOR PREDISPOISISI
1. factor ibu (High Risk Mothers)
a. status social ekonomi yang rendah
b. tingkat pendidikan ibu yang rendah
c. umur ibu yang melebihi 30 tahun atau kurang dari 20 tahun
d. paritas pertama atau paritas kelima atau lebih
e. tinggi dan BB ibu tidak proporsional
f. kehamilan di luar perkawinan
g. kehamilan tanpa pengawasan antenatal
h. ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan
i. ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya tidak baik seperti bayi lahir mati.
j. riwayat inkompatibilitas darah janin dan ibu
2. factor Bayi (High Risk Infants)
a. bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan congenital
b. bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)
c. bayi dalam keluarga yang mempunyai problema social
3. factor yang berhubungan dengan kehamilan
a. abrupsio plasenta
b. plasenta previa
c. pre eklamsi / eklamsi
d. polihidramnion
e. inkompatibilitas golongan darah
f. kehamilan lama
g. kehamilan ganda
h. infeksi
i. diabetes
j. genitourinaria

E. TANDA DAN GEJALA
1. Ibu tidak merasakan gerakan janin
Diagnosis :
a. Nilai DJJ
Bila ibu mendaptkan sedatif, tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang.
Bila DJJ tidak terdengar, pastikan adanya kematian janin dengan stetoskop ( Doppler).
Bila DJJ baik,berarti bayi tidur.
Rangsang janin dengan rangsangan suara (bel) attau dengan menggoyangkan perut ibu sehingga ibu merasakan gerakan janin. Bila DJJ meningkat frekuensinya sesuai dengan gerakan janin, maka janin dapat dikatakan normal.
Bila DJJ cenderung turun saat janin bergerak, maka dapat disimpulkan adanya gawat janin.
2. Gerakan janin tidak dirasakan lagi.
Diagnosis :
Gejala dan tannda selau ada. Gejala dan tanda kadang – kadang ada Diagnosis kemungkinan :
Gerakan janinberkurang atau hilang. Nyeri perut hilang timbul atau menetap
Perdarahan pervaginam sesudah hamil 22 minggu. Syok Uterus tegang / kaku. Gawat janin atau DJJ tidak terdengar. Solusio plasenta, gerakan janin dan DJJ tidak ada Perdarahan Nyeri perut hebat Syok Perut kembung / cairan bebas intra abdominal Kontur uterus abnormal Abdomen nyeri. Bagian – bagian janin teraba. Denyut nadi bu cepat Rupture uteri. Gerakan janin berkurang atau hilang
DJJ abnormal(<100/menit atau >140/ menit) Cairan ketuban bercampur mekonium Gawat janin. Gerakan janin / DJJ hilang Tanda – tanda kehamilan berhenti. Tinggi fundus uteri berkurang. Pembesaran uterus berkurang Kematian janin
F. PENILAIAN KLINIK
Janin :
Pertumbuhan janin (-),bahkan janin mengecil sehingga TFU menurun. Bunyi DJJ tidak terdengar dengan stetoskop dan pastikan dengan Doppler.
Keluhan ibu : Berat badan ibu menurun. Tulang kepala kolaps.
USG : untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukan janin tanpa tanda kehidupan. Pemeriksaan HCG urin menjadi negatif.
Komplikasi : Trauma emosional yang berat menjadi bila watuu antara kematian janin dan persalinan cukup lama. Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah. Dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu.
G. JENIS – JENIS PERSALINAN UNTUK JANIN MATI
Kematian janin dapat di bagi menjadi 4 golongan:
Golongan l : Kematian sebelum masa hamil mencapai 20 minggu penuh.
Golongan ll : Kematian sesudah ibu hamil 20 minggu hingga 28 minggu.
Golongan lll :Kematian sesudah kehamilan lebih dari 28 minggu (Late Fetal Death).
Golongan lV : Kematian yang tidak dapat di golongkan pada kertiga golongan diatas.
Jenis – jenis pertolongan persalinan untuk janin mati :
1. Pertolongan persalinan dengan perforasi kronioklasi Perforasi kronioklasi merupakan tindakan beruntun yang dilakukan pada bayi yang meninggal di dalam kandungan untuk memperkecil kepala janin dengan perforation dan selanjutnya menarik kepala janin ( dengan kranioklasi) tindakan ini dapat dilakukan pada letak kepala oleh letak sungsang dengan kesulitan persalinan kepala.Dngan kemajuan pengawasan antenatal yang baik dan system rujukan ke tempat yang lebih baik , maka tindakan proferasi dan kraioklasi sudah jarang dilakukan.
Bahaya tindakan proferasi dan kraniioklasi adalah perdarahan infeki, trauma jalan lahir dan yang paling berat ruptira uteri( pecah robeknya jalan lahir).
2. Pertolongan persalinan dengn dekapitasi
Letak lintang mempunyai dan merupakan kedudukan yang sulit untuk dapat lahir normal pervaginam. Gegagalan pertolongan pada letak lintang menyebabkan kematian janin, oleh karena itu kematian janin tidak layak dilkukan dengan seksio sesaria kecuali pada keadaan khusus seperti plasenta previa totalis, kesempitan panggul absolute. Perslinan di lakukan dengan jalan dekapitasi yaitu dengan memotong leher janin sehingga badan dan kepala janin dapat di lahirkan,
3. Pertolongan persalinan dengan eviserasi
Eviserasi adalah tindakan operasi dengan mengeluarkan lebih dahulu isi perut dan paru (dada) sehingga volume janin kecil untuk selanjutnya di lahirkan.
Eviserasi adalah operasi berat yang berbahaya karena bekerja di ruang sempit untuk memperkecil volume janin bahaya yang selalu mengancam adalah perdarahan,infeksi dan trauma jalan lahir dengan pengawasan antalnatal yang baik, situasi kehamilan dengan letek lintang selalu dapat di atasi dengan versi luar atau seksio sesaria.
4. Pertolongan persalinan dengan kleidotomi
Kleidotomi adalah memotong tulang klavikula (tulang selangka) sehingga volume bahu mengecil untuk dapat melahirkan bahu. Kleidotomi masih dapat dilakukan pada anak hidup, bila diperlukan pada keadaan gangguan persalinan bahu pada anak yan besar.

H. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya. Atau wanita belakangan ini merasakan perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan.
2. Inspeksi
Tidak terlihat gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus.
3. Palpasi
Tinggi fundus > rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakanan janin. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.
4. Auskultasi
Baik memamakai setetoskop monoral maupun dengan Deptone akan terdengar DJJ.
5. Reaksi kehamilan
Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.
6. Rontgen Foto Abdomen
Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin
Tanda Nojosk : adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin.
Tanda Gerhard : adanya hiperekstensi kepala tulang leher janin
Tanda Spalding : overlaping tulang-tulang kepala (sutura) janin
Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat.
7. Ultrasonografi
8. Tidak terlihat DJJ dan gerakan-gerakan janin.
I. PENANGANAN PERTOLONGAN PERTOLONGAN PERSALINAN IUFD
a. Penangan umum berikan dukungan emosional pada ibu
b. Nilai DJJ
c. Pilihlah cra persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputsan diambil.
Bila pilihan penangasalinan adalah akspetif:
o Tunggu persalinan spontan hingg dua minggu
o Yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi.
o Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan,lakukan penaganan aktif
o Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai serviks:
o Jika serviks matang, lakukann induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.
o Jika serviks belum mtang, lakukan pematangan serviks dengan prostaglandin atau kateter foley.
Catatan: janagan lakukan amniotomi Karena beresiko infeksi.
Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternative terakhir
Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan serviks belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol: Tempatkan misoprostol 25mcg di puncak vagina, dapat di ulani sesudah 6 jam. Jika tidak ada respon sesudah 2x25mcg misoprotol, naikan dosis menjadi 50mcgmenjadi setiap 6 jam.
Catatan: jangan biarkan lebih dari 50mcg setiap kali dan jangan melebihi 4 dosis
Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotic untuk metritis. Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah, waspadai koagulopati. Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan berbagai kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut. Pemerikasaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi plasenta dan infeksi.












ASUHAN KEBIDANAN
Pada IBU HAMIL dengan IUFD

PENGUMPULAN DATA DASAR
Tanggal : 4 April 2011 jam : 08.00 WIB
A. Subjektif
1. Anamnesa :
Nama istri : Ny.Y nama suami : Tn. X
Umur : 25 tahun umur : 26 tahun
Agama : islam agama : islam
Suku bangsa : jawa/indonesia suku bangsa : jawa/indonesia
Pendidikan : SMA pendidikan : SMA
Pekerjaan : swasta pekerjaan : swasta
Penghasilan : - penghasilan : -
Alamat : Ds. Dander

2. Keluhan utama :
Ibu mengatakan hamil 8 bulan, ibu mengeluhkan tidak merasakan gerakan pada janinnya sejak 3 hari yang lalu.
3. Riwayat kesehatan yang lalu :
Ibu mengatakan bahwa sebelumnya tidak pernah menderita penyakit menular, keturunan maupun penyakit kronis.
4. Riwayat kesehatan keluarga :
Ibu mengatakan bahwa dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang menderita penyakit menular, keturunan maupun penyakit kronis.

5. Riwayat haid :
Menarche : 14 tahun
Siklus : teratur, 28-30 hari
Lama : 6-7 hari
Karakteristik : cair, bau anyir, warna merah segar
Dismenorhea : Tidak pernah
Dysfungsiblooding : Tidak pernah
Fluoralbus : 2 hari sebelum dan sesudah haid
HPHT : 24 agustus 2010
TTP : 31 mei 2011


6. Riwayat perkawinan :
Nikah : 1 kali
Lama : 1 tahun
Usia nikah : 24 tahun

7. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu :
Hamil ke Tempat partus penolong Cara / partus Keadaan bayi Jenis kelamin BBL
(gram) uri Umur sekarang nifas
No. Usia kehamilan
1. Hamil ini - - - - - - - - -


8. Riwayat kehamilan sekarang :
Trimester I : Pada usia kehamilan 1-3 bulan periksa ke polindes rutin 3 kali, mengatakan mual dan muntah, mendapat tablet Fe 60 tablet dan TT1
Trimester II : ANC 2 X di BPS, merasakan gerakan janin pada umur 5 bulan kehamilan, mendapat tablet Fe 30 tablet, kalk dan TT2
Trimester III : ibu merasakan gerakan janin berkurang mulai 3 hari yang lalu.

9. Riwayat KB :
Ibu mengatakan belum pernah mengikuti progam KB sebelumnya.

10. Pola kebiasaan sehari-hari :

No . Pola Sebelum hamil Selama hamil
1. Nutrisi Makan 3 X sehari, porsi sedang, minum ± 6-8 gelas/hari, air putih + susu Makan 3 X sehari, porsi banyak minum ± 8 gelas/hari, air putih

2. Eliminasi BAB : 2 x sehari
BAK : 6 x sehari BAB : 1 x sehari
BAK : 7 x sehari
3. Istirahat Siang : ± 1 jam
Malam : 7 jam Siang : ± 1 jam
Malam : ± 6 jam
4. Kebersihan Mandi 3 x sehari, ganti baju 2 x sehari, gosok gigi 3 x sehari, keramas 3 x/ minggu Mandi 2 x sehari, ganti baju 2 x sehari, gosok gigi 3 x sehari, keramas 3 x/ minggu.
5. Aktifitas Memasak, mencuci, membersihkan rumah, mengurus kebutuhan keluarga. Memasak, mencuci, membersihkan rumah, mengurus kebutuhan keluarga.
6. Seksual 4 x seminggu 1 x seminggu
7. Kebiasaan yang mengganggu Ibu tidak merokok, minum minuman beralkohol. Ibu tidak merokok, minum minuman beralkohol.
8. Rekreasi Menonton TV Menonton TV

11. Data psikososial :
Psiko : Ibu merasa takut atas keadaan yang terjadi pada dirinya, karena ibu tidak merasakan gerakan janin semenjak 3 hari yang lalu.

Social : hubungan antara ibu, keluarga dan tetangga sangat baik, sehingga selalu memberi dukungan pada ibu. Keluarga sangat mengharapkan kelahiran bayi yang sedang dikandung ibu.

12. Latar belakang sosial budaya :
Ibu berasal dari suku jawa asli, dan ibu masih mengenal acara selamatan atau 4 bulanan dan selamatan 7 bulanan selama kehamilan. Ibu tidak pantang terhadap makanan tertentu.

13. Data spiritual :
Ibu dan keluarga menganut agama islam dan taat beribadah.

B. Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik TTV :
kesadaran : compos mentis TD : 140/90 mmHg
BB : 67 kg Nadi : 82 x / menit
TB :160 cm Suhu : 374 0C
LILA : 28 cm Respirasi : 24 x /menit

2. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
 Kepala : kulit kepala bersih
 Rambut : hitam bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok
 Muka : tidak ada kloasma gravidarum, bibir sedikit pucat
 Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera putih
 Telinga : bersih, tidak ada serumen
 Hidung : bersih, tidak ada polip
 Mulut : bersih, tidak ada lubang dan tidak ada karies gigi
 Leher : tidak ada pembesaan kelenjar tyroid
 Dada : mammae membesar, terdapat hiperpigmentasi pada areola mammae, putting susu menonjol.
 Perut : pembesaran perutmemanjang, tidak ada bekas luka.
 Genetalia : vulva : oedem, mengeluarkan sedikit darah
Anus : tidak ada hemoroid
 Ekstremitas : tidak ada oedem, tidak ada varises
b. Palpasi
 Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
 Dada : payudara tidak ada benjolan.
 Perut :
 Leopold I : TFU 2 jari diatas pusat, teraba lunak dan kurang bulat (bokong)
 Leopold II : perut bagian kiri teraba keras seperti papan (punggung), perut kanan teraba bagian kecil-kecil janin (ekstremitas).
 Leopold III : teraba keras dan bulat (kepala).
 Leopold IV : kepala belum masuk panggul.
 Mc. Donald : TFU 23 cm
 Ekstremitas : tidak ada varises, tidak ada oedem
c. Perkusi
Patella : ka/ki (+)/(+)
d. Auskultasi
Tidak ditemukan DJJ
e. Pemeriksaan panggul luar :
Distansia Spinarum : 25 cm
Distansia Kristarum : 27 cm
Konjugata Eksterna : 20 cm
Lingkar Panggul : 82 cm
f. Pemeriksaan panggul dalam :
fundus uteri tenang, dinding vagina licin, serviks tebal, pembukaan belum ada, selaput ketuban belum dapat dinilai

g. Pemeriksaan penunjang :
Darah Hb : 11,9 g%
Protein urin : Negative
USG : Tidak ada gerakan janin
Dopler : Tidak terdengar DJJ
h. Kesimpulan
i. Ibu hamil G1P0000
j. Usia kehamilan 32 minggu
k. Kehamilan intra uteri
l. Janin mati
m. Kehamilan tunggal
n. Letak kepala U
o. Punggung kiri
p. Keadaan janin mati, DJJ negative
q. Kesan panggul normal
r. Keadaan umum ibu baik
III. Analisa Data
Diagnosa : G1P0000 umur 22 tahun, hamil 32 minggu, dengan IUFD.
Masalah : Ibu dan keluarga belum mengetahui kalu janinnya telah meninggal.
Kebutuhan :
 Memberikan penjelasan secara hati-hati pada ibu dan keluarga agar tidak shock atas keadaan ibu
 Merujuk ibu agar segera melahirkan janin yang telah meninggal
IV. kebutuhan Segera
-
V. INTERVENSI
1. Lakukan pendekatan pada klien
R : agar pasien lebih kooperatif, dan memudahkan dalam menjalankan tindakan
2. Jelaskan pada ibu mengenai hasil pemeriksaan
R : agar ibu dapat mengetahui mengenai keadaannya saat ini
3. Beritahu keluarga bahwa janin harus segera dilahirkan.
R : agar tidak menjadi toksin ditubuh ibu
4. Anjurkan keluarga untuk mengambil keputusan tentang cara bayi akan dilahirkan.
R : agar bayi dapat segera dilahirkan dengan cara yang tepat.
5. Beri dukungan mental pada ibu dan keluarga.
R : agar ibu dan keluarga dapat bersabar dan dapat menerima kenyataan.
6. Anjurkan pada ibu untuk menjaga kesehatan pasca tindakan melahirkan bayi dengan induksi.
R : agar kehamilan selanjutnya dapat berjalan normal.
VI. IMPLEMENTASI
1. Melakukan pendekatan pada klien,agar pasien lebih kooperatif, dan memudahkan dalam menjalankan tindakan dengan memperkenalkan diri,member tahu maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada ibu.
2. Menjelaskan pada ibu mengenai hasil pemeriksaan, supaya ibu mengetahui akan keadaannya, yaitu bahwa janin dalam kandungan ibu telah meninggal yang ditandai dengan tidak adanya gerakan janin yang dirasakan oleh ibu dan tidak tedengarnya DJJ saat pemeriksaan berlangsung.
3. Memberitahu pada ibu dan keluarga agar segera mengambil keputusan untuk segera melahirkan janin agar nantinya tidak mengganggu kondisi kesehatan ibu dan tidak menjadikan racun / toksin ditubuh ibu.
4. Memberitahu ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan agar janin sesegera mungkin dilahirkan yaitu bidan berkolaborasi dengan Dr. obgin yang nantinya ibu akan dilakukan pemberian misoprostol 200 mg per oral / 12 jam (tindakan induksi persalinan)
5. Memberi dukungan mental kepada ibu dan keluarga agar ibu dan keluarga sabar dan dapat menerima keadaan yang terjadi. Memberi dukungan dan pendampingan pada ibu untuk tetap tabah dan menyerahkan segalanya pada yang lebih berkuasa, yaitu Tuhan. Ibu mengatakan sudah dapat menerima kematian bayinya dan mengatakan ikhlas atas hal tersebut.
6. Menganjurkan pada ibu dan suami untuk memikirkan tentang pemeriksaan kesehatan secara keseluruhan guna mempersiapkan kehamilan yang berikutnya agar penyebab kematian bayinya dapat diketahui dan kejadian yang sama tidak akan terulang kembali

VII. EVALUASI
Tanggal : 4 april 2011 jam : 09.00 WIB
Ibu sudah mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan dan ibu dapat menjawab peryanyaan yang diajukan bidan pada ibu serta dapat mempraktekkannya. Ibu dapat mengulang semua penjelasan yang dijelaskan bidan sebelumnya. Ibu G1P0A0 dengan IUFD, UK 32 minggu. Ibu dirujuk oleh bidan yang berkolaborasi dengan dr. Obgyn untuk segera dilakukan persalinan dengan diberi induksi misoprostol 200 mg per oral / 12 jam.


ttd : insani miftachul janah dkk

permasalahan wanita dalam dimensi sosial dan upaya mengatasi homeless

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Homeless atau gelandangan berasal dari kata gelandang yang berarti selalu mengembara, atau berkelana (lelana). (Humaidi, (2003)).
Gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum. Sedangkan, pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan pelbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain. (Anon., 1980).
Homeless (tuna wisma/gelandaan) adalah orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma dimasyarakat setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap diwilayah tertentu dan hidup ditempat umum. berdasarkan berbagai alasan harus tinggal di bawah kolong jembatan, taman umum, pinggir jalan, pinggir sungai, stasiun kereta api, atau berbagai fasilitas umum lain untuk tidur dan menjalankan kehidupan sehari-hari. Sebagai pembatas wilayah dan milik pribadi, tunawisma sering menggunakan lembaran kardus, lembaran seng atau aluminium, lembaran plastik, selimut, kereta dorong pasar swalayan, atau tenda sesuai dengan keadaan geografis dan negara tempat tunawisma berada.Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seringkali hidup dari belas kasihan orang lain atau bekerja sebagai pemulung.

Adapun secara spesifik ciri-ciri tunawisma yaitu sebagai berikut:
• Para tunawisma tidak mempunyai pekerjaan
• Kondisi fisik para tunawisma yang dapat dibilang tidak sehat karena kondisi lingkungan yang memprihatinkan.
• Para Tunawisma biasanya mencari-cari barang atau makanan disembarang tempat demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
• Para Tunawisma hidup bebas tidak bergantung kepada orang lain ataupun keluarganya.

Tunawisma sendiri di bagi menjadi tiga, yaitu:
• Tunawisma biasa, yaitu mereka mempunyai pekerjaan namun tidak mempunyai tempat tinggal tetap.
• Tunakarya, yaitu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dan tidak mempunyai tempat tinggal tetap.
• Tunakarya cacat, yaitu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dan tidak mempunyai tempat tinggal, juga mempunyai kekurangan jasmani dan rohani.


B. Alasan seorang wanita memilih menjadi tunawisma
Ada berbagai alasan yang menjadikan seseorang wanita memilih untuk menjalani hidupnya sebagai seorang Tunawisma. Mulai dari permasalahan psikologis, kerenggangan hubungan dengan keluarga, atau keinginan untuk hidup bebas. Namun alasan yang terbanyak dan paling umum adalah kegagalan para perantau dalam mencari pekerjaan. Cerita-cerita di kampung halaman tentang kesuksesan perantau kerap menjadi buaian bagi putra daerah untuk turut meramaikan persaingan di kota besar. Beberapa di antaranya memang berhasil, namun kebanyakan dari para perantau kurang menyadari bahwa keterampilan yang mumpuni adalah modal utama dalam perantauan. Sehingga mereka yang gagal dalam merengkuh impiannya, melanjutkan hidupnya sebagai tunawisma karena alas an tang sangat klasik yakni malu bila pulang ke kampung halaman.
Masalah kependudukan di Indonesia pada umumnya telah lama membawa masalah lanjutan, yaitu penyediaan lapangan pekerjaan. Dan bila kita meninjau keadaan dewasa ini, pemerataan lapangan pekerjaan di Indonesia masih kurang. Sehingga kota besar pada umumnya mempunyai lapangan pekerjaan yang lebih banyak dan lebih besar daripada kota-kota kecil.
Hal inilah yang menjadi penyebab keengganan tunawisma untuk kembali ke daerahnya selain karena perasaan malu karena berpikir bahwa daerahnya memiliki lapangan pekerjaan yang lebih sempit daripada tempat dimana mereka tinggal sekarang.

Adapun factor yang melatarbelakangi seorang wanita hidup sebagai gelandangan di kota besar dari pada mereka hidup di daerah asal :
a. Natural assets: seperti tanah dan air, sebagian besar masyarakat desa hanya menguasai lahan yang kurang memadai untuk mata pencahariannya sehingga mereka berbondong-bondong berurbanisasi ke kota besar guna mencoba peruntungan, yang akhirnya mereka terjebak dalam situasi yang tak kunjung usai.
b. Human assets: kualitas sumber daya manusia yang masih rendah dibandingkan masyarakat perkotaan (tingkat pendidikan, pengetahuan, keterampilan maupun tingkat kesehatan dan penguasaan teknologi), dimana seorang wanita di desa di diskriminasikan dengan seorang laki-laki/ seorang wanita tidak boleh sekolah tinggi karena akhirnya mereka akan turun ke dapur.
c. Physical assets: minimnya akses ke infrastruktur dan fasilitas umum seperti jaringan komunikasi yang membuat para wanita tersebut semakin tertinggal dan bahkan tidak tahu apapun mengenai dunia luar dari daerah asal mereka. Sehingga mereka selalu berpikiran positif akan ada perubahan hidup yang lebih baik jika mereka pergi ke kota, padahal malah sebaliknya.
d. Financial assets: Minimnya dana yang dimiliki sebagai modal usaha di kota menjadikan mereka hanya mengandalkan apa yang dimilikinya. Bila yang dimiliki seorang wanita hanya tenaga, mereka akan menggunakan tenaga mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka yang tentu saja tidaklah cukup. Sehingga tak jarang seorang wanita gelandangan menjajakan diri atau berprofesi sebagai PSK. Untuk yang level paling rendahnya, mereka memilih untuk menjadi seorang pengemis atau pengamen.
e. Social assets: berupa jaringan, kontak dan pengaruh politik, dalam hal ini kekuatan bargaining position dalam pengambilan keputusan-keputusan politik. Tentu saja seorang wanita desa tidaklah tahu menahu akan hal ini. Mereka hanya tahu mengenai bagaimana cara agar hari ini mereka bisa makan, entah besok.

C. Definisi Kesehatan Reproduksi Wanita.
Berdasarkan Konferensi Wanita sedunia ke IV di Beijing pada tahun 1995 dan Konverensi Kependudukan dan Pembangunan di Cairo tahun 1994 sudah disepakati perihal hak-hak reproduksi tersebut. Dalam hal ini (Cholil,1996) menyimpulkan bahwa terkandung empat hal pokok dalam reproduksi wanita yaitu :
1. Kesehatan reproduksi dan seksual (reproductive and sexual health)
2. Penentuan dalam keputusan reproduksi (reproductive decision making)
3. Kesetaraan pria dan wanita (equality and equity for men and women)
4. Keamanan reproduksi dan seksual (sexual and reproductive security)
Adapun definisi tentang arti kesehatan reproduksi yang telah diterima secara internasional yaitu : sebagai keadaan kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistim, fungsi-fungsi dan proses reproduksi. Selain itu juga disinggung hak produksi yang didasarkan pada pengakuan hak asasi manusia bagi setiap pasangan atau individu untuk menentukan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah anak, penjarakan anak, dan menentukan kelahiran anak mereka.

Konsep Pemikiran Tentang Kesehatan Reproduksi Wanita
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, maka wanita sebagai penerima kesehatan, anggota keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan harus berperan dalam keluarga, supaya anak tumbuh sehat sampai dewasa sebagai generasi muda. Oleh sebab itu wanita, seyogyanya diberi perhatian sebab :
1. Wanita menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi pria berkaitan dengan fungsi reproduksinya
2. Kesehatan wanita secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang dikandung dan dilahirkan.
3. Kesehatan wanita sering dilupakan dan ia hanya sebagai objek dengan mengatas namakan “pembangunan” seperti program KB, dan pengendalian jumlah penduduk.
4. Masalah kesehatan reproduksi wanita sudah menjadi agenda Intemasional diantaranya Indonesia menyepakati hasil-hasil Konferensi mengenai kesehatan reproduksi dan kependudukan (Beijing dan Kairo).
5. Berdasarkan pemikiran di atas kesehatan wanita merupakan aspek paling penting disebabkan pengaruhnya pada kesehatan anak-anak. Oleh sebab itu pada wanita diberi kebebasan dalam menentukan hal yang paling baik menurut dirinya sesuai dengan kebutuhannya di mana ia sendiri yang memutuskan atas tubuhnya sendiri.
Namun, berbagai masalah timbul seiring dengan berkembang pesatnya tunawisma –tunawisma wanita di kota besar. Mereka sudah tak menghiraukan lagi suara-suara yang menyerukan hak-hak mereka tentang baiknya kesehatan reproduksi wanita. Kesehatan reproduksi mereka berantakan, mereka tak mengacuhkan lagi slogan-slogan agar seorang wanita menjaga organ reproduksinya, karena tunas tunas bangsa yang sehat, lahir dari ibu yang sehat pula. Namun anggapan mereka berrbeda, semakin banyak anak yang lahir dari rahimnya, nantinya akan membantu si ibu untuk bekerja sebagai pengamen ataupun pengemis dijalanan. Ini dikarenakan, mereka telah terjebak dalam kejamnya kehidupan jalanan yang mereka jalani selama ini.
Karena pemikiran diri mereka inilah, menyebabkan jaminan kesehatan merekapun rendah, dan tidak adanya jaminan sosial untuk bertahan hidup dan untuk menjaga kelangsungan hidup mereka nantinya. Dalam hal kebersihan dan kesehatan, rumah mereka seadanya, jauh dari kriteria rumah sehat, kotor, ventilasi kurang, penerangan kurang, keperluan unit mandi, cuci, dan masak tidak memenuhi criteria, sehingga keadaan kesehatan para tunawisma ini khususnya wanita semakin terpuruk.

Indikator-indikator permasalahan kesehatan reproduksi wanita di jalanan atau para tunawisma antara lain:
1. Gender, adalah peran masing-masing pria dan wanita berdasarkan jenis kelamin menurut budaya yang berbeda-beda. Gender sebagai suatu kontruksi sosial mempengaruhi tingkat kesehatan, dan karena peran jender berbeda dalam konteks cross cultural berarti tingkat kesehatan wanita juga berbeda-beda.
2. Kemiskinan, antara lain mengakibatkan:
• Makanan yang tidak cukup atau makanan yang kurang gizi
• Persediaan air yang kurang, sanitasi yang jelek dan perumahan yang tidak layak.
• Tidak mendapatkan pelayanan yang baik.
3. Pendidikan yang rendah.
Kemiskinan mempengaruhi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan. Kesempatan untuk sekolah tidak sama untuk semua tetapi tergantung dari kemampuan membiayai. Dalam situasi kesulitan biaya biasanya anak laki-laki lebih diutamakan karena laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Dalam hal ini bukan indikator kemiskinan saja yang berpengaruh tetapi juga jender berpengaruh pula terhadap pendidikan. Tingkat pendidikan ini mempengaruhi tingkat kesehatan. Orang yang berpendidikan biasanya mempunyai pengertian yang lebih besar terhadap masalah-masalah kesehatan dan pencegahannya. Minimal dengan mempunyai pendidikan yang memadai seseorang dapat mencari liang, merawat diri sendiri, dan ikut serta dalam mengambil keputusan dalam keluarga dan masyarakat.

4. Kawin muda
Di negara berkembang termasuk Indonesia kawin muda pada wanita masih banyak terjadi (biasanya di bawah usia 18 tahun). Hal ini banyak kebudayaan yang menganggap kalau belum menikah di usia tertentu dianggap tidak laku. Ada juga karena faktor kemiskinan, orang tua cepat-cepat mengawinkan anaknya agar lepas tanggung jawabnya dan diserahkan anak wanita tersebut kepada suaminya. Ini berarti wanita muda hamil mempunyai resiko tinggi pada saat persalinan. Di samping itu resiko tingkat kematian dua kali lebih besar dari wanita yang menikah di usia 20 tahunan. Dampak lain, mereka putus sekolah, pada akhirnya akan bergantung kepada suami baik dalam ekonomi dan pengambilan keputusan.


Sedangkan . masalah yang timbul dengan semakin banyaknya wanita tunawisma antara lain :
a. Pelecehan seksual
b. Tindak kekerasan
c. Pemerkosaan
d. Paksaan untuk masuk dunia pelacuran
e. Wanita yang diperjual belikan
f. Perbudakan
g. Komplikasi berbagai penyakit

D. Pola perilaku seksual perempuan tunawisma
Pola perilaku anak perempuan atau wanita yang terjadi di kehidupan jalanan yang dimulai dari usia sekolah hingga dewasa hampir sama,seakan-akan yang mereka lakukan adalah hal amat biasa tentunya diikalangan mereka. Berikut contohnya :
1. Seks bebas
Dari perilaku seksual usia dini Anak jalanan perempuan, yang mulai seks bebas yaitu anak-anak jalanan dengan usia dibawah 14 tahun dan ada yang melakukan dengan saudaranya sendiri. Hal ini menyebabkan anak jalanan rentan terhadap penyakit kelamin misalnya HIV atau AIDS.
2. Penggunaan Drugs
Anak jalanan perempuan rela melakukan hal apapun ( merampas, mencuri, membeli, hubungan seks) yang penting bisa mendapatkan uang untuk membeli minuman keras, pil dan zat aditif lainnya. Mereka menggunakan itu karena ingin menumbuhkan keberanian saat melakukan kegiatan di jalanan.
3. Tindak Kriminal
Kegiatan-kegiatan yang bisa dikategorikan sebagai tindakan kriminal yang diketahui pernah dilakukan anak jalanan perempuan yaitu memeras, mencuri, mencopet dan pengedaran pil. Tindak kriminal terhadap anak jalanan ini juga dilakukan oleh petugas keamanan seperti Polisi, Satpol PP, TNI, Kantor Informasi dan Komunikasi Pemerintah, DLLAJ. Bagian sosial Pemerintah pada saat melakukan operasi razia ketertiban terhadap anak jalanan, gelandangan, anak yang dilacurkan dan pekerja seks komersial dengan perlakuan tidak manusiawi dan sadis.
4. Eksploitasi Seksual
Keberadaan anak jalanan perempuan yang tinggal dijalanan sangat rentan terhadap eksploitasi khususnya eksploitasi seksual seperti pelecehan, penganiyaan secara seksual, pemerkosaan, penjerumusan anak dalam prostitusi dan adanya indikasi perdagangan anak keluar daerah khususnya Riau dan Batam.
5. Drop out dari sekolah
Anak-anak jalanan yang dulu pernah sekolah ini banyak mengalami kekerasan di sekolah seperti perlakuan salah baik yang dilakukan oleh teman maupun guru mereka.
Tentu saja hal yang tertera diatas adalah kenyataan pahit yang dialami seorang perempuan di dunia jalanan yang terbilang amat kejam. Karena tindakan diatas, tak hanya kesehatan reproduksi mereka yang mengalami gangguan, melainkan kesehatan mental mereka. Apalagi bila seorang mengalami pelecehan seksual. Trauma yang dibawa akibat kejadian pelecehan seksual itu akan terbawa sampai dewasa nantinya, yang tentunya akan sangat mengganggu perkembangan dari gadis tersebut.

E. Penanganan pada tunawisma
Permasalahan tunawisma sampai saat ini merupakan masalah yang tidak habis-habis, karena berkaitan satu sama lain dengan aspe-aspek kehidupan. Namun pemerintah juga tidak habis-habisnya berupaya untuk menanggulanginya. Dengan berupaya menemukan motivasi melalui persuasi dan edukasi terhadap tunawisma supaya mereka mengenal potensi yang ada pada dirinya, sehingga tumbuh keinginan dan berusaha untuk hidup lebih baik.
Kebijakan yang dilakukan pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah (Pemda) selama ini cenderung kurang menyentuh stakeholdernya, atau pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan dalam peraturan. Mekanisme yang saat ini sedang dijalankan adalah dibangunnya Panti Sosial penampung para tunawisma (gelandangan). Namun sekali lagi, efektifitasnya dirasa kurang karena Panti Sosial ini sebenarnya belum menyentuh permasalahan yang sebenarnya dari para tunawisma , yaitu keengganan untuk kembali ke kampung halaman. Sehingga yang terjadi di dalam praktek pembinaan sosial ini adalah para tunawisma yang keluar masuk panti sosial.

Adapun dalam sebuah penelitian cara penanggulangan terhadap tunawisma diterapkan dalam beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:

a. Tahap persiapan
Karena tunawisma biasanya tidak mempunyai tempat tinggal, maka suatu hal yang esensial bila mereka ditanggulangi dengan memotivasi mereka untuk bersama-sama dikumpulkan dalam suatu tempat, seperti asrama atau panti sosial. Tujuan dalam tahap ini yaitu untuk berusaha memasuki atau mengenal aktivitas atau kehidupan para Tunawisma.

b. Tahap Penyesuaian diri
Setelah para tunawisma dikumpulkan , kemudian mereka harus belajar menyesuaikan diri pada lingkungan yang baru, dimana berlaku aturan-aturan khusus. Agar nantinya mereka lebih disiplin dan teratur.
c. Tahapan pendidikan yang berkelenjutan
Setelah beberap para tunawisma dalam lingkungan tersebut diadakan evaluasi mengenai potensi mereka untuk belajar dengan maksud supaya mendapatkan pendidikan yang lebih layak.
Selain itu, dibawah ini terdapat solusi dalam menangani Tunawisma yaitu:
• Tugas pemerintah untuk menangani masalah perkotaan pada umumnya dan tunawisma pada khususnya adalah menyediakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak di kota-kota kecil. Sehingga mereka tak perlu hidup susah menjadi seorang gelandangan di kota besar.
• Rencana pembangunan pemerintah seharusnya mengedepankan pembangunan secara merata sehingga tidak timbul “gunung dan lembah” di negara, pembangunan hendaknya dilakukan dengan pola “dari desa ke kota” dan bukan sebaliknya. Sehingga, masing-masing putra daerah akan membangun daerahnya sendiri dan mensejahterakan hidupnya.
• Melakukan Pembinaan kepada para Tunawisma dapat dilakukan melalui panti dan non panti, tetapi pembina harus mengetahui asal usul daerahnya serta identifikasi penyebab yang mengakibatkan mereka menjadi penyandang masalah sosial itu.
• Kalau para Tunawisma disebabkan faktor ekonomi atau pendapatan yang kurang memadai, mereka bisa diberi bekal berupa pelatihan sesuai potensi yang ada padanya, di samping bantuan modal usaha.
• Mengembalikan para tunawisma ke kampung mereka masing-masing.
• Pemerintah atau masyarakat mengadakan Program Pendidikan non formal bagi para tunawisma, sehingga dengan cara ini Para Tunawisma mendapatkan pengetahuan.
Dengan mekanisme yang lebih menyentuh permasalahan dasar para Tunawisma tersebut diharapkan masalah tunawisma di kota besar dapat teratasi tanpa menciderai hak-hak individu mereka dan malah dapat membawa para gelandangan kepada kehidupan yang lebih baik.
Namun, mekanisme di atas merupakan tindakan jangka panjang dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat terealisasi, untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antar generasi kepemerintahan agar hal tersebut dapat terwujud dan pada akhirnya kesejahteraan bangsa dapat lebih mudah dicapai. Dan tentunya mekanisme tersebut harus dilakukan secara terus menerus dan paling tidak berangsur, agar hasil yang dicapai dari mekanisme yang dijalankan, hasilnya sesuai dengan harapan, beik pemerintah maupun individu itu sendiri(para tunawisma).
F. Kendala dalam penanganan Tunawisma.
Kendala-kendala yang menyulitkan upaya penanganan gelandangan adalah:
1. Alokasi dana untuk penanganan Tunawisma relatif kecil.
2. Upaya penanganan terhadap Tunawisma seringkali hanya berhenti pada pendekatan punitif-represif.
3. Upaya penanganan sering tidak didukung oleh kebijakan Pemerintah Daerah.
4. Kurangnya partisipasi dan perhatian dari pemerintah.
5. belum teratasinya kemiskinan
Selain itu, dibawah ini terdapat solusi dalam menangani Tunawisma yaitu :
 Memberikan pendidikan agama yang kuat dalam keluarga.
 Melakukan pencegahan dengan cara memberikan penyuluhan / konseling, memberikan pendidikan pelatihan keterampilan.
 Dengan pengadaan rumah singgah dan diberikan berbagai pelatihan dan pendidikan.
 Transmigrasi.
 Menampung dipanti asuhan, panti sosial dan panti jompo.













BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum. Sedangkan, pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan pelbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain. (Anon., 1980).
Factor yang melatarbelakangi seorang wanita hidup sebagai gelandangan :
1. Natural assets
2. Human assets
3. Physical assets
4. Financial assets
5. Social assets
Masalah yang timbul dengan semakin banyaknya wanita tunawisma antara lain :
a. Pelecehan seksual
b. Tindak kekerasan
c. Pemerkosaan
d. Paksaan untuk masuk dunia pelacuran
e. Wanita yang diperjual belikan
f. Perbudakan
g. Komplikasi berbagai penyakit
Penanggulangan terhadap tunawisma diterapkan dalam beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:
d. Tahap persiapan
e. Tahap Penyesuaian diri
f. Tahapan pendidikan yang berkelenjutan

B. Saran
Dengan semakin banyaknya tunawisma yang ada di jalanan, diharapkan pembaca dan pemerintah dapat lebih memahami dalam sulitnya hidup dijalanan. Pembaca juga diharapkan dapat mengikutsertakan diri dalam upaya meminimalisir pembengkakan jumlah tunawiswa dengan diadakannya penyuluhan dan pembekalan diri di pedesaan mengenai bagaimana susahnya hidup di kota. Pemerintah juga harusnya dapat memperbanyak lapangan kerj didesa agar para tunawisma khususnya wanita tak perlu berbondong-bondong pergi ke kota untuk menjadi seorang gelandangan.
DAFTAR PUSTAKA
• www. Google.com. http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2008-apriyantit-9457&PHPSESSID=c93183f95319426ec15e64c509cc07ca. 25 mei 2009.
• www. Google.com. http://www.hupelita.com/baca.php?id=13773. 28 Mei 2009.
www. Google.com. http://m.infoanda.com/readnewsasia.php. 26 Mei 2009
• Naning Ramdlon. SH. Problema gelandangan dalam tinjauan tokoh pendidikan dan psikologi. 1983. Armico: Bandung
• http://gedesedana.wordpress.com/2009/07/28/faktor-penyebab-terjadinya-gelandangan-dan-pengemis/

asuhan pada ibu post partum di rumah

BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pelayanan Nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan.
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa krisis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Masa neonatus merupakan masa krisis dari kehidupan bayi, dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematiaan bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 harisetelah lahir.
Bidan di komunitas dapat memberikan asuhan kebidanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah, yang dapat dilakukan pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan, untuk membantu ibu dalam proses pemulihan ibu dan memperhatikan kondisi bayi terutama penanganan tali pusat atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan mengenai masalah kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.
Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas dapat mencegah beberapa kematian ibu.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Asuhan Ibu Post Partum Dirumah
• Jadwal Kunjungan Dirumah
• Manajemen Ibu Post Partum
• Post Partum Group
2. Asuhan Bayi baru Lahir dan Neonatus
• Jadwal Kunjungan
• Manajemen pada Bayi Baru Lahir dan Neonatus

3. TUJUAN
1. Untuk memenui tugas Askeb V komunitas.
2. Untuk mengetahui asuhan pada ibu nifas dirumah.
3. untuk mengetahui kunjungan pada ibu nifas dirumah.
4. untuk mengetahui majagement ibu post partum.
5. untuk mengetahui manfaat post partum group.




BAB II
PEMBAHASAN

1. ASUHAN IBU POST PARTUM DIRUMAH
A. JADWAL KUNJUNGAN
Paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru tahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Frekuensi kunjungan pada masa nifas adalah:
a. Kunjungan I ( 6-8 jam setelah persalinan)
Tujuan:
o Mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia uteri
o Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut
o Membenkan konseling pada ibu atau satah satu anggota keluarga, bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
o Pemberian ASI awal
o Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
o Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah terjadi hipotermi
o Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

b. Kunjungan II ( 6 hari setelah persalinan)
Tujuan:
o Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi dengan baik, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal atau tidak ada bau
o Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal
o Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan istirahat
o Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda¬ tanda penyulit
o Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

c. Kunjungan III ( 2 minggu setelah persalinan)
Tujuan: sama dengan kunjungan II yaitu :
o Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi dengan baik, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal atau tidak ada bau
o Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal
o Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan istirahat
o Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda¬ tanda penyulit
o Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

d. Kunjungan IV ( 6 minggu setelah persalinan)
Tujuan:
o Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ia atau bayi alami
o Memberikan konseling untuk KB secara dini.

Asuhan post partum di rumah difokuskan pada pengkajian, penyuluhan dan konseling. Dalam memberikan asuhan kebidanan di rumah, bidan dan keluarga diupayakan dapat berinteraksi dalam suasana yang rileks dan kekeluargaan.
Tantangan yang dihadapi bidan dalam melakukan pengkajian dan peningkatan perawatan pada ibu dan bayi di rumah, pada pelaksanaannya bisa cukup unik, sehingga bidan akan memiliki banyak kesempatan untuk menggunakan keahlian berpikir secara kritis untuk meningkatkan suatu pilihan kreatif perawatan bersama keluarga.

Perencanaan Kunjungan Rumah
Dalam memberikan asuhan kebidanan pada perawatan postpartum di rumah, sebaiknya Bidan :
a. Merencanakan kunjungan rumah dalam waktu tidak lebih dari 24-48 jam setelah kepulangan klien ke rumah.
b. Pastikan keluarga telah mengetahui rencana mengenai kunjungan rumah dan waktu kunjungan bidan ke rumah telah direncanakan bersama anggota keluarga.
c. Menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan.
d. Rencanakan tujuan yang ingin dicapai dan menyusun alat dan perlengkapan yang akan digunakan.
e. Pikirkan cara yang dapat digunakan untuk menciptakan dan mengembangkan hubungan yang baik dengan keluarga.
f. Melakukan tindakan yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dalam memberikan asuhan kepada klien.
g. Buatlah pendokumentasian mengenai hasil kunjungan.
h. Sediakan sarana telepon untuk tindak lanjut asuhan pada klien.
Keamanan
merupakan hal yang harus dipikirkan oleh bidan pada saat melakukan kunjungan rumah tanpa menghiraukan dimana bidan berinteraksi dengan klien. Bagaimanapun bidan harus tetap waspada. Tindakan kewaspadaan ini, dapat meliputi :
a. Mengetahui dengan jelas alamat yang lengkap arah rumah klien.
b. Gambar rute alamat klien dengan peta sebelum berangkat, perhatikan keadaan di sekitar lingkungan rumah klien sebelum kunjungan diadakan untuk mengidentifikasi masalah potensial yang kemungkinan akan muncul.
c. Beritahu rekan kerja anda ketika anda pergi untuk kunjungan dan beri kabar kepada rekan anda segera setelah kunjungan selesai.
d. Bawalah telepon selular dan yakinkan batere telepon selular anda telah diisi ulang.
e. membawa cukup uang dan uang recehan untuk menelepon dari telepon umum jika diperlukan.
f. Menyediakan senter khususnya untuk kunjungan malam hari.
g. Sebaiknya memakai tanda nama pengenal dan kenakan sepatu yang pantas dan nyaman, serta hindari memakai perhiasan yang mencolok.
h. Waspada terhadap bahasa tubuh yang diisyaratkan dari siapa saja yang ada selama kunjungan.
i. Tunjukkan perasaan menghargai di setiap kesempatan.
j. Saat perasaan tidak aman muncul, segeralah akhiri kunjungan.

B. MANAJEMEN IBU POST PARTUM

a. Defenisi
Asuhan ibu postpartum adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera setelah kelahiran, sampai 6 minggu setelah kelahiran

b. Tujuan
Memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu segera setelah melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama kehamilan, dalam persalinan dan keadaan segera setelah melahirkan

c. Asuhan pada ibu nifas
1. Kersihan Diri
- Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
- Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan ibu mengerti membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang, baru kemudian memmbersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri selesai buang air kecil atau besar.
- Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari.
- Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sessudah membersihkan daerah kelaminnya
- Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk mrnghindari menyentuh daerah luka.

2. Istirahat
- Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup mencegah kelelahan yang berlebihan
- Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan biasa perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur
- Kurang istirahat akan memmpengaruhi ibu dalam beberapa hal :
• Mengurangi jumlah ASI
• Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
• Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan merawat bayi dan diri sendiri

3. Senam nifas
 Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal ibu akan merasa kuat dan menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
 Menjelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu, seperti:
• Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu kedada, tahan satu hitungan sampai 5. Rileks dan ulangi 10 kali.
 Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot, pantat dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan, kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
 Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke 6 setelah persalinan itu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.

4. Gizi
Ibu menyusui harus :
- Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
- Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup.
- Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)
- Pil zat besi harus dimnum untuk mendapatkan tambahan zat gizi selama 40 hari pasca bersalin
- Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.


5. Perawatan Payudara
- Menjaga payudara tetap bersih dan kering
- Menggunakan bra yang menyokong payudara
- Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan mulai dari puting yang tidak lecet.
- Apabila lecet sangat berat dapa diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
- Unuk menghilangkan nyeri dapat minum paracetamol 1 tablet setiap 4-6 jam
- Apabila payudara bengkak akibat pemberian ASI. Lakukan :
 Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit
 Urut payudara dari pangkal menuju puting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju puting.
 Keluar ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga putting susu menjadi lunak
 Susukan bayi 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI keluarkan dengan tangan.
 Letakkan kain dingi pada payudara setelah menyusui.
 Payudara keringkan

6. Hubungan Seksual
- Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah berhenti dan dia tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
- Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan trgantung pada pasangan yang bersangkutan.

7. Keluarga Berencana
- Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka merencanakan tentang keluarganya. Namun petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada meraka cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
- Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karena itu metode amenorhe laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko ini ialah 2% kehamilan.
- Sebelum menggunakan metode KB hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu:
 Bagaiman metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektifitasnya
 Kelebihan/keuntungan
 Kekurangannya
 Efek samping
 Bagaimana menggunakan metode ini
 Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk waniKta pasca salin yang menyusui
- Jika seorang ibu telah memiliki metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu denganya lagi 2 minggu utuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu/ pasangan itu dan melihat apakah metode tersebut bekerja baik.


C. POST PARTUM GROUP
Di dalam melaksanakan asuhan pada ibu postpartum di komunitas, salah satunya adalah dalam bentuk kelompok. Ibu-ibu postpartum dikelompokkan dengan mempertimbangkan jarak antara satu orang ibu postpartum dengan ibu postpartum lainnya.
Kegiatan dapat dilaksanakan di salah satu rumah ibu postpartum atau di Posyandu dan Polindes. Kegiatannya dapat berupa penyuluhan dan konseling tentang:
a. Kebersihan diri (personal hygiene)
 Menganjurkan ibu untuk membersihkan seluruh badan (mandi) minimal 2 kali sehari.
 Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah genitalia dengan sabun dan air dari arah depan ke belakang.
 Sarankan ibu untuk mengganti pembalut minimal 2-3 kali sehari.
 Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah membersihkan genitalia.
 Apabila ibu mempunyai luka bekas episiotomi, maka sarankan ibu untuk tidak menyentuh daerah luka
b. Istirahat
 Sarankan ibu untuk beristirahat dengan cukup, sebaiknya ibu istirahat di saat bayinya sedang tidur.
 Sarankan ibu agar mengerjakan pekerjaan rumah pertahan-lahan
c. Gizi
- Nasi 200 gram (1 piring sedang)
- Lauk 1 potong sedang
- Tahu/tempe 1 potong sedang
- Sayuran 1 mangkuk sedang
- Buah1 potong sedang
- Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
- Makanan dengan diet berimbang: protein, mineral, vitamin yang cukup
- Minum sedikitnya 3 liter per hari (8 gelas sehari)
- Meminum pil zat besi selama 40 hari pasca persalinan
- Minum kapsul vitamin A
d. Menyusui
1) Tanda-tanda ASI cukup
- Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam
- Bayi sering BAB, berwama kekuningan “berbiji”
- Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, kemudian bangun tapi tidur cukup
- Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam
- Payudara terasa kosong setiap kali selesai menyusui
- Berat badan bayi bertambah
Bayi harus diberi ASI setiap kali ia merasa lapar, jika tayi dibiarkan tidur lebih dari 3-4 jam atau bayi diberi jenis makanan lain atau payudara tidak dikosongkan dengan baik setiap kali menyusui, maka "pesan hormonal" yang diterima otak ibu adalah untuk menghasilkan susu lebih sedikit.

2) Meningkatkan suplai ASI
- Menyusui bayi setiap 2 Jam, lama ± 10-15 menit
- Pastikan posisi ibu benar saat menyusui bayinya
- Susukan bayi dalam keadaan tenang dan suasana yang nyaman
- Tidurlah bersebelahan dengan bayi
- Tingkatkan istirahat dan hidrasi
3) Perawatan payudara
- Menjaga payudara tetap bersih dan kering
- Gunakan bra yang menyokong
- Apabila puting susu lecet, keluarkan kolostrum dan oleskan setiap kali selesai menyusui
- Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam
- Payudara yang bengkak dapat dikompres hangat selama 5 menit
- Untuk menghilangkan nyeri, ibu dapat diberikan parasetamol 500 mg setiap 6-8 jam


e. Lochea
Pembagian lochea antara lain:
 Lochea rubra (1-3 hari postpartum) : warna merah segar dan berisi gumpalan darah, sisa selaput ketuban, sisa vernik, lanugo.
 Lochea sanguinolenta (3-7 hari postpartum) : berwarna merah kekuningan, berisi darah dan vernik kaseosa.
 Lochea serosa (7-14 hari postpartum) : Berwarna kekuning-kuningan, berisi serum
 Lochea alba ( 14-40 hari post partum) : berwarna putih

f.. Involusi uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi placenta. Pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga akhir kala nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram.

g. Senggama
Secara fisik untuk memulai hubungan suami istri, begitu darah merah berhenti, ibu dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Memulai hubungan suami istri tergantung pada pasangannya.

h. Keluarga berencana
Idealnya, pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Pasangan sendirilah yang menentukan kapan ingin berKB. Tapi sebaiknya segera sebelum 40 hari masa nifas. Tenaga kesehatan akan memberitahu tentang cara, kelebihan, keuntungan, dau efek samping dari alat kontrasepsi itu. Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, penggunaan kontrasepsi aman setelah ibu haid kembali.











BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelayanan Nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa krisis baik ibu maupun bayinya. Oleh karena itu perlu dilakukan kunjungan pada ibu nifas sesuai jadwal yaitu :
a. Kunjungan pertama : 6-8 jam post partum
b. Kunjungan kedua : 6 hari post partum
c. Kunjungan ketiga : 2 minggu post partum
d. Kunjungan keempat : 6 minggu post partum
Dimana dalam kunjungan tersebut dilakukan asuhan mengenai : Kersihan Diri, istirahat, latihan, gizi, perawatan payudara, hubungan perkawinan, serta Keluarga Berencana (KB).
Dalam memberikan asuhan tersebut maka ibu post partum dikumpulkan dalam satu komunitas yang disebut Post partum dan ibu diberi pengetahuan dan penyuluhan mengenai asuhan pada masa nifas.

B. Saran
Kunjungan masa nifas harus dilakukan sesuai jadwal dengan tujuan agar ibu mendapat asuhan sesuai yang dibutuhkan pada masa nifas. Ibu post partum diberi penyuluhan mengenai apa yang harus ibu lakukan pada masa nifas tersebut.

















DAFTAR PUSTAKA

 Depkes RI, (2006) Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit, Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
 Depkes RI. (2006). Manajemen BBLR untuk Bidan. Depkes. Jakarta.
 Depkes RI. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga . Depkes RI. Jakarta.
 Depkes RI. (1999). Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas, Departemen kesehatan, Departemen Dalam Negeri, Tim Penggerak PKK dan WHO. Jakarta.
 Markum. A.H. dkk. (1991). Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta.
 Pelayanan Obtetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) Asuhan Neonatal Essensial. 2008.
 Syahlan, J.H. (1996). Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan.
Widyastuti, Endang. (2007). Modul Konseptual Frame work PWS-KIA Pemantauan dan Penelusuran Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Neonatal. Unicef.
 http://enyretnaambarwati.blogspot.com/2010/02/askeb-di-komunitas-baik-di-rumah.html
 http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com