Laman

Minggu, 14 Oktober 2012

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI NY “L” UMUR 30 TAHUN P2A1 POST CURRETAGE HARI KE-6 DENGAN PARAMETRITIS DI RSUD SOSODORO DJATIKOESOEMO

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI NY “L” UMUR 30 TAHUN P2A1 POST CURRETAGE HARI KE-6 DENGAN PARAMETRITIS DI RSUD SOSODORO DJATIKOESOEMO Dosen Pembimbing : NINIK SULISTYANI,SST.M.Kes Oleh Endometrium : 1. Erna dwi martina 2. Ervina W.D 3. Erwin wijayanti 4. Heni sri handayani 5. Indah lestarini 6. Indrawati 7. Insani miftachul janah AKADEMI KESEHATAN RAJEKWESI BOJONEGORO PRODI D III KEBIDANAN TAHUN AKADEMIK 2011/2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyusun tugas makalah ASKEB IV PATOLOGI dengan materi ” PARAMETRITIS”. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada NINIK SULISTYANI,SST.M.Kes selaku dosen pembimbing ASKEB IV Patologi yang telah membimbing kami dalam penyusunan tugas ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan tugas Askeb ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di waktu yang akan datang. Semoga tugas yang telah disusun ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Bojonegoro, 07 Maret 2012 Penyusun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Parametrium adalah jaringan renggang yang dapat ditemukan disekitar uterus. Jaringan ini memenjang sampai ke sisi-sisi serviks dank e pertengahan lapisan-lapisan ligament besar. Parametritis merupakan infeksi pada jaringan pelvis. Parametritis ini dapat terjadi melalui beberapa jalan diantaranya adalah : Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi, terjadi qkibat pelebaran dari endometritis, penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas dapat mencapai ke dasar ligamentum, serta penyebaran sekunder dari tromboflebitis. Pada parametritis yang ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari seminggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan parametritis. Pada perkembangan proses peradangan lebih lanjut gejala-gejala parametritis menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa Pengertian dari parametritis? 2. Apa tanda dan gejala dari parametritis? 3. Apa penyebab dari parametritis? 4. Bagaimana cara mendiagnosis dari parametritis? 5. Bagaimana prognosis dari parametritis? 6. Bagaimana pencegahan, pengobatan dan penanganan dari parametritis? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui Pengertian dari parametritis 2. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari parametritis 3. Untuk mengetahui penyebab dari parametritis 4. Untuk mengetahui cara mendiagnosis dari parametritis 5. Untuk mengetahui prognosis dari parametritis 6. Untuk mengetahui pengobatan dari parametritis BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Parametrium adalah jaringan renggang yang dapat ditemukan disekitar uterus. Jaringan ini memenjang sampai ke sisi-sisi serviks dank e pertengahan lapisan-lapisan ligament besar. Parametritis merupakan infeksi pada jaringan pelvis. Parametritis ini dapat terjadi melalui beberapa jalan diantaranya adalah : 1. Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi 2. Terjadi qkibat pelebaran dari endometritis. 3. Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas dapat mencapai ke dasar ligamentum. 4. Penyebaran sekunder dari tromboflebitis. Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Bila menjalar ke atas, pada perabaan dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa iliaka. Pada parametritis ringan dapat menyebabkan meningginya suhu saat nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari seminggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan parametritis. Pada perkembangan proses peradangan lebih lanjut gejala-gejala parametritis menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu dapat tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik turun disertai dengan menggigil. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri, dan pada akhirnya terdapat parametrium yang kaku. Jika sampai terjadi abses, nanah harus dikeluarkan dikarenakan selalu ada bahaya bahwa abses mencari jalan ke rongga perut yang menyebabkan peritonitis, ke rectum, atau ke kandung kencing. 2.2 Tanda dan gejala 2.2.1 Suhu tinggi dalam beberapa waktu lalu naik turun 2.2.2 Teraba tahanan padat dan nyeri perut 2.2.3 Timbul abses 2.3 Penyebab 2.3.1 Dari endometritis dengan 3 cara : 2.3.1.1 Percontinuitatum : endometritis → metritis → parametitis. 2.3.1.2 Lymphogen 2.3.1.3 Haematogen : phlebitis → periphlebitis → parametritis 2.3.2 Dari robekan serviks 2.3.3 Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD ) 2.4 Diagnosis 2.4.1 Demam 2.4.2 Nyeri tekan pada kedua sisi atau salah satu abdomen 2.4.3 Nyeri tekan yang cukup terasa ketika pemeriksaan vagina 2.5 Prognosis Menurut derajatnya septicemia merupakan infeksi yang paling berat dengan mortalitas tinggi, dan yang segera diikuti oleh peritonitis umum. Pada Pelvioperitonitis dan Sellulitis pelvis bahaya kematian dapat diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Abses memerlukan tindakan untuk mengeluarkan nanahnya. 2.6 Pengobatan Antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan infeksi nifas. Karena pemeriksaan-pemeriksaan ini memerlukan waktu, maka pengobatan perlu dimulai tanpa menunggu hasilnya. Dalam hal ini dapat diberikan penicillin dalam dosis tinggi atau antibiotika dengan spectrum luas, seperti ampicillin dan lain-lain. Disamping pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan untuk mempertinggi daya tahan badan tetap perlu dilakukan. Perawatan baik sangat penting, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan hendaknya diberikan dengan cara yang cocok dengan keadaan penderita, dan bila perlu transfusi darah dilakukan. Pada sellulitis pelvika dan pelvioperitonitis perlu diamat-amati dengan seksama apakah terjadi abses atau tidak. Jika terjadi abses, abses harus dibuka dengan menjaga supaya nanah tidak masuk kedalam rongga peritoneum dan pembuluh darah yang agak besar tidak sampai dilukai. Pengobatannya antara lain: a) Antibiotic seperti benzilpenisilin yang ditambah dengan gentamisin dan mitronidazol b) Jika perlu diberi obat pereda nyeri seperti pethidine 50-100 mg tiap 6 jam c) Jika ibu tidak membaik dalam 2 atau 3 hari, ibu harus segera di bawa ke rumah sakit daerah. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Parametritis adalah infeksi yang terjadi pada alat genetalia interna wanita yang berbahaya jika tidak terdeteksi secara dini. Sehingga diperlukan pencegahan intensif meliputi: Keadaan gizi juga merupakan factor penting, karenanya diet yang baik harus diperhatikan, dan yang paling utama ialah kebersihan dari genetaliaitu sendiri. 3.2 Saran Dalam mengurangi angka kejadian parametritis sebaiknya para wanita menjaga personal hygine serta melakukan pemeriksaan secara rutin pada tenaga kesehatan,apalagi bila ada keluhan – keluhan yang dirasakan pada bagian perut dan alat genetalia. Mengkonsumsi makan-makanan yang bergizi seimbang. DAFTAR PUSTAKA 1. http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/infeksi-nifas.html 2. http://info.g.excess.com/id/Askeb_%28Asuhan_Kebidanan%29/PARAMETRITIS_%28SELLULITIS_PELVIKA%29.info 3. http://irma1985.wordpress.com/2009/11/28/radang-genitalia-pada-wanita/ 4. http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/03/askep-ibu-dengan-gangguan-sistem.html 5. http://obstetriginekologi.com/salpingo-ooforitis-dan-parametritis ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “L” P2A1 DENGAN PARAMETRITIS Di RUANG NIFAS, RSUD SOSODORO DJATIKOESOEMO BOJONEGORO I. Pengkajian Tanggal: 30 Februari 2012, Jam : 09.00 WIB 1.1. DATA SUBJEKTIF a. Identitas klien Nama : Ny “L” Nama : Tn “T” Umur : 30 tahun Umur : 36 tahun Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/WNI Agama : Islam Agama : Islam Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA Pekerjaan : - Pekerjaan : Swasta Penghasilan : Penghasilan : - Alamat : Desa Kanor RT 08/02, Bojonegoro b. Keluhan Utama Ibu mengeluh nyeri pada perut bagian kanan. c. Riwayat kesehatan yang lalu Ibu demam sejak 6 hari yang lalu d. Riwayat kesehatan keluarga Tidak ada riwayat penyakit mrnular, turunan ataupun penyakit menahun. e. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas Kehamilan Persalinan Nifas No UK Tempt partus Pylt Jns psl Penol L/P BBL H/M Usia sekarang 1 9 bulan RS - Spt B Dr L 3500 gr H 6 tahun Normal 2 abortus RS - curretase Dr - - - - - f. Riwayat KB Ibu menggunakan KB jenis sntik 3 bulanan selama ± 5 tahun g. Pola kebiasaan sehari-hari No. Pola Selama sakit 1. Nutrisi Makan : makan 3x sesuai porsi di RS Minum : air teh ± 2 gelas, air putih 1 gelas 2. Eliminasi BAK : 1x /hari konsistensi agak keras, bau khas, warna kekuningan BAK : 5-6 x / hari bau khas, warna kekuningan. 3. Istirahat Siang : 30 menit s/d 1 jam Malam : 6 s/d 7 jam sesekali bangun 4. Kebersihan Pagi hari mandi, sore hari sibin. Ganti baju 2 kali. 5. Kebiasaan Ibu banyak berbaring selama ada di RS 6. Rekreasi - 7. Seksualitas - h. Latar belakang social budaya Ibu pantang makanan tertentu setelahdilakukan curettage. 1.2 DATA OBJEKTIF a. KU : baik b. Kesadaran : composmentis c. BB/TB : 58 kg/155 cm d. Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmHg, S : 386 0C, N : 100 x/menit, RR : 24 x/mnt e. Muka : tidak oedem, tidak pucat f. Mata : konjunggtiva tidak anemis, sklera putih, pupil normal g. Hidung : tidak ada polip h. Telinga :tidak ada nanah / tanda infeksi, pendengaran normal i. Mulut : tidak ada caries, lidah bersih j. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar troid ataupun pembendungan vena k. Dada : tidak terdapat massa abnormal l. Perut : terdapat nyeri tekan prut bagian kanan. m. Genetalia : 1) Eksterna : bersih, tidak ada varices, tidak ada condiloma, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini dan kelenjar scene, lochea sanguilenta  30 cc. 2) Internal (inspekulo) : tidak ada pus, tidak nampak massa/tumor,lochea sanguilenta, 3) Portio : tertutup, tidak ada nyeri, teraba licin n. Ekstremitas : tidak oedem, tidak ada varises o. Laboratorium 1) Haematologi 2) Haemoglobin : 7g/dl (L : 13,4 – 17 ; p : 11,4 – 15) 3) Leococyt : 11.800 /mm3 (4800 – 10.700) 4) Erytrocyt : - 5) Trombocyt : 88.000/mm3 (150.000 – 350.000) 6) HB 12 gr/% p. USG terdapat infiltrate pada kanan uteri 1.3 ANALISA DATA P2A1 Post partum hari ke-6 dengan parametritis 1.4 PENATALAKSANAAN 1. Melakukan pendekatan pada klien dan keluarga, dengan berkomunikasi secara sopan dan santun serta komunikatif, ibu kooperatif dengan tenaga kesehatan. 2. Memberi tahu mengenai hasil pemerikasaan, TD:110/70, suhu: 370C, N: 88x/menit, RR: 21x/menit, KU ibu baik 3. Menganjurkan klien untuk tidak pantang makanan, seperti telur ataupun makanan yang bergizi lainnya, makanan bergizi baik untuk mempercepat proses pemulihan tenaga ibu setalah bersalin, ibu melakukan anjuran nakes. 4. Mengajarkan klien tentang personal hygiene, dengan membasuh genetalia dengan air biasa lalu dikeringkan, saat BAk gerakan tangan dari belakang ke depan, jika BAB gerakan tangan dari depan ke belakang, ibu memahami dan mengerti yang diajarkan oleh nakes 5. Menganjurkan keluarga untuk pemberian kompres air hangat, bila suhu ibu meninggi, keluarga melakukan anjuran nakes 6. Melakukan kolaborasi dengan tim medis, pemberian antibiotic sesuai advis yang diberikan oleh dokter, advis dijalankan.

Kamis, 01 Maret 2012

tugas individu bagan organisasi

STRUKTUR BENTUK BAGAN ORGANISASI
1. Bagan Pohon
Bagan organisasi bentuk pohon adalah dimana suatu organisasi yang berbentuk menyerupai pohon, dimana tingkatan kekuasaan atau wewenang paling tinggi ada di paling atas sedangkan tingkatan menengah dan bawahan bercabang-cabang ada di bagian bawah menyerupai batang atau akar pohon.

Gb : Struktur Organisasi Bentuk Pohon

2. Bentuk Vertikal
Bagan organisasi bentuk vertikal atau menurun adalah bentuk yang agak meyerupai bentuk piramid dalam hal pelimpahan kekuasaan dari atas ke bawah, hanya bagian vertikal berwujud tegak sepenuhnya.


3. Bentuk Piramid
Bagan organisasi bentuk Piramid adalah suatu organisasi dimana bentuk bagan organisasi tersebut menyerupai piramid. Dimana suatu pimpinan tertinggi ada di paling atas piramid dan tingkatan pimpinan menengah dan bawahan ada di bagian-bagian bawah. Bentuk piramid sering kali dipakai di organisasi-organisasi, karna bentuk piramid ini mudah dimengerti dan dipahami. Type piramid memiliki ciri-ciri antara lain ialah:
a. Memiliki jumlah organisasi yang tidak banyak sehingga tingkat-tingkat hirarki kewenangan sedikit.
b. Jumlah pekerja (bawahan) yang harus dikendalikan cukup banyak
c. Pada jumlah jabatan sedikit sebab tingkat tingkat relatifnya kecil

Gb : Struktur Bagan Bentuk Piramid


Struktur bagan bentuk pyramid memiliki 2 macam yaitu :
a. Piramida Mendatar (flat)
Piramida mendatar mempunyai ciri-ciri diantaranya :
1. Jumlah satuan organisasi tidak banyak sehingga tingkat-tingkat hararki kewenangan sedikit.
2. jumlah pekerja(bawahan) yang harus dikendalikan cukup banyak
3. Format jabatan untuk tingkat pimpinan sedikit karena jumlah pimpinan relatif kecil,di negara kita bisa kita lihat misal nya organisasi kemiliteran.

b. Piramida Terbalik
Organisasi piramida terbalik adalah jumlah jabatan pimpinan lebih besar daripada jumlah pekerja. Organisasi ini hanya cocok untuk organisasi-organisasi yang pengangkatan pegawainya berdasarkan atas jabatan fungsional seperti organisasi-organisasi/ lembaga seperti lembaga penelitian, lembaga-lembaga pendidikan.


TUGAS INDIVIDU
ORGANISASI DAN MANAGEMEN DALAM
PELAYANAN KESEHATAN
(Struktur Bentuk Bagan Organisasi)




Dosen Pembimbing :
Anis Qomariyah, S.Psi

Disusun Oleh :
Insani Miftachul Janah
09.02.136

PRODI DIII KEBIDANAN
AKADEMI KESEHATAN RAJEKWESI BOJONEGORO
TAHUN AKADEMIK 2011/2012

LP dan ASKEB CA mammae


LAPORAN PENDAHULUAN KANKER PAYUDARA

1. Pengertian
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005, hal : 39-40)
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Harianto, dkk)
Anatomi fisiologi
1. Anatomi payudara
Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.
2. Fisiologi payudara
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
3. Insiden
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar dan kanker lambung dan kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kelenjar getah bening, kulit dan kanker nasofaring (Anaonim, 2004).
Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Data terakhir menunjukkan bahwa kematian akibat kanker payudara pada wanita menunjukkan angka ke 2 tertinggi penyebab kematian setelah kanker rahim. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Harianto, dkk).

2. Etiologi
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :
1. Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.
2. Masa reproduksi yang relatif panjang.
1. Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.
2. Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun)
3. Wanita yang belum mempunyai anak
Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan wanita yang sudah punya anak.
4. Kehamilan dan menyusui
Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.
5. Wanita gemuk
Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.
6. Preparat hormon estrogen
Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.
7. Faktor genetik
Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. (Erik T, 2005, hal : 43-46).

3. Patofisiologi
Kanker payudara bukan satu-satunya penyakit tapi banyak, tergantung pada jaringan payudara yang terkena, ketergantungan estrogennya, dan usia permulaannya. Penyakit payudara ganas sebelum menopause berbeda dari penyakit payudara ganas sesudah masa menopause (postmenopause). Respon dan prognosis penanganannya berbeda dengan berbagai penyakit berbahaya lainnya.
Beberapa tumor yang dikenal sebagai “estrogen dependent” mengandung reseptor yang mengikat estradiol, suatu tipe ekstrogen, dan pertumbuhannya dirangsang oleh estrogen. Reseptor ini tidak manual pada jarngan payudara normal atau dalam jaringan dengan dysplasia. Kehadiran tumor “Estrogen Receptor Assay (ERA)” pada jaringan lebih tinggi dari kanker-kanker payudara hormone dependent. Kanker-kanker ini memberikan respon terhadap hormone treatment (endocrine chemotherapy, oophorectomy, atau adrenalectomy). (Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1589)

4. Gejala klinik
Gejala-gejala kanker payudara antara lain, terdapat benjolan di payudara yang nyeri maupun tidak nyeri, keluar cairan dari puting, ada perlengketan dan lekukan pada kulit dan terjadinya luka yang tidak sembuh dalam waktu yang lama, rasa tidak enak dan tegang, retraksi putting, pembengkakan lokal. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, Harianto, dkk)
Gejala lain yang ditemukan yaitu konsistensi payudara yang keras dan padat, benjolan tersebut berbatas tegas dengan ukuran kurang dari 5 cm, biasanya dalam stadium ini belum ada penyebaran sel-sel kanker di luar payudara. (Erik T, 2005, hal : 42)
5. Klasifikasi kanker payudara
1. Tumor primer (T)
1. Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan
2. To : Tidak terbukti adanya tumor primer
3. Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor
4. T1 : Tumor < 2 cm
a. T1a : Tumor < 0,5 cm
b. T1b : Tumor 0,5 – 1 cm
c. T1c : Tumor 1 – 2 cm
5. T2 : Tumor 2 – 5 cm
6. T3 : Tumor diatas 5 cm
7. T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax atau kulit.
a. T4a : Melekat pada dinding dada
b. T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange, satelit
c. T4c : T4a dan T4b
d. T4d : Mastitis karsinomatosis
8. Nodus limfe regional (N)
a. Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
b. N0 : Tidak teraba kelenjar axila
c. N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak melekat.
d. N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.
e. N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral
9. Metastas jauh (M)
a. Mx : Metastase jauh tidak dapat ditemukan
b. M0 : Tidak ada metastase jauh
c. M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

Stadium kanker payudara :
1. Stadium I
Tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus terkena (LN) atau penyebaran luas.
2. Stadium IIa
Tumor kurang dari 5 cm, tanpa keterlibatan LN, tidak ada penyebaran jauh. Tumor kurang dari 2 cm dengan keterlibatan LN
3. Stadium IIb
Tumor kurang dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. Tumor lebih besar dari 5 cm tanpa keterlibatan LN
4. Stadium IIIa
Tumor lebih besar dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. semua tumor dengan LN terkena, tidak ada penyebaran jauh
5. Stadium IIIb
Semua tumor dengan penyebaran langsung ke dinding dada atau kulit semua tumor dengan edema pada tangan atau keterlibatan LN supraklavikular.
6. Stadium IV
Semua tumor dengan metastasis jauh.

(Setio W, 2000, hal : 285)


6. Pemeriksaan diagnostik
i. Mammagrafi, yaitu pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal dari payudara, hal ini mendeteksi secara dini tumor atau kanker.
ii. Ultrasonografi, biasanya digunakan untuk membedakan tumor sulit dengan kista.
iii. CT. Scan, dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain
iv. Sistologi biopsi aspirasi jarum halus
v. Pemeriksaan hematologi, yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.
(Michael D, dkk, 2005, hal : 15-66)

7. Pencegahan
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya benjolan di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum menstruasi, payudara agak membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan. Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :
1. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.
2. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara.
3. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa lagi.
4. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.
5. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan (www.vision.com jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Ramadhan)
8. Penanganan
a. Pembedahan
1. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran). Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena).
2. Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor.
3. Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksial
4. Mastektomi radikal
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya : seluruh isi aksial.
5. Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna.
b. Non pembedahan
1. Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila
2. Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.
3. Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi adrenalektomi hipofisektomi.
(Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1596 – 1600)









Daftar Pustaka:

1. Doenges M., (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta
2. Dixon M., dkk, (2005), Kelainan Payudara, Cetakan I, Dian Rakyat, Jakarta.
3. Mansjoer, dkk, (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta.
4. Sjamsuhidajat R., (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta
5. Tapan, (2005), Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplementer, Elex Media Komputindo, Jakarta.

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. D
DENGAN CA MAMMAE

IDENTITAS
ISTRI
Nama : Ny. D Nama : Tn. H
Umur : 40 th Umur : 42 th
Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Ds. Ngumpak Dalem, RT/RW 02/03, Dander, Bojonegoro
DATA
- Terasa tegang dan tidak nyaman pada payudara serta terdapat benjolan pada payudara sebelah kiri.
- Ibu dari Ny. D sebelumnya pernah mengalami kanker payudara dan dan dilakukan pembedahan serta masih menjalani perawatan
- Ibu menggunakan pil KB selama ± 5 tahun
- Ibu mengetahui mengenai tanda dan gejala kanker payudara
- KU : cukup Baik
- TD : 130/90 mmHg, N:78 x/mnt, R: 20 x/mnt
- BB : 65 kg
- Payudara terlihat bengkak, kulit payudara terlihat keriput (seperi kulit jeruk),
- Nyeri saat palpasi payudara, benjolan ± 5 cm padapayudara kiri
- Kesimpulan :
 Keadaan umum ibu cukup baik

ANALISA DATA
Ny. D dengan Kanker Payudara Stadium III

PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan, KU ibu baik,TD 130/90 mmHg, payudara bengkak, benjolan ± 5 cm pada payudara kiri, ibu memahami
2. Melakukan pemeriksaan lebih lanjut, melakukan mammografi, CT scan, Ultrasonografi, biopsy jaringan, ibu dapat memahami.
3. Kolaborasi dengan dokter, advise : Pengangkatan jaringan kanker dari payudara kiri, penyinaran, kemoterapi,

Makalah tingkat kesuburan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Masalah Kesuburan
Masalah kesuburan merupakan suatu hal yang sangat mengganggu bahkan bisa mengancam keutuhan suatu rumah tangga. Masalah kesuburan terjadi akibat terganggunya sistem reproduksi pada wanita dan terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas sperma pada pria. Sebuah penelitian menyatakan bahwa masalah kesuburan terjadi pada 40% akibat perempuan, 40% akibat laki-laki dan 30% akibat keduanya.
Masalah Kesuburan atau infertilitas dapat ditegakan jika sebuah pasangan suami isteri dalam jangka waktu 2 tahun belum juga dikaruniai kehamilan sedangkan mereka tidak menggunakan alat kontrasepsi. Jika hal ini terjadi, jelas terjadi masalah kesuburan yang cukup serius yang harus segera dikonsultasikan ke dokter untuk mengetahui siapa yang memiliki masalah kesuburan dan dilakukan treatment atau terapi untuk penyembuhan. Berikut beberapa penyebab masalah-masalah kesuburan yang terjadi baik pada laki-laki ataupun perempuan.
2.2 Penyebab Terjadinya Masalah-Masalah Kesuburan pada Laki-laki
 Kelainan Genetik
Meskipun amat jarang, ketidaksuburan pria dapat disebabkan oleh kelainan genetik seperti cystic fibrosis. Gangguan genetik meliputi kelainan pada kromosom seks, yang terjadi pada sindrom Klinefelter.

 Gangguan Hormonal
Gangguan hormonal yang terjadi dapat menghalangi produksi sperma. Untuk merangsang testis menghasilkan sperma, dibutuhkan hormon yang dihasillkan oleh kelenjar ptituari. Bila hormon tersebut tidak ada, atau jumlahnya menurun dalam jumlah yang signifikan maka sudah barang tentu kinerja testis tidak akan sempurna.

 Varikokel
Adalah terjadinya pelebaran Pembuluh Darah Vena di sekitar Buah Zakar. Hal ini biasanya terindikasikan dengan adanya benjolan pada bagian atas buah zakar dan biasanya terjadi pada sebelah kiri.

 Sumbatan Saluran Sperma
Biasanya disebabkan bawaan lahir karena tidak terbentuknya sebagian saluran sperma. Selain itu infeksi juga dapat menyebabkan terjadinya sumbatan saluran sperma. Infeksi pada saluran reproduksi dapat disebabkan oleh bakteri melalui penyakit menular seksual. Jika memang disebabkan karena infeksi bakteri mungkin akan terjadi sumbatan akibat perlekatan dari saluran reproduksi pria.

 Impotensi
Agar bisa tegak, penis memerlukan aliran darah yang cukup. Karena itu penyakit pembuluh darah (misalnya aterosklerosis) bisa menyebabkan impotensi. Impotensi juga bisa terjadi akibat adanya bekuan darah atau akibat pembedahan pembuluh darah yang menyebabkan terganggunya aliran darah arteri ke penis. Kerusakan saraf yang menuju dan meninggalkan penis juga bisa menyebabkan impotensi.

 Kebiasaan Merokok
Merokok dapat menambah risiko kemandulan dan disfungsi ereksi pada pria. Nikotin membuat darah mengental sehingga tidak bisa beredar dengan lancar, termasuk di pembuluh darah alat kelamin. Akibatnya, muncul gangguan seksual seperti ejakulasi dini, ereksi tidak sempurna, bahkan impotensi.

 Kebiasaan Minum Beralkohol
Alkohol dalam jumlah besar dapat menurunkan kadar hormon testoteron sehingga mengganggu produksi sperma.

 Pengaruh Radiasi
Radiasi akan memberikan efek negatif terhadap konsentrasi dan kualitas sperma. Selain itu sperma yang terkena pengaruh radiasi akan memiliki gerakan berenang yang kurang baik yang akan mengurangi kesempatan untuk pembuahan.

 Pengaruh Obat
Beberapa jenis obat bisa mempengaruhi tingkat kesuburan. Obat-obatan seperti antibiotika, pereda rasa sakit, obat penenang, dan obat hormonal dapat menurunkan tingkat kesuburan pria.
2.3 Penyebab Terjadinya Masalah-Masalah Kesuburan pada Perempuan
• Sumbatan pada saluran telur
Sumbatan saluran telur disebabkan antara lain adanya perlengketan pada sekitar saluran telur, hal ini sebagai akibat dari pernah terkena IMS dan radang panggul sehingga menghambat pertemuan sel telur dengan sperma.
• Endometriosis
Yaitu sel selaput lendir rahim yang tumbuh pada tempat yang tidak semestinya, yaitu di indung telur. Hal ini dapat menimbulkan perlengketan pada sekitar saluran telur atau pada organ reproduksi lainnya.
• Kelainan lendir leher rahim
Terlalu pekat, yang dapat menghambat laju gerakan sperma
terlalu asam, yang dapat mematikan sperma.
• Berat Badan Tidak Seimbang
Berat badan yang tidak seimbang dapat mengganggu kesuburan perempuan, karena tubuh memerlukan 17% dari lemak tubuh di awal masa siklus haid, dan 22% di sepanjang siklus haid. Lemak tubuh mengandung enzim aromatase yang dibutuhkan untuk memproduksi hormon estrogen. Jadi, jika persediaan lemak dalam tubuh tidak memadai, akan memberikan andil besar terhadap ketidaksuburan.
• Faktor Usia
Pada wanita, begitu masuk usia 35 tahun, kesuburan akan menurun dan semakin menurun drastis di usia 37 tahun sampai akhirnya masuk ke masa menopause di atas 40-45 tahunan. Cadangan sel telur akan terus berkurang setup kali wanita mengalami menstruasi dan lama-kelamaan akan habis saat menopouse. Sebaliknya, usia tidak membatasi tingkat kesuburan pria dimana “pabrik sperma” akan terus memproduksi sel-sel sperma selama anatominya normal.

• Gaya Hidup Yang Penuh Stres
Gaya hidup ternyata pegang peran besar dalam menyumbang angka kejadian infertilitas, yakni sebesar 15-20%. Gaya hidup yang serbacepat dan kompetitif dewasa ini rentan membuat seseorang terkena stres. Padahal kondisi jiwa yang penuh gejolak bisa menyebabkan gangguan ovulasi, gangguan spermatogenesis, spasme tuba fallopi, dan menurunnya frekuensi hubungan suami istri.

• Kelainan Mulut Rahim
Normalnya, mulut rahim mengarah ke depan (antefleksi), sehingga berhadapan langsung dengan dinding belakang vagina. Kondisi inilah yang memungkinkan spermatozoa sampai ke dalam saluran mulut rahim yang menghubungkan antara vagina dan rongga rahim. Penyimpangan dari posisi normalnya, seperti retrofleksi (posisi rahim menghadap ke belakang), bisa menghambat terjadinya kehamilan.

• Kelainan Rahim
Adanya kelainan rongga rahim karena perlengketan, mioma atau polip; peradangan endometrium dan gangguan kontraksi rahim, dapat mengganggu transportasi spermatozoa. Kalaupun sampai terjadi kehamilan biasanya kehamilan tersebut akan berakhir sebelum waktunya.




2.4 Tingkat kesuburan dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Fertilitas.
Fertilitas adalah kemampuan istri menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilinya.
2. Infertilitas
a. Pengertian.
Infertilitas adalah suatu keadaan pasangan suami istri yang ingin mempunyai anak tetapi tidak bisa mewujudkan keinginannya tersebut karena adanya masalah kesehatan reproduksi baik pada suami atau istri.
b. Pembagian Infertilitas
Infertilitas dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Infertilitas primer
Infertilitas primer adalah pasangan usia subur yang telah melakukan hubungan suami istri teratur 2-3 kali semingggu tanpa memakai alat kontrasepsi selama 1 tahun tetapi belum terjadi kehamilan juga.
2. Infertilitas Sekunder
Infertilitas sekunder adalah pasangan usia subur yang telah punya anak dan sudah tidak menggunakan alat kontrasepsi serta melakukan hubungan suami istri teratur 2-3 kali tetapi belum hamil juga.
c. Penyebab Infertilitas
1) Pada suami dikarenakan kelainan alat kelamin factor fungsional.
2) Pada istri dikarenakan kelainan anatomis alat kelamin, kelainan fungsi.
3) Kurang pengetahuan
4) Reaksi imunologi
3. Peran Bidan dikomunitas terhadap tingkat kesuburan.
a. Fertilitas yaitu dengan KB
b. Infertilitas :
1. Melakukan rujukan sehingga pasangan infertile dapat penanganan yang tepat
2. Konseling tentang variasi dalam hubungan seksual, cara menghitung masa subur, makanan yang dapat meningkatkan kesuburan suami atau istri.
3. Mencari ketenangan psikologis.














BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masalah kesuburan merupakan suatu hal yang sangat mengganggu bahkan bisa mengancam keutuhan suatu rumah tangga. Masalah kesuburan terjadi akibat terganggunya sistem reproduksi pada wanita dan terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas sperma pada pria. Sebuah penelitian menyatakan bahwa masalah kesuburan terjadi pada 40% akibat perempuan, 40% akibat laki-laki dan 30% akibat keduanya.
3.2 Saran
Kami menyarankan agar para wanita sejak remaja menjaga kesehatan reproduksinya dengan cara makan-makanan dengan menu gizi seimbang, dan merawat hygien dari alat genetalianya.









DAFTAR PUSTAKA

Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI. Jakarta.

Behrman. Kliegman. Arvin. (2000). Ilmu Kesehatan Anak (Nelson Textbook of Pediatrics). EGC. Jakarta.
Depkes. (2007). Kurikulum dan Modul Pelatihan Bidan Poskesdes dan Pengembangan Desa Siaga. Depkes. Jakarta.

Depkes RI. (2007) Rumah Tangga Sehat Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Pusat Promosi Kesehatan.

Depkes RI, (2006) Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit, Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

Depkes RI. (2006). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

Minggu, 24 April 2011

epidemiologi "pandemi"

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Pandemi berasal dari bahasa Yunani yaitu Pan artinya semua, demos artinya rakyat atau epidemi artinya global atau wabah global merupakan terjangkitnya penyakit menular pada banyak orang dalam daerah geografi yang luas.
Menurut organisasi kesehatan Dunia (WHO), suatu pandemi dikatakan terjadi bila syarat berikut terpenuhi :
• Timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal yang baru pada populasi bersangkutan
• Agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan sakit serius
• Agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan berkelanjutan pada manusia

2.2 Variabel
1. Tempat
a. Peternakan unggas
b. Area udara di sekitar unggas yang sakit
c. Lingkungan yang kumuh
d. Ligkungan yang kurang terjaga kebersihannya
e. Kandang unggas yang jarang dibersihkan
2. Waktu
a. Saat peralihan musim
b. Siklus flu burung adalah 40 tahun
• Pandemi pertama pada tahun 1918 dengan korban meninggal 40-50 juta orang di Spanyol
• Pandemi kedua pada tahun 1957 dengan korban meninggal 4-5 juta orang di Asia
• Pandemi ketiga pada tahun 1967 dengan korban meninggal 1 juta orang di Hongkong

3. Orang
a. Orang yang kontak dengan unggas yang sakit
b. Orang kekebalan terhadap virus flu burug lemah
c. Orang yang tidak mencuci tangan dengan benar setelah kontak dengan unggas yang sakit
d. Orang yang memakan hasil olahan daging unggas yang kurang matang saat dimasak.

2.3 Contoh
Pandemi flu burung
Menurut WHO, flu burung sudah ada sejak tahun 1878 di Italia. Flu burung tidak hanya menyerang Indonesia, tetapi juga di beberapa negara lain di benua Asia, Eropa, dan Afrika. Pengertian pandemi sendiri adalah wabah yang melampaui batas negara dan meliputi wilayah sampai satu benua atau lebih.
Dampak flu burung tidak hanya korban jiwa, namun juga kerugian materi. Kerugian materi tentu sangat dirasakan oleh pemilik/peternak unggas dan berpengaruh terhadap industri peternakan. Padahal industri peternakan unggas merupakan salah satu industri yang vital di Indonesia. Hal ini disebabkan kebutuhan akan daging dan telur unggas yang mempunyai gizi tinggi terus mengalami peningkatan setiap tahun. Industri perunggasan juga banyak menyerap tenaga kerja informal. Jika flu burung menyerang, maka unggas yang sudah terjangkit harus dimusnahkan. Pemusnahan unggas ini akan menghentikan industri peternakan dan berdampak pada pengangguran yang bertambah. Pemerintah harus mewaspadai isu flu burung. Jika tidak dilakukan akan membuat persaingan yang tidak sehat antar sesama peternak unggas.
Penularan secara airborne berarti manusia menghirup udara yang sudah mengandung virus ke dalam saluran pernapasannya. Kita tidak tahu dan tidak merasakan saat menghirup udara bervirus flu burung. Kita harus mewaspadai udara di sekitar lokasi yang sudah dijangkiti flu burung sebagai wilayah yang berisiko pencemaran virus. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak langsung melalui tangan. Kontak langsung dengan menyentuh, memegang, atau bersinggungan dengan semua yang sudah tercemar virus, termasuk saat berkontak dengan unggas atau telurnya. Dengan cara itu virus mencemari tangan, tubuh, dan segala yang dikenakan manusia. Bila tangan manusia yang sudah tercemar virus tidak dibasuh dan kemudian berkontak dengan liang hidungnya sendiri, virus bisa memasuki saluran pemapasan

2.4 Intervensi
1. Jelaskan pada masyarakat setempat tentang penyakit flu burung
Rasional : Untuk menambah pengetahuan
2. Berikan vaksin anti flu burung atau dengan penyemprotan desinfektan keunggas
Rasional : Untuk mengurangi penyebaran virus
3. Pastikan peralatan kandang yang steril
Rasional : Untuk menekan penyebaran virus
4. Jaga kebersihan diri dan peternakan unggas
Rasional : Untuk menjaga personal higien
5. Pastikan kendaraan yang berasal dari wilayah terjangkit flu burung dilarang masuk kewilayah yang terjangkit
Rasional : Untuk menekan penyebaran virus
6. Lakukan pengawasan teratur terhadap peternakan unggas
Rasional : Agar temuan flu burung tidak bertambah banyak
7. Lakukan pengaturan jarak peternakan unggas dengan masyarakat
Rasional : Agar masyarakat tidak mudah terjangkit virus flu burung.

2.5 Implementasi
1. Menjelaskan pada masyarakat setempat tentang penyakit flu burung agar masyarakat mengerti dan memahami tentang bahaya flu burung bagi mereka
2. Memberikan vaksin anti flu burung atau dengan penyemprotan desinfektan ke unggas untuk mengendalikan penyebaran virus flu burung
3. Memastikan peralatan kandang yang bersih dan steril untuk menekan penyebaran virus
4. Menjaga kebersihan diri dan peternakan unggas misalnya setelah menyentuh, memegang atau bersinggungan dengan unggas dan telurnya langsung cuci tangan untuk menjaga personal higien
5. Memastikan kendaraan yang berasal dari wilayah yang terjangkit flu burung dilarang masuk kewilayah yang belum terjangkit virus flu burung untuk menekan penyabaran virus
6. Melakukan pengawasan teratur terhadap peternakan unggas merupakan langkah yang harus terus dilakukan oleh pemerintah, seiring semakin bertambahnya temuan flu burung agar tidak semakin bertambah
7. Melakukan pengaturan jarak peternakan unggas dengan masyarakat agar masyarakat tidak mudah terjangkit virus flu burung.




ttd : insani miftachul janah dkk

metode penelitian sampling and kerangka konsep

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan.
Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat langsung diamati dan diukur. Konsep hanya dapat diamati atua diukur melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan nama variabel. Jadi variabel adalah simbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep. Variabel adalah sesuatu yang berfariasi
Sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi se setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.


1.2 Tujuan
• Dapat mengetahui pengertian dari kerangka konsep dan sampling.
• Dapat menentukan langkah-langkah dalam proses sampling.
• Untuk mengetahui keuntungan dan criteria design dari sampling.
















BAB II
PEMBAHASAN


2. DEFINISI
2.1 Konsep

Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat langsung diamati dan diukur. Konsep hanya dapat diamati atua diukur melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan nama variabel. Jadi variabel adalah simbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep. Variabel adalah sesuatu yang berfariasi.

Contoh: Sehat adalah konsep; istilah ini mengungkap sejumlah observasi tentang hal-hal atau gejala-gejala yang mencerminkan kerangka keragaman kondisi kesehatan seseorang. Untuk mengetahui apakah seseorang itu “sehat” atau “tidak sehat” maka pengukuran konsep “sehat” tersebut harus melalui konstruk atau variabel-variabel, misalnya: tekanan darah, denyut nadi, Hbdarah, dan sebagainya. Tekanan darah, denyut nadi, Hb darah dan sebagainyaa ini adalah variabel-variabel yang digunakan untuk mengobservasi atau mengukur apakah seseorang itu “sehat” atau “tidak sehat”.

Sosial-ekonomi adalah suatu konsep, dan untuk mengukur sosial-ekonomi keluarga misalnya, harus melalui variabel-variabel: tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga itu.

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan.


2.2 Sampling
Probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.Teknik sampling adalah bagian dari metodologi statistika yang berhubungan dengan pengambilan sebagian dari populasi. Jika sampling dilakukan dengan metode yang tepat, analisis statistik dari suatu sampel dapat digunakan untuk menggeneralisasikan keseluruhan populasi. Metode sampling banyak menggunakan teori probabilitas dan teori statistika.

2.2.1 Langkah-langkah dalam proses sampling :
Menurut Tull dan Hawkins, proses sampling terdiri dari tujuh langkah berturut-turut :
















1. Defined the population
Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam melakukan suatu kegiatan adalah menentukan populasi. Dan ada empat komponen dari populasi adalah elemen, unit sampling, tempat, dan waktu.
2. Specified sampling frame
Sampling frame ini memiliki tujuan untuk memaparkan secara jelas dan spesifikasi dari eemen populasi, serta dapat dibagi menjadi dua yaitu target populasi dan populasi sampling
3. Specified sampling unit
Merupakan unit dasar dari elemen populasi yang akan dijadikan sampel, tetapi kadang dapat berdiri sendiri menjadi komponen populasi atau merupakan unit sampling dari elemen populasi.
4. Specified sampling method
Metode sampling dapat dilakukan dengan teknik probabilitas dan non probabilitas. Dengan teknik probabilitas ini, dimana teknik sampling memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi sampel, atau pengambilan sempel secara random atau acak. Teknik ini meliputi :
a) Sampling Acak Sederhana ( Simple Random Sampling)
Teknik ini dikatakan sederhana karena cara pengambilan sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian apabila anggota populasi dianggap homogen.

Tabel Random

1534 7689 0985 5463
2356 1356 3417 0972
3466 1245 9842 8353
6578 0967 9815 7372
7879 2398 2864 1737
7845 5623 2936 0735
1245 7899 2853 2548
2341 1278 3529 2480

Hasil pemilihan dengan mempergunakan table random mulai dari atas ke bawah. Dan didapatkan hasil sebagai berikut : nomor : 34,56,66,78,79,45,45,41,89,85,63 dan sebagainya


b) Sampling Sistematik
Sampling sistematik biasanya digunakan dalam traffic survey atau marketing research. Ada beberapa peneliti menganggap sampling sistematik bukan merupakan sampling acak, padahal sampling sistematik merupakan sempling acak karena pemilihan pertama menggunakan random start dilakukan secara acak. Dan ada juga beberapa peneliti yang mengatakan bahwa sampling sistematik sebagai Quasi random sampling atau Pseudo random sampling.

c) Sampling Acak Stratifikasi ( Proportoinate Stratified Random Sampling )
adalah teknik yang digunakan apabila populasi memiliki anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional
.
d) Sampling Acak Tak Berstrata ( Disproportioner Stratified Random Sampling )
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tapi kurang proporsional.

e) Sampling Klaster ( Cluster Sampling )
Merupakan teknik sampling yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel jika objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara.
Sedangkan pada teknik Non Probability Sampling adalah teknik sampling yang memberi peluang atau kesempatan tidak sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Pemilihan elemen-elemen sampel didasarkan pada kebijaksanaan peneliti sendiri. Pada prosedur ini, masing-masing elemen tidak diketahui apakah berkesempatan menjadi elamen-elemen sampel atau tidak. Teknik sampling non peluang meliputi :
a) Sampling Kuota
Sampling kuota adalh teknik untuk menentukan sempel secara bebas dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.

b) Sampling Aksidental
Adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipadang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

c) Judgement Sampling
Adalah cara pengambilan sampel, yang bersedia dipilih berdasarkan tujuan. Dipilih berdasarkan unit analisis seorang ahli.
d) Pruposive Sampling
Adalah teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja. Misalnya pada penelitian tentang disiplin pegawai, maka sempel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang kepegawaian saja.
e) Sampling Jenuh
Adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil.
f) Snowball Sampling
Adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.

5. Determine sampling size
Dalam menyusun suatu penelitian, sering kali timbul pertanyaan”berapa banyak jumlah sample yang harus ditetapkan”, ini tergantung dari jenis studi, homogenotas populasi, jenis sample, serta jumlah dana dan personil yang tersedia.
Untuk menentukan jumlah sample pada penelitian kesehatan, yang paling penting diketahui lebih dulu adalah factor=factor yang dapat mempengaruhi ukuran sample yaitu :
1. Category Outcomes
Berupa kategori yang akan dihasilkan oleh data penelitian, apakah itu berupa suatu variable kuantitatif seperti presentase dan nilai rata-rata, atau variable kualitatif berupa jawaban ya atau tidak, hidup atau mati, dan lain-lain.

2. Tests of Hypotheses
Apakah pada penelitian perlu adanya pembuktian hipotesis atau tidak, bila ada pembuktian hipotesis kita harus menentukan lebih dulu batasab-batasan untuk menerima atau menolak hipotesis null.

a. Type I error (alpha level)
Bila kita ingin menolak hipotesis null, kita harus menentukan lebih dulu batasan kemungkinan terjadi kesalahan atau level of significance dari studi.
b. Type II error (beta level)
Bila kita ingin menerima suatu hipotesis null, kita harus menentukan lebih dulu batasan kesalahan atau disebut type II error dari studi.

3. Power and Confidence Level
Tingkat kebenaran dalam menolak suatu hipotesis null pada studi disebut power of test, dan tingkat probabilitas dalam menerima hipotesis null suatu studi disebut confidence of test.

4. Jenis studi
Apakah jenis studi yang digunakan adalah deskriptif atau analitik, prospektife atau retrospektife, dan apakah sample yang dipakai untuk penelitian itu akan dilakukan randomisasi atau tidak, kesemua ini akan mempengaruhi ukuran sample yang ada.

6. Specified sampling plan
Yaitu merencanakan bagaimana keputusan-keputusan yang telah diambil dapat dilaksanakan secara baik dilapangan, meliputi kelengkapan perangkat lunak dan perangkat keras, misalnya kuesioner, pewawancara, alat transportasi, jadwal penelitian, dan sebagainya.

7. Select the sample
Melaksanakan pemilihan sample dilapangan disesuaikan dengan protocol penelitian yang telah disediakan.









2.2.2 Keuntungan dari sampling
Ada beberapa keuntungan dari sampling antara lain :
1. Data yang diperoleh lebih komprehensif dan representative, serta merupakan refleksi dari karakteristik populasi yang sedang diteliti.
2. Memerlukan dana serta tenaga pelaksana yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan sensus.
3. Mudah dikerjakan dan hasilnya dapat segera dievaluasi dan dianalisa.
4. Dapat menghilangkan bias seleksi dengan cara melakukan randomisasi.
2.2.3 Kriteria Desaign Sampling yang Baik
Desaign sampling baik jika memenuhi criteria sebagai berikut :
1. Sampel yang diperoleh harus benar-benar mewakili karakteristik dari populasi yang sedang diteliti.
2. Prosedur sampling harus sederhana dan oraktis sehingga mudah dilaksanakan dilapangan.
3. Efisien dan ekinomis serta dapat memberikan informasi selengkap-lengkapnya dengan biaya yang murah.
4. Jumlah sample yang ada harus adekuat sehingga dapat dipakai untuk keperluan generalisasi parameter populasi.










BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan ini dapat diambil kesimpulan bahwa, Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat langsung diamati dan diukur.
Dengan demikian kerangka konsep dan sampling dapat digunakan untuk menentukan masalah utama dalam suatu metode penelitian. Oleh karena itu suatu kerangka konsep dan sampling sangat diperlukan untuk menyusun metode penelitian.

3.2 Saran
Dengan menggunakan kerangka konsep dan sampling diharapkan pembaca dan peneliti dapat memahami dan memberikan contoh yang nyata dan akurat sehingga hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut lebih bermutu atau berkualitas.














DAFTAR PUSTAKA


http://ta-tugasakhir.blogspot.com/2007/10/probability-sampling.html
http://zesy-rahantoknam.blogspot.com/2010/01/probability-sampling-dan-non.html







ttd insani miftachul janah dkk

asuhan kebidanan pada IUGR dan IUFD

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Banyak istilah yang digunakan untuk menunjukkan bahwa bayi KMK ini menderita gangguan pertumbuhan di dalam uterus (IUGR) seperti Pseudopremature, Small for Dates, dysmature, Fetal Malnutrition Syndrome, Chronic Fetal Distress, IUGR dan Small for Gestational Age (SGA). Batasan yang diajukan oleh Lubchenco (1963) adalah bahwa setiap bayi yang berat lahirnya sama dengan atau lebih rendah dari 10th percentile oleh masa kehamilan pada Denver Intra uterine Growth Curves adalah bayi SGA. Gambaran kliniknya tergantung daripada lamanya, intensitas dan timbulnya gangguan pertumbuhan yang mempengaruhi bayi tersebut.

Kematian bayi dalam kandungan (Intra Uterine Fetal Death)dapat dikarenakan berbagai hal seperti terkena lilitan tali pusat, pendarahan serta akibat tekanan darah tinggi si ibu yang mengandung. Kematian janin dalam kandungan dapat dicegah dengan cara memeriksakan kandungan secara teratur ke dokter. Kalaupun terjadi kelainan pada masa kehamilan, bisa ditanggulangi sedini mungkin. Bayi yang ada dalam kandungan selalu bergerak dan sebagian besar kasus bayi mati dalam kandungan karena kesalahan aktivitas yang dilakukan seperti berolahraga dengan gerakan-gerakan yang cukup giat/berlebihan. Karena itu dianjurkan selama masa kehamilan sebaiknya mengurangi aktivitas yang membahayakan janin dalam kandungan. Hal ini untuk mengantisipasi bayi yang dililit lehernya.Ibu hamil hendaknya selalu berhati-hati jika beraktivitas dan berkonsultasi dengan dokter secara teratur.

B. Tujuan
 Melengkapi tugas ASKEB IV patologi
 Untuk memberikan informasi tentang IUFD dan IUGR
 Untuk mengetahui tentang definisi IUGR dan IUFD
 Untuk mengetahui factor penyebab dan tanda gejala IUGR dan IUFD
 Untuk mengetahui pedoman untuk mendiagnosa IUGR dan IUFD
 Untuk mengetahui terapi dan pencegahan IUGR dan IUFD









BAB II
PEMBAHASAN
IUGR
A. Definisi
Definisi menurut WHO (1969), janin yang mengalami pertumbuhan yang terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat standard atau ukuran standard yang sesuai dengan usia kehamilannya.
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) ditegakkan apabila pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) perkiraan berat badan janin berada di bawah persentil 10 dibawah usia kehamilan atau lebih kecil dari yang seharusnya (sesuai grafik). Terminologi “kecil untuk masa kehamilan” adalah berat badan bayi yang tidak sesuai dengan masa kehamilan dan dapat muncul pada bayi cukup bulan atau prematur. Pada umumnya janin tersebut memiliki tubuh yang kecil dan risiko kecacatan atau kematian bayi kecil akan lebih besar baik pada saat dilahirkan ataupun setelah melahirkan.
Intrauterine Growth Restriction (IUGR) adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu kondisi dimana janin lebih kecil dari yang diharapkan untuk jumlah bulan kehamilan. . Istilah lain untuk IUGR ketuban adalah pembatasan pertumbuhan. Bayi baru lahir dengan IUGR seringkali digambarkan kecil untuk usia gestational (SGA).
Janin dengan IUGR ketuban sering diperkirakan memiliki berat kurang dari 10 Perseratus. Ini berarti janin weighs kurang dari 90 persen dari semua fetuses yang sama gestational usia
PJT terbagi atas dua, yaitu:
1. Pertumbuhan janin terhambat tipe I : simetris atau proporsional (kronis)
Memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan janin yang tidak simetris, semua organ mengecil secara proporsional. Faktor yang berkaitan dengan hal ini adalah kelainan kromosom, kelainan organ (terutama jantung), infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Other Agents 1. Pertumbuhan janin terhambat tipe II : Asimetris atau disproportional (akut)
Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki waktu kejadian lebih lama dibandingkan gangguan pertumbuhan janin simetris. Beberapa organ lebih terpengaruh dibandingkan yang lain, lingkar perut adalah bagian tubuh yang terganggu untuk pertama kali, kelainan panjang tulang paha umumnya terpengaruhi belakangan, lingkar kepala dan diameter biparietal juga berkurang. Faktor yang mempengaruhi adalah insufisiensi (tidak efisiennya) plasenta yang terjadi karena gangguan kondisi ibu termasuk diantaranya tekanan darah tinggi dan diabetes dalam kehamilan dalam kehamilan



Ada dua betuk IUGR menurut Renfield (1975), yaitu :
1. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distres yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-mingu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dan lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih dibawah masa gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak menunjukkan adanya wasted oleh karena retardasi pada janin ini terjadi sebelum terbentuknya adipose tissue.
2. Dispropotionate IUGR
Terjadi akibat distress. Gangguan yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkaran kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak wasted dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.

B. Etiologi
a. Factor risiko dari Ibu :
 Alkohol
 Merokok
 Obat obatan (Corticosteroid, propanolol, Dilantin, Coumadin, Heroin)
 Anemia
 Malnutrisi
 Berat badan Ibu Kurang dari 50 Kg,
 penyakit Jantung Cyanotic
 Diabetus Mellitus

b. Factor Risiko dari bayi :
 Infeksi selama kehamilan
 Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT.
 Kelainan bawaan dan kelainan kromosom
 Kelaianan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT.
 Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin). Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT
 Hemorisis (gangguan sel darah merah)
 Kehamilan kembar multiple



c. Faktor Risiko dari Uterus dan Plasenta :
 Kelainan plasenta sehingga menyebabkan plasenta tidak dapat menyediakan nutrisi yang baik bagi janin seperti ambruptio plasenta, infark plasenta (kematian sel pada plasenta)
 Berkurangnya kontraksi uterus
 Kelainan tali pusat
 Berkurangnya aliran uterus, thrombus dalam pembuluh darah janin dari 1 arteri tali pusat.

d. Penyebab umum
 Social ekonomi yang rendah
 Menikah dini
 Jarak kelahiran pendek
 Diet tidak addekuat karena miskin dan malabsobrsi

C. Problematik Bayi IUGR

Bayi IUGR harus diwaspadai akan terjadinya beberapa komplikasi yang harus ditanggulangi dengan baik.
1. Aspirasi mekonium yang sering diikuti pneumotoraks
2. Usher (1970) melaporkan bahwa 50% bayi IUGR mempunyai HB yang tinggi mungkin karena hipoksia kronik di dalam uterus.
3. Hipoglikemi terutama bila pemberian minum terlambat.
4. Keadaan ini yang mungkin terjadi : asfiksia, perdarahan paru yang masif, hipotermi, cacat bawaan akibat kelainan kromosom dan infeksi intrauterin.

D. Perkembangan PJT Intrauterin :
Peningkatan rasio berat plasenta terhadap berat lahir ditimbulkan oleh kondisi diet rendah nutrisi terutama protein
1. Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblas dipengaruhi oleh makanan. Studi pada binatang menunjukkan bahwa kondisi kekurangan nutrisi sebelum implantasi bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan nutrisi pada awal kehamilan dapat mengakibatkan janin berat lahir rendah yang simetris. Hal sebaiknya terjadi kondisi percepatan pertumbuhan pada kondisi hiperglikemia pada kehamilan lanjut
2. Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan
Defisiensi makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan plasenta, tapi bisa juga terjadi peningkatan pertumbuhan plasenta sebagai kompensasi. Didapati ukuran plasenta yang luas.
3. Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan
Terjadi pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi interaksi antara janin dengan plasenta. Efek kekurangan makan tergantung pada lamanya kekurangan. Pada kondisi akut terjadi perlambatan pertumbuhan dan kembali meningkat jika nutrisi yang diberikan membaik. Pada kondisi kronis mungkin telah terjadi proses perlambatan pertumbuhan yang irreversible.

E. Tanda dan Gejala
PJT dicurigai apabila terdapat riwayat PJT sebelumnya dan ibu dengan penyakit kronik. Selain itu peningkatan berat badan yang tidak adekuat juga dapat mengarah ke PJT. Dokter dapat menemukan ukuran rahim yang lebih kecil dari yang seharusnya.

F. Prognosis
Tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi, asfiksia/iskemia otak, sindroma gangguan pencernaan dll. Juga tergantung pada sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat hamil, persalinan dan postnatal.

G. Pengamatan Langsung
Bila bayi ini dapat mengatasi problem yang dideritanya, maka perlu diamati selanjutnya oleh karena kemungkinan bayi ini akan mengalami gangguan pendengaran, penglihatan, kognitif, fungsi motor SSP dan penyakit-penyakit seperti hidrosefalus, cerebral palsy dan sebagainya.

H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) diperlukan untuk mengukur pertumbuhan janin. Selain itu USG juga dapat digunakan untuk melihat kelainan organ yang terjadi. Pengukuran lingkar kepala, panjang tulang paha, dan lingkar perut dapat dilakukan untuk menilai pertumbuhan janin melalui USG. Penggunaan ultrasound doppler dapat digunakan untuk melihat aliran dari pembuluh darah arteri umbilikalis.

I. Penatalaksanaan
Pada umumnya sama dengan perawatan neonatus umumnya, tetapi karena bayi ini mempunyai problem yang agak berbeda maka perlu diperhatikan hal-hal berikut :
1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin.
2. Memeriksa kadar gula darah dengan dextrostix jika hipoglikemi harus segera diatasi.
3. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
4. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibanding dengan bayi SMK
5. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi mekonium.

J. Terapi
Kecacatan dan kematian janin meningkat sampai 2-6 kali pada janin dengan PJT. Tatalaksana untuk kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada terapi yang paling efektif sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :
1. PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah segera dilahirkan
2. PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada janin ini, dan bila kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan.

a. Tatalaksana umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom serta infeksi dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi yang baik. Apabila istirahat di rumah tidak dapat dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan pada janin termasuk diantaranya adalah melihat pergerakan janin serta pertumbuhan janin menggunakan USG setiap 3-4minggu.

b. Tatalaksana khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan, hanya terapi suportif yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil tidak adekuat maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat, penggunaan narkotik dan alkohol, maka semuanya harus dihentikan.

c. Proses melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur. Pengawasan ketat selama melahirkan harus dilakukan untuk mencegah komplikasi setelah melahirkan. Operasi caesar dilakukan apabila terjadi distress janin serta perawatan intensif neonatal care segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan. Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan meningkat pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh insufisiensi plasenta yang diperparah dengan proses melahirkan.

K. Pencegahan
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga, faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah komplikasi yang serius selama kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari dokternya; makan makanan yang bergizi tinggi; tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkotik; mengurangi stress; berolahraga teratur; serta istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari anemia serta pencegahan dan tatalaksana dari penyakit kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus baik.

ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY “ R “ DENGAN IUGR
Pengkajian
Tanggal : 4 april 2011 jam : 10.00 WIB
I. PENGUMPULAN DATA
A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Nama ibu : Ny. “R” Nama ayah : Tn. “R”
Umur : 24 tahun Umur : 26 th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku / bangsa : Jawa/Indonesia Suku / bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SD Tamat Pendidikan : SD Tamat
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Tani
Penghasilan : - Penghasilan : -
Alamat : Jl. Dr. Cipto No. 28, RT 1 RW 1, Mojo Bojonegoro
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan kehamilannya ini adalah yang pertama, usia kehamilannya 7 bulan. Ibu mengeluh berat badannya turun dan perut ibu terasa tidak besar sesuai usia kehamilannya.

3. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular dan penyakit kronis serta tidak pernah ketergantungan pada obat-obatan dan alkohol.

4. Riwayat kesehatan keluarga/keturunan
Ibu mengatakan dari pihak ibu maupun suami tidak ada yang menderita penyakit menular dan penyakit kronis dan tidak ada yang mengalami kehamilan kembar.

5. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 Tahun
Warna : Merah kehitaman
Siklus : 28-30 hari
Fluor albus : tidak pernah
Disfungsi blooding : tidak pernah
Lamanya : 5-7 hari
Dismenorhoe : Ya 1 hari sebelum haid
HPHT : 19 September 2010
TTP : 26 Juni 2011
6. Riwayat Pernikahan
Menikah : 1 kali
Lama menikah : 1 tahun
Usia nikah : 24 tahun
7. Riwayat Kehamilan,Persalinan dan Nifas yang lalu.
Hamil ke Tempat partus Peno
long Cara partus Keadaan bayi Jenis kelamin BBL
(gram) Umur sekarang uri nifas
No. Usia kehamilan
1. Hamil ini - - - - - - - - -
8. Riwayat kehamilan sekarang
Ibu hamil G1P00000 usia kehamilan 28-30 minggu
Trimester 1 : Amenorhoe 3 bulan, periksa di BPS, dengan keluhan mual muntah, mendapatkan tablet Fe, Cap Lod, periksa kali.
Trimester II : Pertama kali merasakan gerakan janin pada usia kehamilan 5 bdi BPS, mendapatkan Fe dan Kalk, imunisasi TT 2 kali (lengkap).
Trimester III : Periksa di BPS satu kali, mendapatkan tablet Fe dan Kalk. Ibu mengeluh berat badannya turun dan perut ibu terasa tidak besar sesuai usia kehamilannya.
9. Riwayat KB
Ibu mengatakan pernah mengikuti KB suntik selama 6 bulan dengan keluhan tidak pernah haid, rencana ibu setelah persalinan akan kembali mengikuti KB suntik.
10. Data Kebiasaan sehari-hari
No Pola Sebelum Hamil Selama Hamil
1 Nutrisi Ibu bisa makan 2 kali sehari,dengan porsi sedang terdiri dari nasi dan lauk. Minum ±5-7 gelas sehari. Ibu bisa makan 2 kali sehari,dengan porsi sedang terdiri dari nasi dan lauk. Minum ±5-7 gelas sehari.
2 Eliminasi BAK 4-5x perhari warna kuning agak pekat, bau amoniak
BAB 2 hari 1x, agak keras, warna kuning. BAK 4-5x perhari warna kuning, bau amoniak
BAB 2 hari 1x, lunak, warna kuning.
3 Istirahat Tidur malam : ± 7 jam/hr Tidur siang tidak pernah
Tidur malam : ± 7 jam/hr Tidur siang tidak pernah

4 Aktivitas pekerjaan rumah tangga pekerjaan rumah tangga
5 Kebersihan Mandi 2x sehari, Gosok gigi 2x sehari, Ganti pakaian dalam 1x dan apabila lembab, keramas 2-3x seminggu. Mandi 2x sehari, Gosok gigi 2x sehari, Ganti pakaian dalam 1x dan apabila lembab, keramas 2-3x seminggu.
6 Kebiasaan Tidak merokok dan minum-minuman keras Tidak merokok dan minum-minuman keras
7 Seksualitas 2-3x seminggu 1-2x seminggu
8 Rekreasi Nonton TV, jalan-jalan, dengarkan musik Nonton TV, jalan-jalan, dengarkan musik

11. Keadaan Psikososial
Psikologi : Suami dan keluarga merasa sangat senang dengankehamilannya ini dan berharap agar proses persalinan dapat berjalan dengan lancar dan bayi sehat.
Sosial : Hubungan ibu dan keluarga sangat baik, begitu pula dengan tetangga dan masyarakat
12. Latar Belakang Sosial Budaya
Ibu melakukan pantangan terhadap makanan tertentu seperti telur, air es, ikan lele

13. Data Spiritual
Ibu sholat 5 waktu setiap hari hari dan kadang-kadang mengaji.

B. DATA OBYEKTIF
Keadaan Umum : baik tanda-tanda vital :
Kesadaran : Composmentis TD :120 /80 mmHg
BB : 48 kg N : 82 x /menit
TB : 152 cm S : 36˚C
LILA : 22,5 cm RR : 24 x /menit

1. Inspeksi
Kepala : Simetris, tidak ada benjolan, bersih, tidak ada ketombe, rambut hitam, pendek, tidak mudah rontok
Mata : Konjungtiva merah jambu, sklera putih
Muka : Tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada oedem
Telinga : Kanan-kiri simetris, bersih
Hidung : Bersih, tidak ada benjolan
Mulut : Mukosa mulut merah jambu, gigi tidak berlubang
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Dada : Pernafasan teratur, payudara kanan kiri simetris, terdapat hiperpigmentasi pada aerola payudara, putting meonjol, kelenjar montgomery menonjol
Perut : Membesar tidak sesuai usia kehamilan, terdapat hiperpigmentasi pada perut
Genetalia Ext : Tidak ada pembengkakan, tidak ada pelebaran pembuluh darah
Ekstremitas : Tidak ada pembengkakan, tidak ada pelebaran pembuluh darah bawah
2. Palpasi
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid
Dada : Tidak teraba benjolan, colostrum belum keluar
Perut : Leopold I : TFU setinggi pusat (23 cm) di fundus teraba besar lunak, kurang melenting
Leopold II : Pada perut ibu sebelah kanan teraba datar, keras, pada perut ibu sebelah kiri teraba bagian bagian kecil janin
Leopold III : Bagian bawah teraba kecil, keras, melenting
Leopold IV : Kepala belum masuk PAP U
3. Auskultasi
Letak satu jari di bawah pusat (12-11-11) : 120 kali/ menit



DJJ •

4. Perkusi
Perut :Tidak matearismus
Lutut : Refleks patella ka/ki /

5. Pemeriksaan Panggul Luar
Distansia Spinarum : 25 cm
Distansia Kristarum : 27 cm
Konjugata Eksterna : 20 cm
Lingkar Panggul : 82 cm

6. Pemeriksaan Panggul Dalam
Tidak dikaji

7. Pemeriksaan Laboratorium
HB : 11 gr%
Reduksi : tidak dikaji
Albumin : tidak dikaji

8. Kesimpulan
1) ibu hamil G1P0000
2) usia kehamilan 28-30 minggu
3) kehamilan intra uteri
4) kehamilan tunggal
5) letak kepala U
6) punggung kanan
7) keadaan janin hidup DJJ 
8) kesan panggul normal
9) keadaan umum ibu baik

II. IDENTIFIKASI MASALAH
Diagnosa I : ibu hamil G1P0000 usia kehamilan 28-30 minggu dengan IUGR
DS : ibu mengatakan hamil usia kehamilan 7 bulan
DO : Leopold I : TFU setinggi pusat (23 cm), di fundus teraba bokong
Leopold I : Punggung kanan
Leopold III : Bagian bawah teraba kecil, keras, melenting
Leopold IV : Kepala belum masuk PAP U

III. ANTISIPASSI MASALAH POTENSIAL
1. Potensial terjadinya BBLR
2. Potensial terjadinya partus premature
IV. INTERVENSI
Diagnosa : Ibu hamil GI Poooo usia kehamilan 28-30 minggu dengan IUGR
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan selama 60 menit diharapkan ibu dapat mengerti tentang perawatan ibu hamil Trimester III dan IUGR dapat diatasi
1. Lakukan pendekatan pada klien dengan komunikasi terapeutik
Rasional : Ibu lebih percaya pada petugas dan dapat mempersiapkan masalah yang akan dihadapi
2. Anjurkan pada ibu agar makan makanan yang bergizi seimbang
Rasional : Memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil
3. Anjurkrn pada ibu agar menambah porsi makan setip hari
Rasional : Memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil
4. Jelaskan pada ibu agar tidak melakukan pantangan makanan tertentu
Rasional : Gizi ibu hamil tercukupi dengan baik
5. Anjurkan pada ibu untuk menambah waktu istirahat tiap hari
Rasional : Menjaga kesejahteraan ibu dan janin
6. Anjurkan pada ibu untuk mengurangi pekerjaan berat
Rasional : Agar ibu tidak merasa lelah
7. Jelaskan pada ibumengenai keadaan dirinya dan janinnya saat ini
Rasional : Ibu dapat menerima keadaannya dan dapat melaksanakan intervensi yang diberikan dengan baik.

V. IMPLEMENTASI
Diagnosa : Ibu hamil GI P0000 usia kehamilan 28-30 minggu dengan IUGR
1. Melakukan pendekatan pada klien dan komunikasi terapeutik dengan cara memperkenalkan diri,menjelaskan maksud dan tujuan tindakan,meminta ijin jika akan melakukakn tindakan
2. Menganjurkan pada ibu agar makan makanan yang bergizi seimbang dengan cara makan makanan dari berbagai sumber zat gizi seperti karbohidrat,protein,lemak dan vitamin dengan kadar yang seimbang setiap hari
3. Menganjurkan pada ibu agar menambah porsi makan tiap harinya dengan cara menambah jumlah/porsi makanan yang tadinya sedang menjadi banyak dan makan bebagai jenis makanan
4. Menjelaskan pada ibu agar tidak melakukan pantangan terhadap makanan tertentu dengan cara makan berbagai jenis makanan karena untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil
5. Menganjurkan pada ibu untuk menambah waktu istirahat tiap hari dengan cara menambah waktu tidur malam kurang lebih 8jam dan tidur siang minimal 1jam tiap hari
6. Menganjurkan pada ibu untuk mengurangi pekerjaan berat, dengan cara hanya melakukan pekerjaan pekerjaan ringan dan tidak membuat lelah ibu
7. Menganjurkan pada ibu agar lebih menjaga kebrsihan diri dengan cara mandi 2kali sehari (pagi dan sore),sikat gigi 2kali sehari ,ganti baju dan celana dalam 2kali sehari dan keramas 2-3 kali seminggu
8. Menjelaskan pada ibu mengenai keadaan dirinya dan janinnya saat ini agar ibu dapat menerima keadaanya dan melakssanakan intervensi yang telah di berikan dengan baik.


VII. EVALUASI
Tanggal : 4 april 2011 jam : 10.30 WIB
Ibu mengatakan telah mengerti dengan penjelasan yang diberikan dengan baik. Ibu dapat menjawab pertanyaan yang diberikan seputar penjelasan yang diberikan. Ibu GIP0000 dengan IUGR. Ibu diharapkan makan dengan teratur dan dengan komposisi gizi yang seimbang dan cukup sehingga pertumbuhan janin tidak terhambat.

PEMBAHASAN (IUFD)
A. PENGERTIAN
Adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik pada kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu (Rustam Muchtar, 1998).
IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan (Sarwono, 2005).
IUFD atau stilbirth adalah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan 28 minggu (atau berat badan lahir lebih atau sama dengan 1000gr).
IUFD Adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Kematian janin dalam kandungan (KJDK) atau intra uterine fetal deadth (IUFD), sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah 20 minggu maupun sesudah kehamilan 20 minggu.
Sebelum 20 minggu : Kematian janin dapat terjadi dan biasanya berakhir dengan abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak dikeluarkan dan tetap tinggal dalam rahim disebut missed abortion.
Sesudah 20 minggu : Biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20 minggu dan seterusnya. Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin dapat disangka terjadi kematian dalam rahim.

B. ETIOLOGI
Penyebab IUFD antara lain:
1. Faktor plasenta.
a. Insufisiensi plasenta
b. Infark plasenta
c. Solusio plasenta
d. Plasenta previa
2. Faktor ibu
a. Diabetes mellitus
b. Preeklampsi dan eklampsi
c. Nefritis kronis
d. Polihidramnion dan oligohidramnion
e. Sifilis
f. Penyakit jantung
g. Hipertensi
h. Penyakit paru atau TBC
i. Inkompatability rhesus
j. AIDS
h. perbedaan rhesus ibu dengan janin

3. Faktor intrapartum
a. Perdarahan antepartum
b. Partus lama
c. Anastesi
d. Partus macet
e. Persalinan presipitatus
f. Persalinan sungsang
g. Obat-obatan

4. Faktor janin
a. Prematuritas
b. Postmaturitas
c. Kelainan bawaan
d. Perdarahan otak

5. Faktor tali pusat
a. Prolapsus tali pusat
b. Lilitan tali pusat
c. Vassa praevia
d. Tali pusat pendek
C. PATOFISIOLOGI
Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUD) karena beberapa factor antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan,hal tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Sehingga pertumbuhan janin terhambat dan dapat mengakibatkan kematian. Begitu pula dengan anemia, karena anemia adalah kejadian kekurangan FE maka jika ibu kekurangan Fe dampak pada janin adalah irefersibel. Kerja organ – organ maupu aliran darah janin tidak seimbang dengan pertumbuh janin ( IUGR).
D. FAKTOR PREDISPOISISI
1. factor ibu (High Risk Mothers)
a. status social ekonomi yang rendah
b. tingkat pendidikan ibu yang rendah
c. umur ibu yang melebihi 30 tahun atau kurang dari 20 tahun
d. paritas pertama atau paritas kelima atau lebih
e. tinggi dan BB ibu tidak proporsional
f. kehamilan di luar perkawinan
g. kehamilan tanpa pengawasan antenatal
h. ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan
i. ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya tidak baik seperti bayi lahir mati.
j. riwayat inkompatibilitas darah janin dan ibu
2. factor Bayi (High Risk Infants)
a. bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan congenital
b. bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)
c. bayi dalam keluarga yang mempunyai problema social
3. factor yang berhubungan dengan kehamilan
a. abrupsio plasenta
b. plasenta previa
c. pre eklamsi / eklamsi
d. polihidramnion
e. inkompatibilitas golongan darah
f. kehamilan lama
g. kehamilan ganda
h. infeksi
i. diabetes
j. genitourinaria

E. TANDA DAN GEJALA
1. Ibu tidak merasakan gerakan janin
Diagnosis :
a. Nilai DJJ
Bila ibu mendaptkan sedatif, tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang.
Bila DJJ tidak terdengar, pastikan adanya kematian janin dengan stetoskop ( Doppler).
Bila DJJ baik,berarti bayi tidur.
Rangsang janin dengan rangsangan suara (bel) attau dengan menggoyangkan perut ibu sehingga ibu merasakan gerakan janin. Bila DJJ meningkat frekuensinya sesuai dengan gerakan janin, maka janin dapat dikatakan normal.
Bila DJJ cenderung turun saat janin bergerak, maka dapat disimpulkan adanya gawat janin.
2. Gerakan janin tidak dirasakan lagi.
Diagnosis :
Gejala dan tannda selau ada. Gejala dan tanda kadang – kadang ada Diagnosis kemungkinan :
Gerakan janinberkurang atau hilang. Nyeri perut hilang timbul atau menetap
Perdarahan pervaginam sesudah hamil 22 minggu. Syok Uterus tegang / kaku. Gawat janin atau DJJ tidak terdengar. Solusio plasenta, gerakan janin dan DJJ tidak ada Perdarahan Nyeri perut hebat Syok Perut kembung / cairan bebas intra abdominal Kontur uterus abnormal Abdomen nyeri. Bagian – bagian janin teraba. Denyut nadi bu cepat Rupture uteri. Gerakan janin berkurang atau hilang
DJJ abnormal(<100/menit atau >140/ menit) Cairan ketuban bercampur mekonium Gawat janin. Gerakan janin / DJJ hilang Tanda – tanda kehamilan berhenti. Tinggi fundus uteri berkurang. Pembesaran uterus berkurang Kematian janin
F. PENILAIAN KLINIK
Janin :
Pertumbuhan janin (-),bahkan janin mengecil sehingga TFU menurun. Bunyi DJJ tidak terdengar dengan stetoskop dan pastikan dengan Doppler.
Keluhan ibu : Berat badan ibu menurun. Tulang kepala kolaps.
USG : untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukan janin tanpa tanda kehidupan. Pemeriksaan HCG urin menjadi negatif.
Komplikasi : Trauma emosional yang berat menjadi bila watuu antara kematian janin dan persalinan cukup lama. Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah. Dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu.
G. JENIS – JENIS PERSALINAN UNTUK JANIN MATI
Kematian janin dapat di bagi menjadi 4 golongan:
Golongan l : Kematian sebelum masa hamil mencapai 20 minggu penuh.
Golongan ll : Kematian sesudah ibu hamil 20 minggu hingga 28 minggu.
Golongan lll :Kematian sesudah kehamilan lebih dari 28 minggu (Late Fetal Death).
Golongan lV : Kematian yang tidak dapat di golongkan pada kertiga golongan diatas.
Jenis – jenis pertolongan persalinan untuk janin mati :
1. Pertolongan persalinan dengan perforasi kronioklasi Perforasi kronioklasi merupakan tindakan beruntun yang dilakukan pada bayi yang meninggal di dalam kandungan untuk memperkecil kepala janin dengan perforation dan selanjutnya menarik kepala janin ( dengan kranioklasi) tindakan ini dapat dilakukan pada letak kepala oleh letak sungsang dengan kesulitan persalinan kepala.Dngan kemajuan pengawasan antenatal yang baik dan system rujukan ke tempat yang lebih baik , maka tindakan proferasi dan kraioklasi sudah jarang dilakukan.
Bahaya tindakan proferasi dan kraniioklasi adalah perdarahan infeki, trauma jalan lahir dan yang paling berat ruptira uteri( pecah robeknya jalan lahir).
2. Pertolongan persalinan dengn dekapitasi
Letak lintang mempunyai dan merupakan kedudukan yang sulit untuk dapat lahir normal pervaginam. Gegagalan pertolongan pada letak lintang menyebabkan kematian janin, oleh karena itu kematian janin tidak layak dilkukan dengan seksio sesaria kecuali pada keadaan khusus seperti plasenta previa totalis, kesempitan panggul absolute. Perslinan di lakukan dengan jalan dekapitasi yaitu dengan memotong leher janin sehingga badan dan kepala janin dapat di lahirkan,
3. Pertolongan persalinan dengan eviserasi
Eviserasi adalah tindakan operasi dengan mengeluarkan lebih dahulu isi perut dan paru (dada) sehingga volume janin kecil untuk selanjutnya di lahirkan.
Eviserasi adalah operasi berat yang berbahaya karena bekerja di ruang sempit untuk memperkecil volume janin bahaya yang selalu mengancam adalah perdarahan,infeksi dan trauma jalan lahir dengan pengawasan antalnatal yang baik, situasi kehamilan dengan letek lintang selalu dapat di atasi dengan versi luar atau seksio sesaria.
4. Pertolongan persalinan dengan kleidotomi
Kleidotomi adalah memotong tulang klavikula (tulang selangka) sehingga volume bahu mengecil untuk dapat melahirkan bahu. Kleidotomi masih dapat dilakukan pada anak hidup, bila diperlukan pada keadaan gangguan persalinan bahu pada anak yan besar.

H. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya. Atau wanita belakangan ini merasakan perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan.
2. Inspeksi
Tidak terlihat gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus.
3. Palpasi
Tinggi fundus > rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakanan janin. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.
4. Auskultasi
Baik memamakai setetoskop monoral maupun dengan Deptone akan terdengar DJJ.
5. Reaksi kehamilan
Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.
6. Rontgen Foto Abdomen
Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin
Tanda Nojosk : adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin.
Tanda Gerhard : adanya hiperekstensi kepala tulang leher janin
Tanda Spalding : overlaping tulang-tulang kepala (sutura) janin
Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat.
7. Ultrasonografi
8. Tidak terlihat DJJ dan gerakan-gerakan janin.
I. PENANGANAN PERTOLONGAN PERTOLONGAN PERSALINAN IUFD
a. Penangan umum berikan dukungan emosional pada ibu
b. Nilai DJJ
c. Pilihlah cra persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputsan diambil.
Bila pilihan penangasalinan adalah akspetif:
o Tunggu persalinan spontan hingg dua minggu
o Yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi.
o Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan,lakukan penaganan aktif
o Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai serviks:
o Jika serviks matang, lakukann induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.
o Jika serviks belum mtang, lakukan pematangan serviks dengan prostaglandin atau kateter foley.
Catatan: janagan lakukan amniotomi Karena beresiko infeksi.
Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternative terakhir
Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan serviks belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol: Tempatkan misoprostol 25mcg di puncak vagina, dapat di ulani sesudah 6 jam. Jika tidak ada respon sesudah 2x25mcg misoprotol, naikan dosis menjadi 50mcgmenjadi setiap 6 jam.
Catatan: jangan biarkan lebih dari 50mcg setiap kali dan jangan melebihi 4 dosis
Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotic untuk metritis. Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah, waspadai koagulopati. Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan berbagai kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut. Pemerikasaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi plasenta dan infeksi.












ASUHAN KEBIDANAN
Pada IBU HAMIL dengan IUFD

PENGUMPULAN DATA DASAR
Tanggal : 4 April 2011 jam : 08.00 WIB
A. Subjektif
1. Anamnesa :
Nama istri : Ny.Y nama suami : Tn. X
Umur : 25 tahun umur : 26 tahun
Agama : islam agama : islam
Suku bangsa : jawa/indonesia suku bangsa : jawa/indonesia
Pendidikan : SMA pendidikan : SMA
Pekerjaan : swasta pekerjaan : swasta
Penghasilan : - penghasilan : -
Alamat : Ds. Dander

2. Keluhan utama :
Ibu mengatakan hamil 8 bulan, ibu mengeluhkan tidak merasakan gerakan pada janinnya sejak 3 hari yang lalu.
3. Riwayat kesehatan yang lalu :
Ibu mengatakan bahwa sebelumnya tidak pernah menderita penyakit menular, keturunan maupun penyakit kronis.
4. Riwayat kesehatan keluarga :
Ibu mengatakan bahwa dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang menderita penyakit menular, keturunan maupun penyakit kronis.

5. Riwayat haid :
Menarche : 14 tahun
Siklus : teratur, 28-30 hari
Lama : 6-7 hari
Karakteristik : cair, bau anyir, warna merah segar
Dismenorhea : Tidak pernah
Dysfungsiblooding : Tidak pernah
Fluoralbus : 2 hari sebelum dan sesudah haid
HPHT : 24 agustus 2010
TTP : 31 mei 2011


6. Riwayat perkawinan :
Nikah : 1 kali
Lama : 1 tahun
Usia nikah : 24 tahun

7. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu :
Hamil ke Tempat partus penolong Cara / partus Keadaan bayi Jenis kelamin BBL
(gram) uri Umur sekarang nifas
No. Usia kehamilan
1. Hamil ini - - - - - - - - -


8. Riwayat kehamilan sekarang :
Trimester I : Pada usia kehamilan 1-3 bulan periksa ke polindes rutin 3 kali, mengatakan mual dan muntah, mendapat tablet Fe 60 tablet dan TT1
Trimester II : ANC 2 X di BPS, merasakan gerakan janin pada umur 5 bulan kehamilan, mendapat tablet Fe 30 tablet, kalk dan TT2
Trimester III : ibu merasakan gerakan janin berkurang mulai 3 hari yang lalu.

9. Riwayat KB :
Ibu mengatakan belum pernah mengikuti progam KB sebelumnya.

10. Pola kebiasaan sehari-hari :

No . Pola Sebelum hamil Selama hamil
1. Nutrisi Makan 3 X sehari, porsi sedang, minum ± 6-8 gelas/hari, air putih + susu Makan 3 X sehari, porsi banyak minum ± 8 gelas/hari, air putih

2. Eliminasi BAB : 2 x sehari
BAK : 6 x sehari BAB : 1 x sehari
BAK : 7 x sehari
3. Istirahat Siang : ± 1 jam
Malam : 7 jam Siang : ± 1 jam
Malam : ± 6 jam
4. Kebersihan Mandi 3 x sehari, ganti baju 2 x sehari, gosok gigi 3 x sehari, keramas 3 x/ minggu Mandi 2 x sehari, ganti baju 2 x sehari, gosok gigi 3 x sehari, keramas 3 x/ minggu.
5. Aktifitas Memasak, mencuci, membersihkan rumah, mengurus kebutuhan keluarga. Memasak, mencuci, membersihkan rumah, mengurus kebutuhan keluarga.
6. Seksual 4 x seminggu 1 x seminggu
7. Kebiasaan yang mengganggu Ibu tidak merokok, minum minuman beralkohol. Ibu tidak merokok, minum minuman beralkohol.
8. Rekreasi Menonton TV Menonton TV

11. Data psikososial :
Psiko : Ibu merasa takut atas keadaan yang terjadi pada dirinya, karena ibu tidak merasakan gerakan janin semenjak 3 hari yang lalu.

Social : hubungan antara ibu, keluarga dan tetangga sangat baik, sehingga selalu memberi dukungan pada ibu. Keluarga sangat mengharapkan kelahiran bayi yang sedang dikandung ibu.

12. Latar belakang sosial budaya :
Ibu berasal dari suku jawa asli, dan ibu masih mengenal acara selamatan atau 4 bulanan dan selamatan 7 bulanan selama kehamilan. Ibu tidak pantang terhadap makanan tertentu.

13. Data spiritual :
Ibu dan keluarga menganut agama islam dan taat beribadah.

B. Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik TTV :
kesadaran : compos mentis TD : 140/90 mmHg
BB : 67 kg Nadi : 82 x / menit
TB :160 cm Suhu : 374 0C
LILA : 28 cm Respirasi : 24 x /menit

2. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
 Kepala : kulit kepala bersih
 Rambut : hitam bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok
 Muka : tidak ada kloasma gravidarum, bibir sedikit pucat
 Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera putih
 Telinga : bersih, tidak ada serumen
 Hidung : bersih, tidak ada polip
 Mulut : bersih, tidak ada lubang dan tidak ada karies gigi
 Leher : tidak ada pembesaan kelenjar tyroid
 Dada : mammae membesar, terdapat hiperpigmentasi pada areola mammae, putting susu menonjol.
 Perut : pembesaran perutmemanjang, tidak ada bekas luka.
 Genetalia : vulva : oedem, mengeluarkan sedikit darah
Anus : tidak ada hemoroid
 Ekstremitas : tidak ada oedem, tidak ada varises
b. Palpasi
 Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
 Dada : payudara tidak ada benjolan.
 Perut :
 Leopold I : TFU 2 jari diatas pusat, teraba lunak dan kurang bulat (bokong)
 Leopold II : perut bagian kiri teraba keras seperti papan (punggung), perut kanan teraba bagian kecil-kecil janin (ekstremitas).
 Leopold III : teraba keras dan bulat (kepala).
 Leopold IV : kepala belum masuk panggul.
 Mc. Donald : TFU 23 cm
 Ekstremitas : tidak ada varises, tidak ada oedem
c. Perkusi
Patella : ka/ki (+)/(+)
d. Auskultasi
Tidak ditemukan DJJ
e. Pemeriksaan panggul luar :
Distansia Spinarum : 25 cm
Distansia Kristarum : 27 cm
Konjugata Eksterna : 20 cm
Lingkar Panggul : 82 cm
f. Pemeriksaan panggul dalam :
fundus uteri tenang, dinding vagina licin, serviks tebal, pembukaan belum ada, selaput ketuban belum dapat dinilai

g. Pemeriksaan penunjang :
Darah Hb : 11,9 g%
Protein urin : Negative
USG : Tidak ada gerakan janin
Dopler : Tidak terdengar DJJ
h. Kesimpulan
i. Ibu hamil G1P0000
j. Usia kehamilan 32 minggu
k. Kehamilan intra uteri
l. Janin mati
m. Kehamilan tunggal
n. Letak kepala U
o. Punggung kiri
p. Keadaan janin mati, DJJ negative
q. Kesan panggul normal
r. Keadaan umum ibu baik
III. Analisa Data
Diagnosa : G1P0000 umur 22 tahun, hamil 32 minggu, dengan IUFD.
Masalah : Ibu dan keluarga belum mengetahui kalu janinnya telah meninggal.
Kebutuhan :
 Memberikan penjelasan secara hati-hati pada ibu dan keluarga agar tidak shock atas keadaan ibu
 Merujuk ibu agar segera melahirkan janin yang telah meninggal
IV. kebutuhan Segera
-
V. INTERVENSI
1. Lakukan pendekatan pada klien
R : agar pasien lebih kooperatif, dan memudahkan dalam menjalankan tindakan
2. Jelaskan pada ibu mengenai hasil pemeriksaan
R : agar ibu dapat mengetahui mengenai keadaannya saat ini
3. Beritahu keluarga bahwa janin harus segera dilahirkan.
R : agar tidak menjadi toksin ditubuh ibu
4. Anjurkan keluarga untuk mengambil keputusan tentang cara bayi akan dilahirkan.
R : agar bayi dapat segera dilahirkan dengan cara yang tepat.
5. Beri dukungan mental pada ibu dan keluarga.
R : agar ibu dan keluarga dapat bersabar dan dapat menerima kenyataan.
6. Anjurkan pada ibu untuk menjaga kesehatan pasca tindakan melahirkan bayi dengan induksi.
R : agar kehamilan selanjutnya dapat berjalan normal.
VI. IMPLEMENTASI
1. Melakukan pendekatan pada klien,agar pasien lebih kooperatif, dan memudahkan dalam menjalankan tindakan dengan memperkenalkan diri,member tahu maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada ibu.
2. Menjelaskan pada ibu mengenai hasil pemeriksaan, supaya ibu mengetahui akan keadaannya, yaitu bahwa janin dalam kandungan ibu telah meninggal yang ditandai dengan tidak adanya gerakan janin yang dirasakan oleh ibu dan tidak tedengarnya DJJ saat pemeriksaan berlangsung.
3. Memberitahu pada ibu dan keluarga agar segera mengambil keputusan untuk segera melahirkan janin agar nantinya tidak mengganggu kondisi kesehatan ibu dan tidak menjadikan racun / toksin ditubuh ibu.
4. Memberitahu ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan agar janin sesegera mungkin dilahirkan yaitu bidan berkolaborasi dengan Dr. obgin yang nantinya ibu akan dilakukan pemberian misoprostol 200 mg per oral / 12 jam (tindakan induksi persalinan)
5. Memberi dukungan mental kepada ibu dan keluarga agar ibu dan keluarga sabar dan dapat menerima keadaan yang terjadi. Memberi dukungan dan pendampingan pada ibu untuk tetap tabah dan menyerahkan segalanya pada yang lebih berkuasa, yaitu Tuhan. Ibu mengatakan sudah dapat menerima kematian bayinya dan mengatakan ikhlas atas hal tersebut.
6. Menganjurkan pada ibu dan suami untuk memikirkan tentang pemeriksaan kesehatan secara keseluruhan guna mempersiapkan kehamilan yang berikutnya agar penyebab kematian bayinya dapat diketahui dan kejadian yang sama tidak akan terulang kembali

VII. EVALUASI
Tanggal : 4 april 2011 jam : 09.00 WIB
Ibu sudah mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan dan ibu dapat menjawab peryanyaan yang diajukan bidan pada ibu serta dapat mempraktekkannya. Ibu dapat mengulang semua penjelasan yang dijelaskan bidan sebelumnya. Ibu G1P0A0 dengan IUFD, UK 32 minggu. Ibu dirujuk oleh bidan yang berkolaborasi dengan dr. Obgyn untuk segera dilakukan persalinan dengan diberi induksi misoprostol 200 mg per oral / 12 jam.


ttd : insani miftachul janah dkk