Laman

Rabu, 22 Desember 2010

ASKEB hernia diafragmatika

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI
dengan HERNIA DIAFRAGMATIKA

I PENGKAJIAN Tgl: 22-10-2010 Jam: 06.00 WIB

I. PENGUMPULAN DATA
A. Data Subjektif
1. Biodata:
Bayi
Nama Bayi : By “Y”
TTL : Bojonegoro, 22-10-2010
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak Ke- : 1

Identitas Orang Tua
Ibu
Nama : Ny “G”
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Penghasilan : -
Alamat : Ds. Dander RT 01 RW 01 Kec. Dander Kab. Bojonegoro

Ayah
Nama : Tn. “A”
Umur : 27 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : POLRI
Penghasilan : Rp 5.000.000,-
Alamat : Ds. Dander RT 01 RW 01 Kec. Dander Kab. Bojonegoro

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan bayinya lahir pada tanggal 22-10-2010 jam: 06.00 WIB Jenis Kelamin: Lakilaki,langsung menangis. Tapi beyi terlihat sesak napas setelah menangis.



3. Riwayat Antenatal
Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah menderita penyakit kronis ataupun menular, ibu makan seperti biasa porsi 3x sehari dan melakukan kunjungan kehamilan sebanyak 8x pada bidan, serta mendapat imunisasi 2x TT, mendapat tablet tambah darah kalk dan vitamin

4. Riwayat Natal
Ibu melahirkan pada usia kehamilan 9 bulan dengan penolong persalinan bidan, lahir spontan, menangis, BB: 2800 gram PB: 48 cm

5. Riwayat Postnatal
Bayi menangis kuat gerak aktif, kulit berwarna kemerahan

6. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
BB: 2800 gram
TB: 48 cm

7. Riwayat Imunisasi
Belum mendapat imunisasi

8. Pola Kebiasaan
a. Pola nutrisi : Bayi di beri ASI
b. Pola eliminasi : bayi mengeluarkan mekonium
c. Pola tidur : ± 12 jam/hari
d. Pola kebersihan : Bayi di sibin 2x/hari Ganti popok setiap habis BAB dan BAK

II. PENGKAJIAN FISIK
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : tidak cukup baik
Kesadaran : Composmentis
TB : 48 cm
BB : 2800 gram
2. TTV
Suhu : 360C
Nadi : 50x/menit
Respirasi : 25x/menit
AS : 5



3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan Leher
Rambut : Hitam lurus
Mata : Konjungtiva merah jambu, sklera putih
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada polip
Mulut : Sianosis, tidak sumbing, reflek hisap baik
Telinga : Simetris
Leher : Tidak ada benjolan

b. Dada
Dada asimetris saat bernapas, terdapat bising usus di dada. Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris)

c. Abdomen
Perut teraba kosong
d. Genetalia
Tidak ada kelainan pada genetalia

e. Ekstremitas
Gerak normal, tidak ada kelainan, jumlah jari tangan kanan 5 kiri 5, jumlah jari kaki kanan5 kiri 5, tidak ada pembengkakan atau bercak-bercak hitam.

f. Integumen
Warna kulit merah, turgor baik, sedikit ada vernik pada tubuh bayi, tidak ada pembengkakan bercak-bercak hitam.

g. Reflek
Menghisap : (−)
Menggengam : (+)

III. ANALISIS DATA
Diagnosa : Bayi baru lahir dengan hernia diafragmatika, 24 jam post partum
Masalah : - bayi dengan sesak napas
- Bayi mengalami muntah akibat obstruksi usus
Kebutuhan : - Anak ditidurkan dalam posisi setengah duduk dan dipasang pipa nasogastrik yang dengan teratur dihisap. Diberikan antibiotika profilaksis.
- Beri oksigen.
- Rongent, USG, Fluoroskopi.
- Bedah, transplantasi paru.

IV. DIAGNOSA KEBIDANAN
Diagnosa aktual : Bayi Lahir dengan hernia diafragmatika, 24 jam post partum.

V. INTERVERENSI
Diagnosa : Bayi Lahir dengan hernia diafragmatika, 24 jam post partum.
Tujuan : setelah bayi diberi asuhan kebidanan, selama 1 X 24 jam, diharapkan bayi sehat dan normal dengan kriteria :
 BAB 2 X / hari, BAK 4 – 7 X / hari
 Suhu 36oC, RR 45 X/ menit, nadi 36 X/ menit
 Dapat menyusui dengan baik atau reflek hisap (+) 30 – 60 X/ menit
 Tidak terjadi perubahan warna kulit
 Gerak aktif
 Potersial terjadi hipotermi, infeksi asfiksia

Interverensi :
1) Jelaskan pada ibu tentang keadaan atau kondisi bayinya
R : meningkatkan pengetahuan dan mengurangi kecemasan ibu
2) Pantau keadaan bayi selama dirawat
R : deteksi dini adanya kelainan
3) Lakukan perawatan pada bayi baru lahir
R : agar kondisi bayi tetap stabil
4) Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
R : untuk memenuhi nutrisi bayi
5) Jangan lakukan rawat gabung / rooming in
R : karena bayi dengan komplikasi
6) Jaga kehangatan pada bayi
R : Agar bayi tidak terjadi hipotermi
7) Segera beri oksigen
R : agar bayi tidak sesak napas
8) Segera lakukan persiapan operasi
R : melakukan pembedahan pada hernia diafragmatika untuk mengembalikan organ abdomen ketempat semula
VI. IMPLEMENTASI
1. menjelaskan pada ibu bahwa keadaan bayinya tidak cukup sehat, dan dilihat dari geraknya yang kurang aktif, warna kulit kebiruan, walau langsung menangis setelah dilahirkan namun bayi jadi sianosis.
2. memantau keadaan bayinya selama dirawat meliputi :
 Keadaan umum
 TTV
 BAB, BAK
 Nutrisi
 Perubahan warna kulit
 Gerak atau aktivitas
 Tali pusat
 Reflek menghisap
3. melakukan perawatan pada pada bayi baru lahir
 mandi 2x/hari,pemberian profilaksis (chloramfenicol 1% / oxiteracylin ) dan Vitamin K 0.02 cc pada jam pertama setelah lahir
 merawat tali pusat dengan cara : luka tali pusat dibersihkan kemudian dibalut dengan kasa steril.
 Mengganti popok setiap kali basah, dibersihkan dengan sabun dan air kemudian dikeringkan
4. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin, yakni setiap bayi menangis atau setiap 2 – 3 jam. Karena ASI mengandung banyak antibody yang dapat mencegah infeksi pada bayi
5. Tidak melakukan rawat gabung/ rooming in antara ibu dan bayinya karena ada komplikasi dengan bayinya
6. Menjaga kehangatan bayi dengan cara :
 Menyelimuti tubuh bayi
 Menjaga kehangatan ruangan dan lingkungan
 Memakaikan topi, sarung tangan dan kaki.
7. Segera beri bayi oksigen agar bayi tidak ssak napas lagi
8. Segera siapkan operasi untuk segera mengembalikan organ abdomen ketempatnya kembali.

VII. EVALUASI
Tanggal : 22-10-2010 jam : 08.00 WIB
Bayi masih ibu bahwa keadaan bayinya tidak cukup sehat, dan dilihat dari geraknya yang kurang aktif, warna kulit kebiruan, walau langsung menangis setelah dilahirkan namun bayi jadi sianosis bayi muntah karena obstruksi usus. BBL 2800 gram.
TTV : Nadi 50 x/ menit
RR 25 x/ menit
Suhu 36 0 C

Minggu, 14 November 2010

makalah farmakologi tentang alergi

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Alergi adalah suatu reaksi sistem kekebalan tubuh (imunitas) terhadap suatu bahan/zat asing (alergen). Bentuk reaksi itu macam-macam, bisa berbentuk ruam kemerahan, penyumbatan (kongesti), pilek, bersin, radang mata, asma, shock atau bahkan kematian (jarang terjadi).
Alergi sangat dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh. Normalnya sistem kekebalan tubuh dirancang untuk melawan bakteri, jamur, virus dan benda asing lainnya. Namun dalam kenyataannya sistem kekebalan tubuh menimbulkan reaksi yang berlebihan pada benda asing. Reaksi yang berlebihan oleh sistem kekebalan tubuh terhadap benda asing ini menimbulkan alergi.
Alergi obat terjadi karena tubuh seseorang sangat sensitif sehingga bereaksi secara berlebihan terhadap obat yang digunakan. Tubuh berusaha menolak obat tersebut, namun reaksi penolakannya amat berlebihan sehingga merugikan tubuh sendiri. Reaksi itu bisa berupa gatal, sesak napas, penurunan tekanan darah, reaksi kulit disertai kelainan pada selaput lendir saluran cerna, sindrom Stevens-Johnson pada saluran napas dan kemaluan.
Beberapa alergi obat hilang dengan sendirinya beberapa waktu. Tetapi setelah anda memiliki reaksi alergi terhadap obat-obatan, anda mungkin akan selalu menjadi alergi obat. Anda juga bisa alergi obat-obatan lainnya yang seperti itu. Alergi obat merupakan salah satu jenis berbahaya, atau Adverse, reaksi narkoba. Gejala dan perawatan dari berbagai jenis Adverse reaksi berbeda.
Risiko alergi obat meningkat pada orang yang memiliki bakat alergi atau dalam istilah kedokteran disebut denganatopi. Untuk menghindari terjadinya alergi obat, perlu kerja sama antara pasien dan dokter. Pasien harus mengemukakan pengalamannya menggunakan obat selama ini, apakah obat tertentu membuat tubuh alergi atau dicurigai menimbulkan alergi.
B. Proses terjadinya alergi
Normalnya benda – benda asing yang masuk ke dalam tubuh bisa diidentifikasi dengan aman dan dapat diabaikan. Alergi terjadi jika sistem kekebalan tubuh salah mengidentifikasi benda asing sehingga benda asing itu dianggap sebagai ancaman. Karena di anggap ancaman maka sistem kekebalan tubuh akan mengeluarkan berbagai macam zat dan antibody untuk melawan benda asing tersebut. Zat dan senyawa yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh menimbulkan gejala – gejala alergi bagi tubuh penderita. Benda asing yang menyebabkan alergi disebut sebagai alergen. Sistem kekebalan tubuh yang berperan dalam proses terjadinya alergi adalah IgE (immunoglobulin E). Seseorang akan mudah menderita alergi jika orang tersebut ada riwayat keturunan alergi.
C. Zat yang dapat menyebabkan alergi
Pada dasarnya hampir semua obat, makanan, atau apapun yang Anda konsumsi dapat berpotensi menimbulkan alergi. Setiap orang memiliki jenis alergi yang berbeda-beda. Namun, dari Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI menyebutkan obat yang yang sering menimbulkan alergi adalag antibiotika penisilin dan turunannya (ampisilin, amoksisilin, kloksasilin), antibiotika sulfonamide, obat antidemam dan antinyeri (seperti asam salisilat, parasetamol, dll).
Obat apapun dapat menyebabkan reaksi alergi. Beberapa yang umum adalah:
1) Penicillins (seperti nafcillin, ampicillin atau amoxicillin). Jenis obat-obatan yang paling menyebabkan alergi obat.
2) Sulfa obat-obatan.
3) barbiturates.
4) Insulin.
5) Vaksin.
Vaksin adalah sebuah senyawa antigen yang berfungsi untuk meningkatkan imunitas tubuh terhadap virus dengan menghasilkan antibodi. Vaksin terbuat dari virus yang telah dimatikan atau "dilemahkan" dengan menggunakan bahan-bahan tambahan lainnya seperti formalaldehid, thymerosal dan lainnya. Sedangkan vaksinasi adalah suatu usaha memberikan vaksin tertentu ke dalam tubuh untuk menghasilkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit/virus tersebut. Tanda alergi yang biasa dialami oleh seseorang yang diberi vaksin adalah demam.
Sistem kekebalan mengenali partikel vaksin sebagai agen asing, menghancurkannya, dan "mengingat"-nya. Ketika di kemudian hari agen yang virulen menginfeksi tubuh, sistem kekebalan telah siap:
1. menetralkan bahannya sebelum bisa memasuki sel dan
2. mengenali dan menghancurkan sel yang telah terinfeksi sebelum agen ini dapat berbiak.
6) Anticonvulsants.
7) Obat untuk Hyperthyroidism.
risiko tinggi
1. Allopurinol
2. Sulfamethoxazole
3. Sulfamediazine
4. Sulfapyridine
5. Sulfadoxine
6. Sulfasalazine
7. Carbamezepine
8. Lamotrigine
9. Phenobartbital
10. Phenytoin
11. Phenylbutazone
12. Nevirapine
13. Oxicam NSAIDs
14. Thiacetazone
Resiko rendah
1. Acetic Acid NSAIDS
2. Aminopenicilins
3. Cephalosporinsquinolones
4. Cyclins
5. Macrolides
Cukup aman
1) Paracetamol (acetaminophen)
Paracetamol adalah suatu senyawa Acetazolamida dari Pirlideniadan termasuk salah satu nootropikagen yang berpengaruh pada susunan syaraf pusat. Biasanya akibat darimeminum paracetamol ini tidak mengalami reaksi alergi,jadi cukup aman.
2) Pyrazolone analgesics
3) Corticosteroid
4) Sertraline

Tak berisiko
1. Aspirin
2. Sulfonylurea
3. Thiazide diuretics
4. Aldactone
5. Calcium channel blockers
6. Statins
7. Hormon
8. Vitamin
Jika Anda alergi salah satu obat-obatan, Anda mungkin alergi lain seperti itu. Misalnya, jika Anda alergi penisilin, Anda mungkin juga alergi sama obat-obatan seperti cephalosporins (cephalexin atau cefuroxime, misalnya).
D. Gejala
Gejala alergi dapat mulai dari yang ringan hingga yang berat. Gejala alergi yang ringan dapat berupa bersin – bersin, hidung meler, gatal – gatal baik bersifat lokal atau seluruh tubuh, hidung mampet dan gejala alergi lainnya. Gejala alergi dapat dapat terlihat pada kulit, mata, hidung, paru-paru dan perut, tergantung pada jenis alerginya. Gejala-gejala alergi obat bisa mulai dari ringan ke sangat serius adalah:
1. hives atau welts, ruam, blisters, atau masalah kulit disebut eksim. Ini adalah yang paling umum gejala alergi obat. Lihat gambar kulit yang disebabkan oleh reaksi alergi obat.
2. Batuk, wheezing, Hidung, dan kesulitan bernapas.
3. demam.
4. kulit melepuh dan mengelupas. Masalah ini disebut racun berhubung dgn kulit necrolysis, dan dapat membawa maut jika tidak dirawat.
5. Anaphylaxis, yang merupakan reaksi paling berbahaya. Dapat membawa maut, dan Anda akan memerlukan perawatan darurat. Gejala, seperti hives dan kesulitan bernapas, biasanya muncul dalam waktu 1 jam setelah minum obat, reaksi cepat tanpa perawatan, Anda dapat masuk ke shock.
Gambaran lain yang menandakan adanya alergi obat :
1) Adanya penonjolan kemerahan, seperti orang terkena cacar
2) Adanya biduran
3) Adanya kemerahan pada kulit yang disertai dengan sisik kulit.
4) Adanya perdarahan dalam kulit, seperti kemerahan pada penderita demam berdarah dengue.
5) Adanya radang pada pembulih darah (vaskulitis)
6) Adanya rekasi kemerahan karena kontak dengan sinar matahari
7) Adanya penonjolan bernanah seperti jerawat
8) Kelainan lain gawat darurat, seperti kulit seperti terbakar yang dalam klinik disebut nekrolisis epidermal toksik
Gejala alergi yang berbahaya : rekasi anafilaksis
Reaksi alergi yang sangat berbahaya adalah gejala anafilaksis, gejalanya dapat berupa shock berupa tekanan darah secara tiba – tiba dan cepat sehingga membahayakan nyawa si penderita, kepala pusing dan sang penderita terlihat sangat cemas sehingga perlu penanganan yang cepat dan harus segera di bawa ke klinik atau RS. Gejala alergi anafilaksis paling sering terjadi pada gigitan serangga dan alergi obat tertentu namun reaksi anafilaksis akibat minum obat tersangat jarang terjadi.
E. Cara dokter mendiagnosa adanya reaksi alergi
a) Dokter menanyakan mengenai riwayat obat-obatan di masa lalu.
b) Dokter menanyakan mengenai kesehatan masa lalu
c) akan melakukan pemeriksaan fisik.
Jika tidak memberitahu dokter apakah anda memiliki alergi obat, maka ia dapat melakukannya tes kulit apakah Anda memiliki reaksi alergi.
Dalam beberapa kasus, Anda mungkin perlu tes darah atau lainnya jenis pengujian.
Adapun yang dilakukan oleh dokter ialah :
1. Dokter mewawancara (anamnesa) seperti:
a) Obat-obat apa saja yang Anda konsumsi belakangan ini? Apakah Anda mengonsumsi obat tradisional seperti obat Cina atau jamu-jamuan
b) . Apakah kelainan ini muncul setelah Anda mengonsumsi obat atau jamu tersebut?
c) Apakah ada rasa gatal dan demam yang tak terlalu tinggi?
2. Dokter melakukan pemeriksaan pada kulit Anda, dan diagnosa ini dapat ditegakkan dengan melihat adanya gejala:
a) Adanya penyebaran kelainan kulit yang tersebar dan simetris atau setempat saja
b) Adanya bentuk kelainan yang timbul seperti kemerahan pada kulit, adanya biduran, perdarahan dalam kulit, tonjolan bernanah, dan lainnya.

F. Pengobatan
Hal terbaik yang dapat Anda lakukan untuk alergi obat adalah untuk berhenti meminum obat yang menyebabkan alergi, dan bicara dengan dokter untuk melihat apakah Anda dapat menggunakan jenis obat lain yang dapat dikonsumsi tanpa timbul alergi.
a) Jika pasien memiliki reaksi alergi yang mengancam hidup pasien, dokter harus memberikan epinephrine. Jika pasien mengalami kesulitan bernapas atau jika mulai mendapatkan hives. Dokter perlu mengambil obat-obatan lainnya, seperti antihistamines steroid dan obat-obata, dan meletakkan obat-obatan ini secara langsung ke dalam pembuluh darah (IV).
b) Jika pasien memiliki reaksi alergi ringan, over-the-counter antihistamines gejala dapat membantu pasien. Namun memiliki efek ngantuk.
c) Jika dokter tidak dapat mengubah obat, dokter dapat mencoba metode yang disebut desensitization.
1) Pertama yang harus dilakukan adalah mulai mengambil jumlah kecil obat yang menyebabkan reaksi .
2) Secara perlahan-lahan tingkatkan jumlah dosis pemakaian. Hal ini memungkinkan pasien mendapatkan sistem kekebalan "digunakan untuk mendapatkan" obat. Setelah inipasien dapat dipastikan tidak lagi memiliki reaksi alergi.
Dokter akan mempertimbangkan antara dua jenis obat yaitu untuk memberikan efek :
a) sistemik (ke selutuh tubuh)
b) hanya topikal (setempat).
Tentunya ini berdasarkan kebutuhan dari pasien dan keadaan pasien.
Obat yang termasuk sistemik adalah obat jenis kortikosteroid yang diberikan secara diminum, misalnya obat prednison. Dokter juga dapat memberikan obat antihistamin untuk meredakan rasa gatal.
Pengobatan topikal juga bergantung pada keadaan kulit, apakah kering atau basah. Jika kering dapat diberikan bedak salisilat. Jika basah akan diberikan kompres dengan larutan salisilat.
Sebenarnya, penyakit ini dapat disembuhkan apabila kita mampu mengetahui obat apa atau zat apa yang menyebabkan alergi ini. Akan tetapi terdapat keadaan tertentu seperti nekrolisis epidermal toksik dan sindrom Steven Johnson, yang dapat mematikan. Hal ini kembali pada bagaimana kualitas dari reaksi tubuh tersebut kepada obat yang dipakai.
Pendekatan terhadap alergi saat ini sudah sangat maju. Dari obat-obatan sampai lewat imunoterapi , alergi obat ini dapat diatasi bila kita mengetahui jenis-jenis obat.
Obat alergi yang terbaik adalah dengan mencegah alergi tersebut dengan menghindari alergen/benda yang diketahui menyebabkan alergi. Jika telah terjadi alergi maka diperlukan obat untuk mengurangi gejala alergi yang terjadi. Obat alergi yang sering diberikan oleh dokter adalah antihistamin dan kostikosteroid. Kedua jenis obat tersebut banyak tersedia di apotik namun tetap harus berdasarkan resep dokter.
Pengobatan gejala alergi yang parah memerlukan pengobatan immunotherapy oleh dokter ahli alergi dengan memberikan suntikan dari allergen kepada penderita dengan tujuan membangun ketahanan tubuh terhadap allergen tersebut. Adapun alergi anafilaksis memerlukan perawatan medis darurat yang cepat dengan di bawa ke klinik atau RS. Adapun obat yang diberikan untuk pengobatan alergi anafilaksis adalah dengan suntikan epinefrin dan pemberian infus.
OBAT ALERGI DAN IMUNITAS
Obat alergi diperlukan untuk mengendalikan gejala alergi dengan menghilangkan alergen (penyebab alergi). Namun, untuk mengendalikan alergi dalam jangka panjang disarankan melakukan imunoterapi dengan vaksin antiserum dan imunologikal.
Obat alergi dapat terbagi dalam 2 golongan yaitu :
1. Obat alergi golongan antihistamin (AH1)
Obat alergi golongan antihistamin ini bekerja menghambat reseptor H1 (AH1) yang menyebabkan timbulnya reaksi alergi akibat dilepaskannya histamin. Histamin inilah yang kemudian menimbulkan reaksi imunitas seperti ruam kemerahan, gatal-gatal, pilek, bersin, dll.
2. Obat alergi golongan kortikosteroid (kortison)
Kortikosteroid merupakan hormon yang disekresi oleh kelenjar anak ginjal (adrenal cortex) atau obat-obat yang disintesis dan kerjanya analog dengan hormon ini. Efek yang ditimbulkan oleh obat ini luas sekali dan dapat dikatakan mempengaruhi hampir semua sistem dalam tubuh mulai dari keseimbangan cairan dan elektrolit hingga daya tahan tubuh. Oleh karena itu dalam terapi obat golongan steorid mempunyai indikasi yang sangat luas. Salah satunya sebagai anti alergi pada serangan akut dan parah Penggunaan kortikosteorid diusahakan tidak dalam jangka waktu panjang dan dengan dosis serendah mungkin yang sudah memberikan efek terapi sesuai indikasinya. Dipilih dulu sediaan yang nonsistemik (topikal atau inhalasi) karena tidak/sedikit sekali diserap ke dalam tubuh. Jika obat ini sudah digunakan dalam jangka waktu lama, maka untuk menghentikannya tidak boleh mendadak, tetapi harus diturunkan perlahan-lahan.


G. Pencegahan
Untuk mencegah alergi ini kembali:
a) Yang paling mudah adalah memastikan bahwa pasien tidak lagi mengonsumsi obat tersebut.
b) Bila pasien, pada kesempatan lainnya, berkonsultasi dengan dokter, ingatkanlah dokter bahwa pasien memiliki alergi terhadap obat tertentu.
c) Merubah pola hidup menjadi dasar perbaikan seluruh kondisi alergi.





















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alergi adalah suatu reaksi sistem kekebalan tubuh (imunitas) terhadap suatu bahan/zat asing (alergen). Bentuk reaksi itu macam-macam, bisa berbentuk ruam kemerahan, penyumbatan (kongesti), pilek, bersin, radang mata, asma, shock atau bahkan kematian (jarang terjadi).
Alergi sangat dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh. Normalnya sistem kekebalan tubuh dirancang untuk melawan bakteri, jamur, virus dan benda asing lainnya. Namun dalam kenyataannya sistem kekebalan tubuh menimbulkan reaksi yang berlebihan pada benda asing. Reaksi yang berlebihan oleh sistem kekebalan tubuh terhadap benda asing ini menimbulkan alergi.
Gejala-gejala alergi obat bisa mulai dari ringan ke sangat serius adalah:
6. hives atau welts, ruam, blisters, atau masalah kulit disebut eksim. Ini adalah yang paling umum gejala alergi obat. Lihat gambar kulit yang disebabkan oleh reaksi alergi obat.
7. Batuk, wheezing, Hidung, dan kesulitan bernapas.
8. demam.
9. kulit melepuh dan mengelupas. Masalah ini disebut racun berhubung dgn kulit necrolysis, dan dapat membawa maut jika tidak dirawat.
10. Anaphylaxis, yang merupakan reaksi paling berbahaya. Dapat membawa maut, dan Anda akan memerlukan perawatan darurat. Gejala, seperti hives dan kesulitan bernapas, biasanya muncul dalam waktu 1 jam setelah minum obat, reaksi cepat tanpa perawatan, Anda dapat masuk ke shock.

B. Saran
Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Untuk mencegah alergi ini kembali:
d) Yang paling mudah adalah memastikan bahwa pasien tidak lagi mengonsumsi obat tersebut.
e) Bila pasien, pada kesempatan lainnya, berkonsultasi dengan dokter, ingatkanlah dokter bahwa pasien memiliki alergi terhadap obat tertentu.
f) Merubah pola hidup menjadi dasar perbaikan seluruh kondisi alergi.


Daftar Pustaka

1) (http://www.pediatrik.com/pkb/20060220-k5ms69-pkb.pdf)
2) : http://donadivinamed.wordpress.com/2009/03/17/bio-resonance-therapy/
3) Sumber: wawancara. Ewy
4) Djuanda,adji,Prof,Dr,spkk,dkk.2010. MIMS Indonesia petunjuk konsultasi.Jakarta.CMP MEDIKA

by : insani miftachul janah dkk

makalah askeb neo,bayi, dan balita tentang kebersihan kulit

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Rencana asuhan pada bayi hari ke-2 sampai hari ke-6 setelah lahir harus dibuat secara menyeluruh dan rasional sesuai dengan temuan pada langkah sebelumnya atau sesuai dengan keadaan bayi pada saat itu, apakah dalam keadaan sehat/normal atau mengalami sakit/gangguan.
Pada bayi-bayi yang lahir diRS atau klinik-klinik bersalin, asuhan pada bayi usia 2-6 hari ini juga harus diinformasikan atau diajarkan kepada orang tua bayi, sehingga saat kembali kerumah, mereka sudah siap dan dapat melaksanakannya sendiri. Secara umum asuhan yang diberikan kepada bayi usia 2-6 hari meliputi hal-hal yang berkaitan dengan minum, BAK, BAB, Tidur, kebersihan kulit, keamanan, tanda-tanda bahaya dan penyuluhan.

perawatan fisik bayinya harus diyakinkan bahwa ada lebih dari satu cara yang benar dalam menangani berbagai aspek fisik perawatan bayinya.

B. TUJUAN
1) Untuk memenuhi tugas ASKEB NEONATUS, BAYI, dan BALITA
2) Untuk mengetahui cara menjaga kebersihan kulit bayi
3) Untuk mengetahui cara menjaga keamanan pada bayi
4) Untuk mengetahui macam-macamnakibat apabila kebersihan kulit bayi dan keamanan bayi kurang terjaga
5) Untuk mengetahui cara mengatasi cara mengatasi macam-macam akibat tersebut









BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KEBERSIHAN KULIT BAYI
Orang tua yang memiliki kekhawatiran tentang perawatan fisik bayinya, harus diyakinkan bahwa ada lebih dari satu cara yang benar dalam menangani berbagai aspek fisik perawatan bayinya.
Bayi tidak perlu mandi lengkap setiap harinya. Kepala dan popok bayi baru lahir perlu dilap setiap kali area tersebut kotor. Rutinitas “puncak dan ekor” ini harus dilakukan menggunakan sabun ringan, tanpa kandungan deodoran, dan area tersebut harus dikeringkan dengan seksama.
Mandi lengkap dapat dilakukan sesekali bagi orang tua jika memiliki waktu senggang untuk membuat peristiwa tersebut dapat membuat rileks bayinya. Orang tua harus diberi tahu agar tidak meninggalkan bayi sendirian dikamar mandi. Sampo, sabun, handuk, dan pakaian bersih harus dipersiapkan sebelum memulai memandikan bayi. Karpet mandi anti selip dapat mencegah bayi tergelincir.
Perawatan kulit yang tertutup oleh popok sangat penting. Perawatan kulit harus dimulai dengan mengganti popok secara teratur dan dengan membersihkan kulit secara seksama dengan menggunakan sabun dan air atau dengan menggunakan waslap. Tidak perlu menggunakan bedak dan krim secara teratur pada bayi.
Gejala yang paling sering timbul yang berhubungan dengan kebersihan kulit bayi yaitu ruam popok dan cradlle cap. Penggunaan krim barier yang mengandung zink oksida (misal desitin) kadang-kadang dapat mengatasi ruam popok pada tahap paling awal.
2.1.1 RUAM POPOK
Sebagian besar merupakan dermatitis / reaksi kulit terhadap amoniak dalam urin dan kontaminasi bakteri yang berasal dari feses, serta udara yang lembab karena jarang mengganti popok.
Penting untuk mencatat lokasi, distribusi masalah dan apakah terdapat kemerahan menyeluruh, ruam atau kedua–duanya. Ruam popok ringan akibat berbagai iritasi muncul sebagai area datar yang kemerahan tanpa terlalu banyak lipatan kulit yang terkena. Kulit yang bermasalah harur dibersihkan dengan sabun ringan dan air hangat kuku. Bayi akan mengalami distress ketika area tersebut dibersihkan. Kapanpun memungkinkan, area yang tertutup harus dibiarkan terbuka sehingga udara dapat bersirkulasi. Apabila popok harus digunakan, sering-sering ganti popok pada tahap awal iritasi, krim barier zink oksida ( desitin ) dapat mencegah ruam bayi lebih lanjut.
Bayi memperlihatkan adanya lesi eritematosa yang nyata, yang juga mengenai lipatan kulit dan lesi satelit – satelit pada jarak tertentu dari perineum dan anus. Ruam popok mungkin disebabkan oleh candida albicans (jamur). Bayi yang alami ruam karena jamur akan merasa nyeri. Kelainan ini biasanya tidak menular dan jika diobati akan pulih kembali dalam waktu 72 jam, kecuali jika mengalami infeksi jamur yang ditandai dengan kulit berwarna merah terang disertai dengan bercak-bercak dengan tepi tegas, kadang-kadang teraba kasar dengan bisul-bisul kecil disekitar bagian yang tertutup popok, selangkangan, dan lipatan paha.
Untuk pencegahannya,jaga agar kulit bokong,selangkangan, dan lipatan paha senantiasa kering dan gantilah popok sesring mungkin serta membersihkan area yang sakit dengan menggunakan lap dan air hangat kuku, hal tersebut cukup membantu penyembuhan.
Bila ada pengelupasan kulit, vesikula / eksudat, orang tua harus seger evakuasi bayi. Kadang ruam kulit ringan secara sekunder diinfeksi oleh stafilococcus / streptococcus sehingga menyebabkab impetigo. Virus herpes simpleks / histiositosis dapat menyebabkan ruam popok walau kasus ini jarang ditemui. Jika bayi ditemui sering ruam popok, kaji orang tua apakah ikuti praktek higienis.
2.1.2 CRADLE CAP
Cradle cap (kekanak-kanakan atau neonatal dermatitis seboroik , juga dikenal sebagai lactea crusta, kerak susu, penyakit sarang madu) adalah kekuningan, merata, berminyak, kulit bersisik dan mengeras ruam yang terjadi pada kulit kepala bayi yang lahir baru-baru ini. Hal ini biasanya tidak gatal, dan tidak mengganggu bayi.
Cradle cap paling sering dimulai kapan di 3 bulan pertama. Gejala serupa pada anak-anak yang lebih tua lebih mungkin ketombe dari cradle cap. Ruam ini sering menonjol di sekitar telinga, alis atau kelopak mata. Mungkin muncul di lokasi lainnya, di mana hal itu disebut dermatitis seboroik daripada cradle cap. Beberapa negara menggunakan capitis pityriasis istilah untuk cradle cap. Hal ini sangat umum, dengan sekitar separuh dari semua bayi yang terkena. Sebagian besar dari mereka memiliki versi ringan dari kekacauan.
Penyebab cradle cap tidak didefinisikan secara jelas tetapi tidak disebabkan oleh alergi, infeksi atau dari kebersihan yang buruk. Mungkin itu ada hubungannya dengan terlalu aktif kelenjar minyak pada kulit bayi yang baru lahir, karena ibu hormon masih berada dalam sirkulasi bayi. Kelenjar merilis sebuah zat berminyak yang membuat sel-sel kulit lama menempel pada kulit kepala, bukan jatuh saat kering.
Solusi sesuai dengan kasus-kasus ringan. Jika kondisi mengental, berubah merah dan teriritasi, mulai menyebar, akan muncul di bagian tubuh lain, atau jika bayi terus-menerus mengembangkan ruam popok , intervensi medis direkomendasikan. infeksi jamur ( tinea capitis ) dan kudis dapat meniru cradle cap
Cradle cap ini kadang-kadang terkait dengan gangguan kekebalan tubuh. Jika bayi tidak berkembang dan memiliki masalah lain (misalnya diare ), seorang dokter harus dikonsultasikan.
Masalah ini dapat dihilangkan dengan melakukan masase lembut pada kulit kepala dengan minyak sayur / minyak zaitun dan dihilangkan dengan menggunakan sampo dan menggunakan sisir yang bergigi rapat. Masalah ini akan hilang jika bayi sering dikeramas dan disisir.
2.2 KEAMANAN PADA BAYI
Sejak bayi datang kerumah, orang tua harus memindai adanya bahaya lingkungan yang dapat menimbulkan resiko keamanan. Pada bulan-bulan pertama, resiko terutama berhubungan dengan jatuh (meja, atau tempat duduk bayi) atau terjepit diantara batang-batang tempat tidur bayi. Orang tua bayi harus berfikir untuk menggantung barang-barang sehingga tidak dapat dijangkau. Dan memindahkan bantal dan mainan lunak yang dapat menyebabkan sufokasi.
American academy of pediatrics task force on infant sleep position and sudden infant death syndrome merekomendasikan perubahan posisi tidur dari posisi prone ke posisi supine pada tahun 1992. Karena ada bukti kuat bahwa bayi harus diubah pada posisi supine(telentang). Saat tidur posisi ini meminimalisir resiko sindrom kematian mendadak (sudden infant death syndrome / SIDS). Berdasarkan riset, kematian akibat SIDS berkurang. Riset berlanjut tentang faktor lain yang berperan dalam SIDS antara lain :
1. Terdapat asosiasi antara SIDS dengan permukaan kasur yang empuk
2. Pemasangan kasur yang longgar
3. Asap rokok ibu
4. Berbagi tempat tidur dengan banyak anggota keluarga
5. Terlalu kepanasan
6. Kelahiran kurang bulan
Di sini bidan mempunyai posisi ideal untuk berbicara dengan anggota keluarga tentang pengaturan tidur, dan untuk mengingatkan agar tak seorangpun merokok dimana bayi berada. Data terkini menyebutkan, tidak mendukung keyakinan yang dimiliki banyak orang bahwa BBL harus diatur pada posisi tengkurap guna mencegah aspirasi makanan yang teregugirtasi, bayi harus selalu diatur dalam posisi supine untuk tidur dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai tahap penting perkembangan, yaitu berguling, yang sebelumnya dapat dicapai pada bayi usia 4 bulan (20 minggu).

 VARIASI UMUM DALAM 6 MINGGU PERTAMA
Ada variasi tertentu diantara bayi yang sama – sama merupakan kekhawatiran orang tua dan pemberi perawatan. Dalam setiap hal, bidan harus tetap waspada terhadap tanda dan gejala yang menunjuk ke masalah pokok yang lebih serius.















BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kebersihan kulit bayi merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Orang tua harus sering membersihkan kulit bayi dari keringat dan kotoran terutama daerah genital. Popok bayi harus sering diganti agar bayi terhindar dari ruam popok. Daerah kepala bayi juga harus dijaga kebersihannya agar tidak menimbulkan crradle cap. Bayi harus sellalu dijaga keamanannya agar bayi tidak jatuh.

2. Saran
Kebersihan kulit bayi perlu benar-benar dijaga. Walaupun mandi dengan membasahi seluruh tubuh tidak harus dilakukan setiap hari, tetapi bagian-bagian seperti muka, bokong, dan tali pusat perlu dibersihkan secara teratur. Sebaiknya orang tua atau orang lain yang ingin memegang bayi diharuskan untuk mencuci tangan terlebih dahulu. Sedangkan dalam menjaga keamanan bayi yaitu jangan sekalipun meninggalkan bayi tanpa ada yang menungggu. Selain itu juga perlu dihindari untuk memberikan apapun ke mulut bayi selain ASI, karena bayi bisa tersedak dan jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur bayi.











Daftar Pustaka

1) http://www.pgbeautygroomingscience.com/role-of-lipid-metabolism-in-seborrheic-dermatitis-dandruff.html
2) Djuanda,adji,Prof,Dr,spkk,dkk.2010. MIMS Indonesia petunjuk konsultasi.Jakarta.CMP MEDIKA
3) http://blogger.com/insanimiftachuljanah

Rabu, 03 November 2010

Pemasaran sosial

BAB II

1. PENGERTIAN

Pemasaran sosial merupakan suatu kegiatan menjual produk yang berupa komoditi tertentu seperti pelayanan ide atau gagasan dengan mengaitkan pada kebutuhan atau minat masyarakat. Oleh karena itu proses pemasaran sosial jasa asuhan kebidanan agar dapat terlaksana dengan baik, perlu diadopsi pemasaran secara umum kemudian di aplikasikan secara intern sesuai dengan kebutuhan bidan.

Ada beberapa definisi mengenai pemasaran diantaranya adalah :

a. philip kotler ( marketing )
pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.

b. Menurut Philip kotler dan amstrong
pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan managerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan perukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain.

c. Menurut W.Stanton
pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan,menentukan harga,mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli maupun pembeli potensial.

2. TUJUAN PEMASARAN SOSIAL JASA ASUHAN KEBIDANAN

1. Memberikan pelayanan yang bermutu yang dibutuhkan masyarakat.
2. Memberikan pelayanan sesuai dengan standart praktik ketrampilan yang manta( dalam memberikan pelayanan kepada klien )

3. MANAJEMEN PEMASARAN

Manajemen pemasaran berasal dari dua kata yaitu manajemen dan pemasaran, yang meliputi:

a. Analisis
Analisis yaitu dengan membuat inventarisasi kelompok sasaran dan mencari institusi yang dapat yang dapat membantu dan bekerja sama. Sasaran pemasaran jasa asuhan kebidanan adalah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi, balita, calon pengantin, pasangan usia subur, wanita usia menopause, dan lanjut usia.

b. Melakukan riset.
Tujuan melakukan riset yaitu untuk mengetahui tanggapan masyarakat terutama kelompok sasaran terhadap jasa pelayanan yang akan diberikan.

c. Menyusun strategi pemasaran.
Strategi yang digunakan disini merupakan serangkaian tindakan terpadu menuju keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran adalah :



1. Faktor micro, yaitu perantara pemasaran, pesaing dan masyarakat.
2. Factor macro, yaitu demografi/ ekonomi, politik hukum, teknologi/fisik dan sosial/ budaya.

• Strategi pemasaran dari sudut pandang penjual :
1. Tempat yang strategis.
2. Produk yang bermutu.
3. Harga yang kompetitif.
4. Promosi yang gencar.
• Strategi pemasaran dari sudut pandang pembeli/ pelanggan :
1. Kebutuhan dan keinginan pelanggan...
2. Biaya.
3. Kenyamanan.
4. Komunikasi.

d. Monitoring dan evaluasi.
Kegiatan monitoring adalah proses untuk menemukan kekurangan atau kesalahan pada strategi yang telah ditetapkan. Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengetahui apakah tujuan dari strategi pemasaran telah tercapai atau belum.

e. Pelaksanaan proses pemasaran.
Kegiatan ini menggunakan media yang telah dipersiapkan untuk menunjang program melalui pesa- pesan sehingga mudah diingat oleh masyarakat luas atau konsumen.


4. FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMASARAN SOSIAL JASA ASUHAN KEBIDANAN

a. Kebutuhan, keinginan dan permintaan.

 Kebutuhan adalah keadaan dimana manusia merasa tidak memiliki kepuasan dasar. Kebutuhan dasar yang diperlukan misalnya pada persalinan dari segi :
• Kebutuhan dasar bidan.
Kelengkapan alat pertolongan persalinan, bahan- bahan dan obat- obatan.
• Kebutuhan dasar pasien.
Mendapatkan asuhan yang aman dan nyaman.

 Keinginan adalah hasrat akan suatu hal sesuai dengan kebutuhannya tersebut. Asuhan sayang ibu adalah keinginan sang ibu. Beberapa prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah mengikut sertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan :

1. Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai martabatnya.
2. Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
3. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan ketakutan ataupun kekhawatirannya.
4. Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
5. Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tentramkan hati ibu dan anggota keluarganya.
6. Anjurkan ibu untuk ditemani suami atau anggota keluarga yang lain selama persalinan.
7. Lakukan praktek- praktek pencegahan infeksi yang baik.
8. Hargai privasi ibu.
9. Anjurkan ibu mencoba berbagai posisi selama persalinan.
10. Anjurkan ibu minum cairan atau makan makanan ringan bila ia mau.
11. Anjurkan ibu menyusui bayinya segera setelah lahir.
12. Membantu memulai pemberian ASI segera setelah bayi lahir.
13. Siapkan rencana rujukan.

 Permintaan adalah keinginan akan sesuatu yang didukung kemampuan serta kesediaan membelinya, misalnya :
• Permintaan bidan.
Pasien senantiasa mengikuti nasehat dan saran bidan.
• Permintaan pasien.
Mendapatkan asuhan yang baik, aman dan nyaman bagi ibu dan bayinya selama proses persalinan.

b. Produk
Produk merupakan sesuatu yang ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan masyarakat, misalnya: keselamatan ibu dan bayinya.

c. Transaksi
Transaksi merupakan proses seseorang mendapatkan produk baik memproduksi sendiri, meminta maupun pertukaran.

d. Pertukaran
Pertukaran merupakan tindakan memperoleh barang yang dibutuhkan seseorang dengan menawarkan suatu imbalan. Pertukaran baru akan terjadi apabila kedua belah pihak dapat menyetujui syarat petukaran dan masing- masing mendapat keuntungan dari pertukaran tersebut. Misalnya : seorang pasien yang datang ke bidan untuk melakukan persalinan dan bidan membantu dalam proses persalinan dan pasien mendapat pelayanan yang aman dan nyaman bagi ibu dan bayinya kemudian bidan menerima imbalan dari pasien berupa materi.

e. Pasar
Pasar terdiri dari semua pelanggan yang potensial memiliki kebutuhan yang sama dan bersedia dan mampu melaksanakan pertukaran untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

















BAB III

SISTEM PEMASARAN

A. Pengertian sistem pemasaran

Sistem adalah sekelompok item atau bagian- bagian yang saling berhubungan dan saling berkaitan secara tetap dalam membentuk suatu kesatuan terpadu. Jadi dapat diartikan sistem pemasaran adalah kumpulan lembaga- lembaga yang melakukan tugas pemasaran barang, jasa, ide, dan faktor- faktor lingkungan yang saling memberikan pengaruh dan membentuk serta mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pasarnya.

Dalam pemasaran kelompok item yang saling berhubungan dan saling berkaitan itu mencakup :
1. Tempat melaksanakan kerja pemasaran.
2. Produk, jasa, gagasan yang dipasarkan.
3. Target klien.
4. Perantara ( kader )
5. Kendala lingkungan ( environmental constrains ).

Sistem pemasaran yang paling sederhana terdiri dari dua unsur yang saling berkaitan, yaitu tempat pemasaran dan target klien.

B. Promosi jasa jasa asuhan kebidanan
Promosi jasa asuhan kebidanan adalah upaya untuk mempromosikan jasa kebidanan kepada masyarakat yang membutuhkan pelayanan atau asuhan kebidanan. Pelayanan atau asuhan kebidanan termasuk dalam pelayanan kesehatan.

Karakteristik promosi jasa dalam pelayanan kesehatan antara lain :

1. Bersifat sukarela
Tidak memaksa klien menggunakan layanan yang ditawarkan, klien bebas menentukan pilihan layanan.

2. Kontak secara personal
Dalam pelayanan kesehatan tenaga kesehatan harus melakukan kontak langsung secara personal dengan klien melalui pendekatan sosial budaya.

3. Berpacu dengan waktu
Pelayanan kesehatan harus diberikan dengan segera dengan mempertimbangkan keadaan klien.

4. Sensitif ( terutama kesehatan reproduksi )
Kesehatan reproduksi merupakan hal yang sangat pribadi dan sensitif, sikap yang menghormati privasi klien akan membuat klien bersikap positif terhadap layanan kesehatan yang kita berikan.








Peran pemasaran dalam pelayanan kesehatan adalah untuk :

1. Menciptakan diferensiasi
Bidan dituntut mampu memberikan pelayanan yang beragam ( tanpa menyimpang dari kewenangan yang diberikan )



2. Manajemen kualitas pelayanan
Bidan mampu mengevaluasi diri mengenai kelebihan dan kekurangan layanan kesehatan yang ia tawarkan kepada klien.

3. Meningkatkan produktivitas
Tenaga kesehatan di tuntut untuk memperluas wawasan keilmuan serta ketrampilan teknisnya.

Promosi jasa dalam pelayanan kesehatan memiliki empat komponen utama, yaitu:

1. Klien/ pelanggan
Klien atau pelanggan merupakan konsumen dari pelayanan kesehatan yang memiliki kedudukan penting.

2. Kompetisi
Apabila kompetisi dikelola dengan baik maka akan memtivasi bidan untuk mengevaluasi dan mengembangkan diri.

3. Jaringan
Jaringan diperlukan untuk memperluas cakupan pemasaran pelayanan kesehatan yang akan membantu kelancaran kegiatan pemasaran. Jaringan tersebut dapat membentuk klinik pelayanan dirumah, rujukan, dan perusahaan.

4. Klinik
Dalam mengelola klinik diperlukan beberapa pertimbangan mencakup kekuatan merk, prose pelayanan, keunggulan kompetitif dan tarif pelayanan.





















BAB IV

PENUTUP


1. KESIMPULAN
Dari pembahasan ini dapat diambil kesimpulan bahwa pemasaran sosial merupakan suatu kegiatan menjual prduk yang berupa komoditi tertentu seperti pelayanan, ide, atau gagasan dengan mengaitkan pada kebutuhan atau minat masyarakat. Sasaran khusus dalam pemasaran asuhan kebidanan adalah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi, balita, calon pengantin, pasangan usia subur, wanita usia menopause dan lanjut usia. Tujuan pemasaran asuhan kebidanan yaitu untuk memberikan pelayanan yang bermutu yang dibutuhkan masyarakat dan memberikan pelayanan sesuai dengan standart praktik, ketrampilan yang mantap.


2. SARAN
1. Berikan asuhan kebidanan yang aman dan nyaman bagi pasien.
2. Dalam memberikan pelayanan tetap jaga privasi pasien.
3. Ciptakan rasa saling percaya antara klien dan bidan.

Minggu, 24 Oktober 2010

Makalah sistem pencernaan

SISTEM PENCERNAAN

Proses pengubahan makanan yang dimasukkan kedalam tubuh umumnya melalui beberapa proses :
1. Proses mekanis : pemecahan oleh gigi ,pengadukan oleh lidah, dan pengadukan oleh lambung oleh otot dinding lambung
2. Proses fisis : pelarutan oleh air atau cairan yang dikeluarkan kelenjar-kelenjar pencernaan makanan
3. Proses kimiawi : pemecahan oleh enzin-enzim pencernaan yang mengubah dari molekul besar menjadi molekul yang lebih kecil.
Proses pencernaan makanan meliputi beberapa tahapan sebagai berikut :
 Ingesti , pemasukan makanan kedalam tubuh
 Mestikasi , proses mengunyah makanan
 Deglutisi , proses menelan makanan
 Digesti , pengubahan makanan menjadi molekul yang lebih sederhana dengan bantuan enzim
 Absorpsi , proses penyerapan
 Defekasi , proses pengeluaran

Saluran pencernaan :
mulut faring kerongkongan lambung usus halus usus besar rectum anus


a. Rongga mulut : dalam mulut makanan dicerna dalam 2 proses yaitu mekanik dan kimia. Beberapa alat pencernaan yang ada didalam mulut antara lain gigi, lidah, kelenjar ludah ( glandula salivalis )
1
1. Gigi
Susunan gigi pada anak usia 6 tahun berjumlah 20 (gigi susu), dengan susunan sebagai berikut :
a. Gigi seri (dens insisivus), ada 8 buah yang fungsinya memecah makanan
b. Gigi taring (dens caninus) ada 4 buah yang fungsinya merobek makanan
c. Gigi geraham kecil (dens premolar) ada 8 buah yang fungsinya mengunyah makanan

SUSUNAN GIGI SUSU
Ket :
M0 P2 C1 I2 I2 C1 P2 M0 M : molar (graham besar)
P : premolar (graham kecil)
M0 P2 C1 I2 I2 C1 P2 M0 C : caninus (gigi taring)
I : insisivus (gigi seri)
Susunan gigi (gigi tetap) pada anak usia 6-14 tahun

Ket :
M3 P2 C1 I2 I2 C1 P2 M3 M : molar (graham besar)
P : premolar (graham kecil)
M3 P2 C1 I2 I2 C1 P2 M3 C : caninus (gigi taring)
I : insisivus (gigi seri)

2. Lidah
Lidah tersusun atas otot lurik yang dilapisi epithelium yang sangat banyak yang mengandung kelenjar lender (mukosa) dan reseptor (tunas) pengecap (perasa). Fungsi lidah antara lain :
 Membantu mengaduk makanan dalam mulut
 Membantu proses menelan
 Berbicara
 Indra pengecap

2
3. Kelenjar ludah
 Glandula parotis (letak didekat telinga) mensekresikan ludah yang mengandung enzim ptyalin (amylase)
 Glandula submaksilaris (letak dibawah rahang atas) mensekresikan ludah yang mengandung air dan lendir
 Glandula submandibularis (latak diawah lidah) mensekresikan ludah yang mengandung air dan lender
Ludah mengandung Na-karbonat, Na-fosfat, leukosit, enzim lisozim, dan enzim ptyalin (bekerja pada suasana netral mengubah amilum menjadi glukosa dan maltosa). Fungsi ludah :
 Membasahi makanan
 Mencerna secara kimia amilum menjadi glukosa
 Membunuh mikroorganisme
 Sebagai buffer (larutan penyangga)

b. Faring
Faring merupakan batas antara rongga mulut dan kerongkongan. Makanan yang telah dicerna akan masuk kerongkongan melalui proses deglutisi melewati faring.

C. Kerongkongan (Esofagus)
Dinding kerongkongan terdiri atas 3 lapisan :
1. Tunika mukosa : menghasilkan mucus/lender
2. Tunika submukosa : terdapat jaringan ikat kolagen dan elastis, ujung kapiler darah, dan ujung saraf
3. Tunika muskularis : mengandung otot polos dan jaringan ikat
Lapisan otot pada kerongkongan tersusun secara memanjang dan melingkar. Dengan susunan yang demikian bila terjadi kontraksi otot secara bergantian akan menimbulkan gerakan peristaltic yang mendorong makanan mencapai lambung. Waktu yang diperlukan bolus dari kerongkongan hingga kelambung adalah 6 detik.


3
d. Lambung (Ventrikulus)
3 bagian dalam lambung :
1. Kardiak (bagian atas lambung) : yang berbatasan dengan kerongkongan
2. Fundus (bagian tengah lambung) : merupakan bagian badan
3. Pilorus (bagian bawah lambung ) : yang berbatasan dengan usus halus
Dalam lambung terjadi pencernaan secara kimiawi oleh getah lambung. Getah lambung terdiri atas air, garam organic, unsur yang tersusun atas zat lendir, HCL/asam lambung, dan enzim-enzim pencernaan (rennin dan pepsinogen).
Fungsi HCL lambung :
1. Merangsang keluarnya seketin
2. Mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin untuk memecah protein
3. Desinfektan
4. Merangsang keluar homon Kolesistokinin yang merangsang empedu mengeluarkan getahnya

e. Usus Halus (Intestinum Tenue)
Panjangnya kira-kira 6-8 meter. Yang terbagi dalam 3 bagian yaitu :
a. Duodenum (usus 12 jari), panjangnya 25 cm
b. Jejunum (usus kosong), panjangnya 7 M
c. Ileum (usus penyerapan), panjangnya 1 M

4
Ada 3 getah usus (sucus entericus) :
1) Cairan empedu
Cairan empedu berwarna kuning kehijauan,yang mengandung garam empedu yang berperan dalam pencernaan makanan.
 Air , berguna sebagai pelarut utama
 Mucin , untuk membasahi dan melicinkan isi duodenum agar tidak terjadi iritasi pada dinding usus
 Garam empedu mengandung natrium karbonat,garam empedu ini berfungsi untuk mengemulsikan lemak
2) Getah pankreas
Ada beberapa beberapa enzim :
 Protease
Tripsinogen,kimotripsinogen,peptidase
 Lipase
 Amilase
 Nuklease
 NaHCO3

3) Getah dari dinding usus halus
Dinding usus halus mensekresi beberapa enzim :
 Enterokinase
 Erepsi
 Sukrase
 Maltase
 Lactase
 Lipase
 Nuclease




5
e. Usus besar (Intestinum crassum)
Sisa makana yang ada diusus besar dalam pencernaannya dibantu oleh bakteri E.coli. dan berada di usus selama 1-4 hari. Selanjutnya dengan gerakan peristaltic didorong ketempat penampungan tinja yang siap keluar melalui rectum.





Gangguan dan kelainan system pencernaan :
1. Apendikitis : radang pada usus buntu
2. Diare : Feses yg sangat cair akibat peristaltic yang terlalu cepat
3. Konstipasi : kesukaran dalam proses defekasi(BAB)
4. Maldigesti : terlalu banyak makan yang merangsang lambung
5. Parotitis : neksi pada kelenjar parotis
6. Tukak lambung/maag :radang pada dinding lambung.
7. Xerostomia : produksi air liur yang sangat sedikit.

Gangguan pada system pencernaan makanan dapat disebabkan oleh pola makan yang salah,infeksi bakteri, kolik(rasa nyeri), dan kelainan alat pencernaan. Gangguan lain adalah salah cerna akibat makan makanan yang merangsang lambung , seperti alcohol dan cabe yang mengakibatkan nyeri.



6
Penutup

Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memudahkan kepada kami dalam penyusunan makalah”Anatomi Sistem Pencernaan”. Semoga makalah ini dapat menjadi sumber acuan dalam belajar system pencernaan.
Kami sebagai penyusun mohon maaf bila dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangan. Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan dari teman-teman semua.
Wassalamualaikum Wr.Wb






Penyusun

makalah perawatan luka

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
tinfeksi. Luka yang sering di temukan adalah luka yang bersih tanpa kontaminasi,missal luka insisi yang tertutup, luka-luka yang melibatkan saluran kemih, missal cecio caesaria dibawah sekmen bawah. Oleh karena itu bidan harus pula mengetahui dan terampil dalam melakukan perawatan luka pasca operasi.
Dalam pengkajian luka harus memperhatikan kondisi klinis ibu, waktu dan tempat operasi serta tampilan perawatan luka.
Keputusan untuk membalut luka kembali juga harus mencakup keputusan apakah kebersihan luka merupakan tindakan yang di identifikasi. Bila luka perlu di bersihkan dan dibalut ulang perawatan hrus dilakukan dengan teknik bersih dengan air atau normal salin. Bila luka tampak terinfeksi perlu dilakukan rujukan.

B. Tujuan
Perawatan luka operasi bertujuan untuk meningkatakan proses penyembuhan jaringan dan mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhan luka oleh karena itu bidan harus terampil dan melakukan perawatan luka pasca operasi.

























BAB 2

PEMBAHASAN.

Pengertian

Merupakan tindakan untuk merawat luka dan melakukan pembalut dengan tujuan mencegah infeksi silang ( masuk melalui luka ) dan mempercepat prose penyembuhan luka.

1. Tahap respon inflantasi akut terhadap cedera. Tahap ini dimulai saat terjadinya luka
2. Tahap destruktif, pada tahap ini terjadi pemberian jaringan yang mati oleh leukosit polimer fenuklear dan makrofag
3. Tahap poliferatif, pada tahap ini pembuluh darah baru diperkuat oleh jaringa ikat dan mengifultasi luka.
4. Tahap maturasi, pada tahap ini terjadi reepitalisasi, kontraksi luka dan organisasi jaringan ikat

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka

Proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Vaskularisasi, mempengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan peredaran darah yang baik untuk pertumbuhan perbaikan sel
2. Anemia ,memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan sel membutuhkan kadar protein yang cukup.
3. Usia , kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan,kematangan usia seseorang.
4. Nutrisi,merupakan unsur utama dalam membantu perbaikan sel terutama karena kandungan zat gizi yang terdapat didalamnya.
5. Kemungkinan,obat-obatan,merokok dan stress,mempengaruhi proses penyembuhan luka.

Perawatan Luka Insisi

Luka insisi dibersihkan dengan alcohol dan larutan suci hama(larutan betadine dan sebagainya),lalu ditutup dengan kain penutup luka,secara penodik pembalut luka diganti dan luka dibersihkan.Dibuat pula catatan kapan benang/orave,dicabut dan dilonggarkan.Diperhatikan pula apakah luka sembuh perprinum atau dibawah luka terdapat eksudat.

Penatalaksanan luka dengan eksudat :
1. Luka dengan sedikit eksudat di tutup dengan band and operative dressing.
2. Luka dengan eksudat sedang di tutup dengan tegal filmated swabs atau dengan pembalut luka lainnya.
3. Luka dengan eksudat banyak ditutup dengan surgipad atau di kompres dengan cairan suci hama lainnya.
Untuk memberikan kenyamanan dan kebebasan bergerak bagi penderita, sebaiknya di pakai gurita.



4. Komplikasi luka insisi :
1. Sebagai luka sembuh dan tertutup baik, sebagian lagi dengan eksudat sebagian lagi dalam sejumlah sedang atau banyak akan keluar melalui lubang-lubang(fisdel)
2. Luka terbuka sebagian bernanah dan berinfeksi
3. Luka terbuka seluruhnya dan usus kelihatan

- Tempat perawatan pasca operasi atau bedah , setelah tindakan di kamar operasi , penderita dipindahkan dalam kamar rawat (recovery room) yang di lengkapi dengan alat pendingin kamar udara setelah beberapa hari. Bila keadaan penderita gawat, segera pindahkan ke unit kamar darurat(intensive care unit)

- Pemberian cairan
Karena selama 24 jam pertama penderita Puasa Pasca Operasi (PPO), maka pemberian cairan perinfus harus cukup banyak perban mengandung elektrolit yang diperlukan, agar jangan terjadi hipertemia, dehidrasi, dan komplikasi pada organ-organ tubuh lainnya.

- Nyeri
Sejak penderita sadar, dalam 24jam pertama. Rasa nyeri masih dirasakan di daerah operasi, untuk mengurangi rasa nyeri di berikan obat-obatan anti septic dan penenang seperti suntikan intramuskuler pthidin dosis 100-150 mg atau morfin sebanyak 10-15 mg atau secara perinfus atau obat lainnya.

- Mobilisasi
Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalan-jalannya penyembuhan penderita, kemajian mobilisasi bergantung pula pada jenis-jenis operasi yang di lakukan oleh komlikasi yang mungkin di jumpai. Secara psikologis hal ini memberikan pula kepercayaan pada si sakit bahwa ia mulai sembuh.
Perubahan gerakan dan posisi yang harus di terangkan kepada penderita atau keluarga yang menunggunya.
Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya trombisis dam emboli sebaiknya, bila terlalau dini melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan operasi, jadi mobilisasi secara teratur dan bertahap serta di ikuti dengan istirahat adalah yang paling di anjurkan.

- Pemberian obat-obatan :

-Antibiotik,kemoterapi dan antiflamasi
Cara pemilihan dan pemberian anti biotika sangat berbeda-beda disetiap institut, bahkan dalam satu institutepun masing-masing dokter mempunyai cara dan pemilihan yang berlainan.

Sebagai pedoman umum kira-kira sebagai berikut:

1.Sebelum melakukan uji biakan (culture test) dan uji kepekaan (sensitive test), pilihan antibiotika. Pilihan antibiotika. Pembunuh kuman gram negative sebagai obat peroral atau sebaliknya.
2. Setelah hasil uji-makan dan uji kepekaan di terima, berikan obat dengan berpedoman dengan misi uji laboratorium tersebut dengan cara seperti diatas.
3. Posisi obat harus tepat dan akurat serta bersifat spektrum luas (Groad – Spektrum).
4. Obat-obat pencegah perut kembung.
Untuk mencegah perut kembung dan untuk memperlancar kerja saluran pencernaan dapat diberikan obat-obatan secara subkutan dan peroral, diantaranya : plasil, perim peran, prostigmin, dan sebagainya. Apabila terjadi distansi abdomen, yang ditandai dengan adanya perut kembung dan meteorimus, dilakukan dekompresi dengan pemasangan pita rektal dan pita hasal. Boleh juga diberikan supporitoria bisa codyl, 36 jam pasca bedah.

5.Obat-obatan Lainnya.
Untuk meningkatkan vitalis dan keadaan umum penderita dapat diberikan roboronsia, obat anti inflamasi, atau bahan tranfusi darah pada penderita yang anemis.

6.Perawatan Putih.
Setelah selesai operasi, dokter bedah dan anestesi telah membuat rencana pemeriksaan rutin atau (check up) bayi penderita pasca bedah yang diteruskan kepada dokter atau nakes lain.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan dan pengukuran, yang diukur adalah:
• Tekanan darah
• Jumlah nadi per menit
• Frekuensi pernafasan per menit
• Jumlah cairan masuk dan keluar (urine)
• Suhu badan
• Pemeriksaan lainnya menurut jenis operasi kasus periksaan dan pengukuran tersebut sekurang-kurangnya dilakukan setiap 4 jam sekali dan dicatat dalam status penderita.


B.Peralatan dan Perlengkapan

1. Pinset anatomi
2. Gunting dan plester
3. Kapas sublimar
4. Bak instrument dan handscoon
5. Bengkok
6. Waskom berisi larutan klorin
7. Kassa steril
8. Troli
9. Tempat tidur
10. Perlak
11. Larutan Nacl 0,9 %
12. Betadine
13. Kapas alcohol
14. Peralatan cuci tangan


C. Prosedur Kerja

1. Beritahu pasien tindakan yang akan dilakukan.
2. Siapkan bahan dan alat secara ergonomis.
3. Pasang sampiran.
4. Atur posisi pasien senyaman mungkin.
5. Pasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan dilakukan perawatan.
6. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
7. Pakai sarung tangan (handscoon).
8. Olesi plester dengan kapas alcohol, agar mudah dan tidak sakit saat plester dibuka.
9. Buka plester dan kasa dengan menggunakan pinset, buang dalam bengkok.
10. Kaji luka (tekan daerah sekitar luka, lihat sudah kering atau basah.
11. Bersihkan luka dengan larutan antiseptic atau larutan gram faal.
12. Buang kasa yang telah digunakan kedalam bengkok.
13. Keringkan luka dengan menggunakan kassa yang baru.
14. Berikan salep antiseptic.
15. Tutup luka dengan kassa dan memasang plester.
16. Rapikan pasien.
17. Bereskan alat.
18. Lepas sarung tangan (masukkan kedalam Waskom berisi larutan klorin 0,5% selama 10 menit ).
19. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk.
20. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
















PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan luka operasi
Merupakan tindakan untuk merawat luka dan melakukan pembalutan dengan tujuan mencegah infeksi slang ( masuk melalui luka ) dan mempererat proses penyembuhan luka.
 Proses penyembuhan luka
1. Tahap Respon
2. Tahap destruktif
3. Tahap poliferatif
4. Tahap masturbasi
 Faktor –faktor yang mempengaruhi
1. Faskularisasi
2. Anemia
3. Usia
4. Nutrisi
5. Kegemukan

B. Saran

























DAFTAR PUSTAKA

1. KDPK, Yuni _ Kusumawati, S.SIT.2008. Fitramanya. YOGYAKARTA.
2. KDPK Kebidanan , Musrifasul Uliyah, A.Aiz Alimun Hidayat . 2006 , Salemba Medika Jakarta
3. Sinopsis Obstetri Edisi 2. PT. Rustam Mochtari ECG. 1998 Jakarta

makalah tentang imunologi

Imunologi
Imunologi termasuk pencegahan. Pencegahan sendiri ialah sengaja memberikan kekebalan atau imunitas pada anak, sehingga anak tersebut, walaupun kemudian mendapat infeksi tidak akan meninggal atau menderita cacat ( sequilae ). Umumya, anak yang telah imun bereaksi secara berikut :
1. Tidak sakit sama sekali
2. Sakit tapi ringan sekali, sehingga tidak mengakibatkan cacat dan tidak meninggal. Cacat inilah yang akan membebani tidak hanya nak tersebut namun orangtua serta masyarakat selama anak masih hidup. Anak caca tentunya tidak bisa hidup sendiri namun tergantung pada orang tua dan masyarakat sekitarnya.
Imunitas sendiri dibagi menjadi 2hal berdasarkan asal mulanya. Ke dua hal tersebut ialah :
1. Kekebalan pasif
2. Kekebalan aktif
Kekebalan pasif ada bila tubuh anak tidak bekerja membentuk kekebalan, tetapi hanya menerimanya saja. sedangkan Kekebalan aktif ialah tubuh anak menghasilkan imunitas sendiri. Baik pasif atau aktif, masing-masing berlangsung alami, biasanya bawaan ( congenital) atau didapat ( acquired ).
Imunitas pasif bawaan (passive congenital immunity)
Terdapat pada bayi baru lahir (neonatus)sampai bayi berumur 5 bulan. Neontus mendapatkannya dari ibu sewaktu didalam kandungan, yaitu berupa zat anti(antybodies) yang melalui jalan darah ke plasenta.
Kadar Ig G & I g M
Ig
I g G ibu


I gG produksi anak sendiri
O 1 2 3 4 5 6 17 18
Bulan tahun
Gambar 1. System imunitas pada anak

Zat anti itu berupa globulin gamma yang mengandung imunitas seperti yang juga dimiliki oleh ibu. Namun, zat antibody itu lambat laun akan lenyap ari tubuh bayi. Dengan demikian sampai umur bayi kurang lebih berumur 5 bulan, bayi dapat terhindar dari beberapa penyakit infeksi, misalnya difteria, campak (meales) dan lain-lain.
Imunitas terhadap difteria dapat dibuktikan dengan Uji Schick, yaitu dengan menyuntikkan toksin difteri intrakutan. Bila bayi masih mempunyai zat anti maka hasil reaksi akan negative. Pada trimester 1 dari sejumlah bayi yang diperiksa, hanya terdapat 6,2% saja yang menunjukkan hasil uji schick positif dan selanjutnya lambat laun meninggkat sampai 79,6% pada trimester IV.
Terhadap campak, bayi masih dapat dikatakan masih mempunyai kekebalan pasif bawan hingga usia 7 bulan. Kekebalan seperti ini sebenarnya juga ada terhadap tetanus, pertusis, kokus, dan tifus abdominalis, namun jumlahnya sedikit sekali sehingga bayi tidak dapat terindar dari infeksi-infeksi tersebut.
Imunitas pasif didapat (passive acquired immunity)
Zat anti didapatkan oleh anak dari luar dan hanya berlangsung pendek, yaitu 2-3 minggu karena zat anti ini akan dikeluarkan lagi oleh anak. Bahan zat ani demikian dapat berupa globulin gamma murni yang didapat dari darah orang yang pernah mendapat penyakit, misalnya campak. Sebenarnya tidak hanya globulin gama murni yang dapat digunakan, tetapi darah atau serumnya dapat pula dipakai untuk disuntikkan (intramuskulus), tetapi tentunya dalam hal yang terakhir ini diperlukan jumlah yang lebih banyak. Contoh lain ialah pemberian serum tetanus.
Efek samping
Umumnya serum yang diberikan untuk pemberian imunitas pasif seperti diuraikan diatas. Serum ini biasanya diperoleh dari binatang seperti kuda, kerbau sehingga mengandung protein asing yang dapat menyebabkan efek samping berupa :
1. Reaksi Atopik (atopic reaction). Reaksi ini terjadi beberapa menit sesudah penyuntikan pertama dan kelainan yang terjadi dapat berupa renjatan (shock) berat, gatal seluruh badan, urtikaria pada tempat suntikan yang kemudian dapat meluas, gelisah, pucat, sianosis, dispnu serta dapat terjadi kejang dan bahkan kematian. Untuk mengatasi keadaan ini hanya suntikan adrenalin dankortikosteroid yang dapat menolong.
2. serum sickness. Masa tunas 6-24 hari gejala-gejala dapat berupa panas, urtikaria, eksantema, muntah berak. Yang membahayaka ialah bila urtikaria atau oedema terjadi didaerah glottis, sehingga akan terjadi penyumbatan jalan nafas. Pengobatan yang dapat diberikan antara lain : adrenalin, kortikosteroid, antihistaminikum.
3. Reaksi terhadap suntikan ulangan
• Reaksi anafilaksis masa tunas beberapa menit sampai 24 jam. Gejala sama dengan reaksi atopic atau lebih ringan.
• Accelerated reaction. Masa tunas 1-5 hari. Gejala sama dengan serum sickness.
Jelaslah bahwa penyuntikan serum, baik profilaksis maupun terapeutik dapat berubah. Oleh karena itu bila anak diketahui menderita alergi atau pernah mendapat suntikan serum sebelumnya, maka perlu ditentukan lebih dahulu apakah anak telah mempunyai alergi terhadap serum yang akan disuntikkan.
Cara penentuan danya alergi ini dilakukan dengan uji kulit dan mata (skin and eye test) sebagai berikut :
UJI KULIT
0,1ml cairan serum 1/10 disuntikkan intrakutan. Tunggu 15 menit. Dinyatakan positif bila terjadi infiltrate dengan garis tengah lebih dari 10mm.
UJI MATA
1 tetes cairan serum 1/10 diteteskan pada mata. Tunggu 15 menit. Dinyatakan positif bila mata terjadi bengkak dan merah
Bila uji kulit dan mata tersebut positif, maka penyuntikan serum harus menurut cara Besredka, yaitu : 0,1 ml serum dalam 1 ml air garam fisiologis disuntikkan subkutan; tunggu ½ jam, kemudian 05 ml serum dalam 1 ml air garam fisiologis disuntikkan subkutan; tunggu ½ jam, selanjutnya sisa serum disuntikkan intramuskulus.
Cara Besredka berartu desensitisasi yang dapat bertahan 2-3 minggu. Jadi bila esok hari atau hari-hari berikutnya diperlukan pemberian serum lagi, cara Besredka ini tidak perlu diulang.
Penyakit yang dapat atau lazim di cegah dengan serum untuk sementara :
1. Campak (measles, morbilli)
Yang dipakai adalah globulin gama 0,2 ml /kgBB atau serum konvaselen. Pencegahan biasanya dilaksanakan pada anak yang kontak dengan penderita campak di bangsal, oleh karena anak tersebut kontak dengan demikian bila menderita campak, daya tahannya akan sangat menurun dan akan mudah mendapat kompliksi yang berat.
2. Tetanus
Untuk pencegahan yang diberikan 1500 UI serum anti tetanus (profilakis) dalam batas 24 jam sesudah menderita luka. Sudah 24 jam ,serum sudah tidak bermanfaat lagi. Maksud pemberian serum ini adalah untuk mengikat toksin yang mungkin sudah mulai diproduksi oleh kuman tetanus, tetapi efeknya masih diragukan. Lebih efektif ialah bila anak semasa bayi telah mendapat imunisasi dasar dan sewaktu menderita luka, anak diberi lagi toksoid tetanus. Dalam hal ini serum anti tetanus hanya diberikan bila dipandang perlu.
3. Gigitan ular berbisa
Yang diberikan ialah anti snake venom dan serum ini dapat dipakai baik untuk pencegahan maupun untuk pengobatan.
4. Rabies
Berdasarkan lokalisasi dalam tubuh, imunitas dapat dibagi dalam : imunitas humoral ( humoral immunity) dan imunitas selular (cellular immunity).
IMUNITAS HUMORAL
Imunitas ini terkandung dalam immunoglobulin (Ig). Secara elektroforesis dapat ditentukan bahwa Ig berupa B2A , B2M sedangkan secara ultrasentrifugase Ig dibagi menjadi 7S dan 19S globulin gama. Setiap molekul Ig terdiri dari rantaiH (Heavy)dan L (Light). Rantai H terdiri dari bermacam-macam tipe, tetapi yang tepenting untuk imunitas ialah rantai G,A, dan M. oleh karena itu dinamakan juga IgA,IgG, dan IgM.
IMUNITAS SELULAR
Imunitas ini terdiri dari :
a) Fagositosis oleh sel-sel sistim retikulo endoterial
b) Kemampuan sel tubuh untuk menolak dan mengeluarkan benda asing
c) Alergi kulit terhadap sesuatu benda asing, yaitu kulit akan mengadakan reaksi sehingga akibat buruk dapat dihindarkan
d) Mengenal antigen( yang sebelumnya pernah diketahui )secara cepat dan kemudian bereaksi pula secara cepat dan tepat untuk menghindarkan akibat buruk.
Darimanakah asalnya immunoglobulin? Pada bayi baru lahir hingga usia 5 bulan terdapat IgG yang di dapat dari ibu. IgA dan IgM tidak terdapat, namun perlahan lahan diproduksi sendiri oleh tubuh bayi (pada gambar 1). Tubuh bayi baru dapat membuat IgG sendiri pada umur kurang lebih 3 bulan. Hal ini penting di ketahui berhubungan dengan imunisasi dasar pada bayi.Berdasarkan kwantitas maupun kwalitas immunoglobulin ini, dikenal beberapa penyakit :
1) Hipoimunoglobulinemia yang fisiologis
Jumlah IgG dari ibu hanya sedikit sekali, sehingga bayi sering menderita infeksi berat pada bulan-bulan pertama kehidupannya.
2) Hipoimunoglobulinemia tipe Bruton
Penyakit ini familiar dan menyerang laki-laki. Dalam jaringan terdapat sel plasma sedikit sekali, juga jaringan limfoid sedikit sekali, walaupun dalam darah jumlah sel limfosit normal.
3) Hipoimunoglobulinemia tipe Swiss
Penyakit ini seperti tipe Bruton, tetapi jumlah limfosit dalam darah sedikit sekali dan prognosis penyakit ini buruk.

PEMBUATAN IMUNOGLOBULIN
Atas dasar penyelidikan pada binatang percobaan, mulailah lebih jelas peranan beberapa organ tubuh dalam pembentukan zat anti dan imunitas. Walaupun belum diperoleh bukti yang nyata benar, namun pendapat umum menyatakan bahwa stem cell merupakan permulaan semua sel yang mengakibatkan imunitas.
Selain untuk sel imunitas, stem sell juga merupakan asal mula (precursor) dari pada sel darah lainnya (bersifat pluripotent). Dua organ penting untuk pembuatan sel imunitas ialah timus dan bursa fabrisius. Timus terdapat pada manusia dan semua vertebrata, sedangkan bursa pada burung. Pada manusia yang dianggap analog dengan bursa ialah jaringan limfoid di traktus digestivus.


Gut Epithelial lymphoid Thymus cellular
Wall thymus thymus dependent immunity
Mesenchime recognition delayed
System allergy
Lymphocytes graf vs host
Reaction
homotransplant

GUT Bursa – type Bursa type immunoglobulin
WALL tissue Dependent humoral antibodies
Immunoglobulin
Producing system
Germinal centers
Plasma cells
Gambar : Ontogeny of the immune system Amer.J.Med.38:579,1965
Stem cell menempuh 2 jalan :
1. Melampaui timus dan berubah menjadi sel-sel limfoid yang kemudian akan menjalankan pekerjaan imunitas sel. Sel-sel ini dinamakan thymus dependent(sel T = sel timus) dan tersebar di jaringan-jaringan seluruh tubuh.
2. Melampaui bursa (pada burung, sedangkan pada manusia melampaui jaringan limfoid di jaringan trktus digestivus) dan disini berubah menjadi sel limfoid yang mengalir kedarah yang kemudian berubah menjadi sel plasma da pusat germinal dimana keduanya inilah yang merupakan pabrik immunoglobulin (imunitas humoral). Sel-sel ini juga dinamakan dengan sel B (sel bursa) atau bursa dependent.
Oleh karena sistim imunitas dibagi 2, jaringan limfoid perifer (sel T dan sel B) serta jaringan limfoid sentral (timus dan bursa). Sel T dan sel B di perifer tidak akan berubah lagi, namun bila diperlukan oleh tubuh timus dan bursa dapat memproduksidan mengubah stem cell untuk berpoliferasi lebih cepat menjadi sel T dan sel B. sepintas lalu sel B dan sel T akan berpisah, namun sebenarnya terdapat hubungan yang cukup erat. bila seseorang mendapat imunisasi baik secara oral maupun perinatal, maka reaksi imunitas akan terjadi pada sel T dan sel B.walau iminisasi sudah lama diberikan dan kadar zat anti dalam darah sudah menurun belumberarti imunitas hilang. Masih ada imunitas sel T yang bila perlu dapat mengenal secara cepat sehingga produksi zat anti dapat terjadi.

IMUNITAS AKTIF
Imunitas aktif dibagi dalam dua bagian :
1. Didapat secara alami (naturally aquired) contohnya :
Difteria : anak akan secara alami hingga umur belasan tahun mendapat infeksi berbentuk silent abortive yang menyebabkan sebagian anak menderita sakit ringan, kemudian sembuh dan imun. Silent abortive infection ini dapat dibuktikan dengan uji Schick yang frekuensi hasil reaksi negatifnya lebih besar pada umur lebih tua.
Poliomyelitis : penyakit ini umumnya menyerang anak dibawah umur 7 tahun . Dan 98% dari anak usia 7 tahun telah imun terhadap penyakit ini.
2. Sengaja dibuat (artificially induced) cara pemberian imunitas terdiri dari 3 macam antigen :
a) Live attenuated bacteria or virus
Yang dipakai adalah kuman yang masih hidup dan telah dijinakkan, sehingga tidak menyebabkan penyakit tetapi masih dapat memberikan imunitas, misalnya smallpox, bacillus Calmette Guerin (BCG), polio, sabin, campak, ensefalitis dantrankoma.
b) Killed bacteria or virus
Misalnya kolera, tifus abdominalis, paratipus (kotipa), pertusis, polio salk.

c) Toksoid
Yang dipakai adalah toksin yang telah diolah sedemikian rupa, misalnya dengan formol dan kemudian diabsorpsi dengan aluminium sehingga biasanya dinamakan formol toxoid alum precipitated. Arti absorpsi dengan aluminium adalah agar dapat merupakan depot di jaringan tubuh sehingga pengeluaran dari depot berlangsung sedikit demi sedikit dalam jangka waktu lama, oleh karena itu lebih efektif dan dapat menghasilkan kwalitas zat anti yang lebih besar.
Reaksi tubuh dengan antigen lebih lambat sehingga waktu untuk mendapatkan lebih banyak zat anti akan lebih lama. Cara yang lazim dipakai sekarang ialah dengan melaksanakan lebih dulu imunisasi dasar yang terdiri dari tiga kali imunisasi berturut-turut dengan jarak antara 4-8 minggu. Yang menyimpang dari cara diatas ialah imunisasi cacar (smallpox) dan BCG yang hanya dikerjakan sekal namun imunisasi ulangan / booster harus dilakukan pula.
imunisasi dasar

I II III ulangan (booster)







3 4 5
Kecuali UMUR BULAN
smallpox dan BCG

Gambar : skema imunisasi dasar


Imunitas aspesifik
Imunitas yang diutarakan diatas adalah imunitas spesifik karena tertuju hanya pada penyakit tertentu dan dengan zat anti yang spesifik dan tertentu pula. Disamping itu, sebenarnya masih ada imunitas yang aspesifik yang sulit dijelaskan seperti :
1. Tuberculosis
Walau termasuk penyakit infeksi, tetapi ternyata diperlukan juga suatu hereditas tubuh untuk dapat menderita penyakit ini.
2. Umur : campak, cacar air, gondokan (mumps) lebih berat dan berbahaya bila orang dewasa yang menderitanya
3. Defisiensi vitamin : menurunkan daya pembentukan zat anti
4. Anemia : sering menyebabkan infeksi traktus respiratorius
5. Kwashiorkor : tidak mudah terserang virus
6. Kortikosteroid : dapat memberatkan penyakit tuberculosis dan cacar air

Tetanus neonatorum
Di Indonesia penyakit ini masih banyak karena persalinan yang ditolong oleh dukun. Saat dukun memotong tali pusat menggunakan bambu/ pisau dan gunting yang tidak steril/ kotor. Dapat pula terjadi karena ibu,nenek membubuhkan bahan kotor pada pusat (bedak, abu, jamu, tanah liat). Cara untuk mencegah penyakit ini, selain kebersihan sewaktu dan sesudah persalinan, juga dapat dilakukan dengan memberikan toksoid pada ibu hamil, terutama pada bulan-bulan terakhir. Pemberian toksoid ini yang benar adalah 3 kali dalam 3 bulan terakhir kehamilan. Schofield (1961) di Guinea Baru membuktikan bahwa dengan cara demikian disebuah desa nsidens tetanus neonatorum dapat diperkecil sampai 0,5% dari semua kelahiran.

IMUNISASI KOMBINASI (combined immunization)
Imunisasi kominasi atau campuran dapat dilaksanakan tanpa mengurangi manfaat tiap macam vaksin di dalamnya. Sekarng lazim dipakai vaksin DTP,yaitu vaksin terhadap difteria, pertusis dan tetanus yang dicampur dalam satu semprit. Perum Biofarma Bandung membuat vaksin DTP (difteria, tetanus pertusis,) dan DT (difteria, tetanus) yang merupakan vakn kombinasi antigen toksoid dan antigen kuman yang dimatikan. Tiap 1 ml DT mengandung 40 Lf toksoid murni difteri, 15Lf toksoid murni tetanus, sedangkan 1 ml DPT mengandung 32 milyar bakteri B. pertusis yang sudah dimatikan selain dari toksoid DT seperti yang disebutkan terdahulu. Imunisasi DTP ataupun DT diberikan intramuscular atau subkutan dalam. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dimulai pada usia 3 bulan dengan dosis masing-masing 0,5 ml dengan selang waktu 4 minggu/ 1 bulan, kemudian diperkuat dengan imunisasi keempat yang diberikan 1 tahun setelah imunisasi ketiga. Ulangan imunisasi berikutnya diberikan pada usia 5 tahun- usia masuk sekolah dasar (masih menggunakan DTP). Selanjutnya ulangan imunisasi dilakukan setiap 5 tahun dengan menggunakan DT.
Resistensi alami (natural resistence)
Prioritas pemberian BCG dan profilaksis pada umur pra-sekolah (0-6 tahun) disebabkan terdapatnya fakta bahwa komplikasi terberat dan terbanyak didapatkan pada anak masa pra-sekolah. Hal ini mempunyai hubungan erat dengan resistensi alami yang umumnya masih rendah pada golongan umur tersebut.
Kekebalan dalam A. pra sekolah
B B. sekolah
C. pubertas
C
A
0 5 10 15 20 25 30 35 50 umur th

Gambar : resistensi alami pada manusia

Resistensi alami meningkat pada anak masa sekolah (6-12 tahun), kemudian pada masa akil baligh menurun sampai umur 20 tahun, kemudian meningkat lagi sampai umur 40 tahun, dan selanjutnya akan menurun lagi. Sebagai konsekuensinya, seseorang harus hati-hati pada usia akil baligh (adolescence). Misalnya sewaktu ia mendapat infeksi tuberculosis, maka infeksi ini akan menyebar luas dengan cepat. Konsekuensi lainnya adalah bila seseorang telah menginjak umur 40 tahun atau lebih, maka ia perlu melakukan pemeriksaan kesehatan berkala dan secara teratur agar penyakit dapat didiagnosis dan dapat diobati sedini mungkin.

Keadaan tubuh sewaktu imunisasi
Sewaktu dilakukan imunisasi hendaknya tubuh tidak boleh dalam keadaan sakit, karena hal ini akan mengakibatkan daya untuk membuat zat anti rendah. Demikian pula, keadaan gizi sangat penting, karea, gizi yang buruk tidak akan membuat za anti dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan uji transformasi limfosit. Untuk pemeriksaan ini, sel limfosit anak dikultur kemudian kepada anak tersebut diberikan antigen. Bila reaksinya baik, maka sel limfosit akan berubah menjadi limfoblas yang kemudian akan membuat zat anti. Jose dkk (1970) menyelidiki hal ini pada 3 golongan anak dari kelompok umur yang sama di Australia. Golongan pertama terdiri dari golongan anak dengan gizi baik, golongan kedua terdiri dari anak-anak aborigin (asli) dengan keadaan gizi dan kesehatan yang sama baiknya dengan golongan pertama, sedangkan golongan ketiga terdiri dari anak-anak aborigin dengan gizi dan kesehatan yang kurang. Terbukti uji transformasi limfosit pada golongan ketiga hasilnya negative.
BAGAN PEMBERIAN IMUNISASI YANG DIANJURKAN
IMUNISASI
BCG
(intrakutan) 1
Tiap umur
Sebaiknya usia 2 bulan 0,05 ml 2
5-7*
Tahun
0,10 ml 3
12-15*
Tahun
0,10 ml 4 5 6
POLIO
(oral) 3 bulan
2 tetes 5 bulan
2 tetes 7 bulan
2 tetes 1,5 -2 tahun
2 tetes 5 tahun- usia masuk SD
2 tetes 10 tahun-usia tamat SD
2 tetes
DTP
(IM atau SC dalam) 3 bulan
0,50 ml 4 bulan
0,50 ml 5 bulan
0,50 ml 1,5 -2 tahun
0,50 ml 5 tahun- usia masuk SD
0,50 ml
DT
(IM atau SC dalam) Tiap 5 tahun setelah DTP kelima
TIPA
(SC) 15 bulan
0,25 ml 18 bulan
0,25 ml 21 bulan
0,25 ml 5 tahun- usia masuk SD
0,25 ml 10 tahun- usia tamat SD
0,50 ml

0,50 ml
CAMPAK
(SC) 9 bulan atau lebih
0,50 ml

Keterangan : *) bila uji tuberculin negative
TINDAKAN PENCEGAHAN TERHADAP TETANUS PADA WAKTU LUKA, BERDASARKAN STATUS VAKSINASI SESEORANG
Jenis luka Imunisasi sudah lengkap 1) Imunisasi belum lengkap 2) Belum pernah 3)
Vaksinasi terakhir Pencegahan tetanus Vaksinasi terakhir Pencegahan tetanus Pencegahan tetanus
Luka yang kemungkinan besar kemasukan basil tetanus 4) Kurang dari 2 tahun yang lalu Serum / vaksin tidak diperlukan Kurang dari 2 tahun yang lalu Masing-masing 1 dosis serum dan vaksin Berikan 1 dosis serum, selesaikan imunisasi dasar
2-10 tahun yang lalu Berikan 1 dosis vaksin Lebih dari 2 tahun yang lalu Idem
Lebih dai 10 tahun yang lalu Berikan 1 dosis serum dan vaksin
Luka lainnya : tidak diberikan serum, vaksinasi mungkin diperlukan bila lukanya bertambah besar, jika diperlukan, perhatikan status vaksinasinya.

Catatan : gunkan cara-cara imunisasi aktif dan pasif, berikan 1 dosis tetanus toksoid, tunggu 20 menit kemudian berikan lagi 1 dosis serum (ATS) pada tempat lain dengan menggunakan semprit dan jarum yang berbeda. Suntikan pada saat yang bersamaan dan keduanya pada tempa yag Berea boleh juga dilakukan. Selesaikan primo vaksinasinya, serta berikan juga “booster”.
1. Yang dimaksud penderita yang sudah mendapatkan paling sedikit 3 suntikan tetanus.
2. Yang dimaksud penderita yang sudah mendapatkan satu atau dua suntikan tetanus.
3. Yang dimaksud penderita yang tidak pernah mendapatkan vaksinasi atau yang status vaksinasinya tidak diketahui.
4. Mencakup : a. patah tulang terbuka
b. luka yang dalam atau luka remuk
c. luka yang kotor, terutama partikel dari kayu
d. luka yang bernanah
e. luka memar yang terbuka
f. luka bakar

Ciri-Ciri Perubahan

CIRI-CIRI PERUBAHAN

A. Pengertian
Perubahan adalah proses dinamis dimana yang terjadi pada tingkah laku dan fungsi seseorang, keluarga, kelompok, atau komunitas (potter dan perry, 2005). Proses peranjaknya seseorang dari keadaan status quo menjadi keadaan keseimbangan semu.
- Status quo
Keadaan dimana seseorang belum bergerak dari keadaan semula.
- Keseimbangan semu
Keadaan yang dirasakan belum memadai dalam waktu tertentu.

B. Ciri-ciri perubahan
Dibedakan menjadi beberapa macam :
1. Perubahan spontan
• Perubahan sebagai respon terhadap kejadian alamiah yang terkontrol.
• Perubahan yang terjadi tidak direncanakan
• Perubahan yang direncanakan bertujuan untuk mencapai tingkat yang lebih baik.
• Perkembangan yaitu perubahan yang terjadi pada individu, kelompok dan organisasi dan pertumbuhan perkembangan.
• Perubahan yang terjadi tidak dapat diramalkan sebelumnya.
2. Perubahan keterlibatan
• Melalui penyediaan informasi yang cukup
• Adanya sikap positif terhadap inovasi
• Timbulnya komitmen diri untuk berubah
• Munculnya sikap lebih menghargai waktu
3. Perubahan dan sikap pengelolaan

a. Perubahan berencana
• Menyesuaikan kegiatan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
• Adanya titik mula yang jelas dan dipersiapkan sesuai dengan tujuan yang dicapai
• Adanya persiapan yang matang
b. Perubahan acak/kacau
• Tidak ada titik awal perubahan
• Tidak ada usaha mempersiapkan kegiatan sesuai dengan tujuan
c. Partisipatif
• Melalui penyediaan informasi yang cukup
• Adanya sikap positif terhadap sesuatu
• Diikutkan dalam proses perubahan tersebut
d. Paksaan
• Melalui perubahan total diorganisasi
• Memerlukan kekuatan personal
• Perubahan yang total dengan menggunakan kekuatan

 Ciri-ciri perubahan dapat uga berupa
1. Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja, melainkan dapat diketahui penyebab dan akibatnya.
2. Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu untuk menyelesaikan perubahan dalam masyarakat dengan bukti yang kuat serta masuk akal
 Penyebab proses perubahan:
1. Faktor pendukung/pendorong
a. Perubahan dipandang sebagai suatu hal yang positif oleh seseorang yang akan berubah
b. Perubahan sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang diyakini
c. Perubahan yang dijalani adalah suatu yang sederhana dan konkret/ nyata
d. Perubahan dilakukan pada hal-hal yang kecil terlebih dahulu
e. Melibatkan tokoh/orang lain yang berpengaruh
f. Komunikasi terbuka antara target berubah dan innovator

2. Faktor penghambat
a. Tidak adanya kemauan untuk berubah
b. Perubahan yang dilakukan adalah perubahan yang sangat sulit dilakukan
c. Tidak ada orang/lingkungan yang mendukung target berubah untuk melakukan perubahan
3. Cara mempengaruhi kekuatan
a. Meningkatkan faktor pendukung
• Menggunakan model atau modifikasi
• Memberikan dukungan dan dorongan terus menerus selama berlangsungnya proses berubah
• Menggunakan keberhasilan perubahan orang lain sebagai contoh
b. mengurangi / menekan faktor penghambat
• mempertahankan forum diskusi baik langsung maupun tidak langsung kepada target berubah
• menyediakan informasi yang diperlukan pada saat yang tepat sesuai dengan kemampuan target berubah
• menggunakan metode pemecahan masalah secara khusus

 Metode ilmiah
1) Penelitian berulang kali
2) Penjelasan yang teliti
3) Perumusan teori berdasarkan pembuktian
4) Perubahan yang baik dapat dijalani manusia secara bertahap
5) Memerlukan waktu sesuai dengan kemampuan manusia

Prinsip Pemenuhan Istirahat dan tidur

PRINSIP PEMENUHAN
KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

KEBUTUHAN ISTIRAHAT

Pengertian Istirahat
Istirahat merupakan keadaan yang relaks tanpa adanya tekanan emosional dan bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas,juga berhenti sejenak. Kondisi tersebut membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berartimenyegarkan diri atau diam setelah melakukan kerja keras; suatu keadaan untuk melepaskan lelah; bersantai untuk menyegarkan diri; atau suatu keadaan melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan menjengkelkan.

Karakteristik Istirahat
Pada tahun 1967, Narrow mengemukakan enam karakteristik yang berhubungan dengan istirahat (dalam potter dan perry 1997) :
1. Merasakan bahwa segala sesuatu dapat diatasi
2. Merasa diterima
3. Mengetahui apa yang sedang terjadi
4. Bebas dari gangguan ketidaknyamanan
5. Mempunyai sejumlah kepuasan terhadap aktivitas yang mempunyai tujuan
6. Mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan

Kebutuhan istirahat dapat dirasakan apabila semua karakteristik tersebut di atas dapat terpenuhi. Hal ini dapat dijumpai apabila pasien merasakan segala kebutuhannya dapat diatasi, adanya pengawasan, dan penerimaan dari tindakan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sehingga dapat memberikan kedamaian. Apabila pasien tidak merasakan enam kriteria tersebut diatas,maka kebutuhan istirahatnya masih belum terpenuhi sehingga diperlukan tindakan yang dapat meningkatkan terpenuhinya kebutuhan istirahat dan tidur. Misalnya, mendengarkan secara hati-hati tentang kekhawatiran pasien dan mencoba meringankannya jika memungkinkan.
Pasien yang mempunyai perasaan tidak diterima, tidak mungkin dapat beristirahat dengan tenang. Oleh sebab itu, maka tenaga kesehatan harus sensitive terhadap kekhawatiran pasien. Pengenalan pasien terhadap apa yang akan terjadi merupakan keadaan yang lain yang penting diketahui sehingga pasien dapat beristirahat. Adanya ketidaktahuan akan menimbulkan gangguan pada istirahat pasien dengan kecemasan pada tingkat yang berbeda-beda. Tenaga kesehatan harus membantu memberikan penjelasan pada pasiennya.
Agar pasien merasa diterima dan mendapat kepuasan, maka pasien harus dilibatkan dalam melaksanakan berbagai aktivitas yang empunyai tujuan. Hal ini dapat membuat pasien merasa diterima dan dihargai tentang kompetensi yang ada pada dirinya. Pasien akan merasa aman jika ia mengetahui bahwa ia akan mendapat bantuan sesuai dengan yang diperlukannya. Pasien yang merasa terisolasi dan kurang mendapat bantuan, titak akan dapat beristirahat. Oleh karenanya, tenaga kesehatan harus dapat menciptakan suasana agar pasien tidak merasa terisolasi dengan milibatkan keluarga dan teman-teman pasien. Keluarga dan teman-teman pasien dapat meningkatkan kebutuhan istirahat pasien dengan membantu pasien dalam tugas sehari-hari dan mengambil keputusan yang sulit.

KEBUTUHAN TIDUR

Tabel Kebutuhan tidur manusia

Umur Tingkat Perkembangan Jumlah Kebutuhan tidur
0-1 bulan Bayi baru lahir 14-18 jam/hari
1-18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari
18 bulan-3 tahun Masa anak 11-12 jam/hari
3-6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari
6-12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari
12-18 tahun Masa remaja 8.5 jam/hari
18-40 tahun Masa dewasa 7-8 jam/hari
40-60 tahun Masa muda paruh baya 7 jam/hari
60 tahun keatas Masa dewasa tua 6 jam/hari

Pengertian Tidur

Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih kepada suatu siklus yang berulang. Cirri-ciri tidur ;
 Adanya aktivitas yang minim
 Memiliki kesadaran yang bervariasi
 Terdapatnya perubahan proses fisiologis
 Terjadinya penurunan respons terhadap rangsangan dari luar

Fisiologi Tidur

Merupakan pengaturan kegiatan tidur yang melibatkan hubungan mekanisme serebral secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun. Aktivitas tidur diatur oleh system pengaktivasi retikularis ( system yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat). Pada saat tidur, terdapat pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu, bulbar synchronizing regional (BSR) Sedang saat bangun bergantung dari keseimbangan impuls yang diteima du pusat otak dan system limbic. Dengan demikian, system pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur dalah RAS(reticular activating system/system yang bekerja pada keadan sadar) dan BSR.
Jenis-jenis Tidur

Berdasarkan prosesnya ada dua jenis tidur yaitu :

1. Tidur gelombang lambat ( slow wave sleep ) atau nonrapid eye movement (NREM). Jenis ini lebih dikenal dengan tidur nyenyak. Cirinya adalah :
 Menyegarkan
 Tanpa mimpi
 Istirahat penuh
 Tekanan darah menurun
 Frekuensi napas menurun
 Pergerakan bola mata melambat
 Mimpi berkurang
 Metabolisme menurun
Tahapan tidur jenis NREM
a) Tahap 1
Adalah tahap transisi antara bangun dan tidur. Dengan cirri :
 Rileks
 Masih sadar akan lingkungan sekitar
 Merasa mengantuk
 Frekuensi nadi dan napas mulai menurun
 Dapat bangun segera sekitar 5 menit
b) Tahap 2
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Dengan ciri :
 Mata pada umumnya menetap
 Denyut jantung dan frekuensi napas menurun
 Temperatur tubuh menurun
 Metabolisme menurun
 Berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit
c) Tahap 3
Merupakan tahap tidur. Dengan ciri : melambatnya
 Denyut nadi
 Frekuensi napas
 Proses tubuh lainnya
Ini dikarenakan adanya nominasi system saraf parasimpatis sehingga sulit untuk bangun.
d) Tahap 4
merupakan tahap tidur dalam. Dengan ciri :
 Kecepatan jantung dan pernapasan menurun
 Jarang bergerak
 Sulit dibangunkan
 Gerak bola mata cepat
 Sekresi lambung menurun
 Tonus otot menurun

2. Tidur Paradoks atau rapid eye movement (REM). Biasanya tidur ini berlangsung selama 5-20 menit, rata-rata 90 menit. Ciri-ciri tidur REM :
 Biasanya disertai dengan mimpi aktif
 Lebih sulit dibangunkan dibandingkan tidur NREM
 Tonus otot sangat tertekan, menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas system pengaktivasi retikularis
 Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur
 Nadi cepat dan irregular
 Tekanan darah meningkat (berfluktuasi)
 Metabolisme meningkat
Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam belajar, memori, dan adaptasi.

Siklus umum tidur normal adalah sebagai berikut :
Bangun





NREM Istirahat Tidur REM





NREM II

NREM II




NREM III NREM III





NREM IV

Siklus tidur
(sumber: potter dan perry 1997)
Fungsi dan Tujuan Tidur

Karena belum jelas tujuannya, namun diduga bermanfaat dalam
 Menjaga keseimbangan mental, emosional, dan kesehatan
 Stress pada paru-paru
 Sistem kardiovaskuler, endokrin menurun aktivitasnya
 Menyimpan energi untuk fungsi selular yang penting
Secara umum ada dua efek fisiologis tidur yaitu :
a) Pada system saraf
Dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan diantara berbagai susunan saraf
b) Pada struktur tubuh
dapat memulihkan kesegaran dan fungsi organ dalam tubuh, karena selama tidur telah terjadi penurunan aktivitas organ-organ tersebut.

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tidur

1. Penyakit
Ada penyakit yang dapat memperbesar kebutuhan tidur seseorang misalnya infeksi limpa. Pada penyakit ini memungkinkan pasien membutuhkan waktu tidur yang lebih lama. Namun ada juga jenis penyakit yang menyebabkan pasien tidak dapat tidur sama sekali.

2. Latihan dan Kelelahan
Kelelahan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlikan tidur yang lebih banyak untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan saat melakukan aktivitas. Misalnya seseorang yang telah melakukan olah raga dalam waktu yang cukup lama, orang tersebut tidurnya akan lebih lama dibanding orang yang tidak melakukan aktivitas.

3. Stres psikologis
Stress psikologis akibat ketegangan jiwa. Seseorang yang mengalami masalah psikologis akan mengalami kegelisahan sehingga sulit tidur.

4. Obat
Jenis obat diuretic dapat menyebabkan insomnoa(sulit tidur), antidepresan dapat menekan REM, kafein dapat meningkatkan saraf sipatis sehingga menyebabkan sulit tidur. Dan golongan narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk.

5. Nutrisi
Terpenuhinya nutrisi dapat mempercepat proses tidur. Konsusi protein yang tinggi akan memudahkan tidur karena protein menghasilkan triptofan. Triptofan ini adalah asam amino yang membantu proses tidur. Sebaliknya bila pemenuhan gizi kurang maka akan sulit untuk tidur.
6. Lingkungan
Keadaan yang aman dan nyaman dapat mempercepat terjadinya proses tidur. namun sebaliknya, bila keadaan dirasa tidak nyaman seseorang akan merasa sulit tidur.

7. Motifasi
Motifasi adalah dorongan atau keinginan untuk tidur. bila seseorang memiliki keinginan untuk tidur, maka ia akan mudah untuk tidur. Namun sebaliknya,bila seseorang itu tidak ingin tidur maka akan menimbulkan gangguan pada proses tidur.


Gangguan / Masalah Kebutuhan Tidur

1. Insomnia
Insomnia terbagi dalam tiga jenis :
 Inisial insomnia adalah ketidakmampuan individu untuk jatuh tidur atau mengawali tidur
 Intermiten insomnia adalah ketidakmampuan tetap tidur karena selalu terbangun pada malam hari
 Terminal insomnia
Kemungkinan terjadi insomnia ini karena adanya kekhawatiran dan tekanan jiwa.

2. Hipersomnia
Merupakan gangguan tidur karena tidur berlebihan pada malam hari umumnya 9 jam. Ini mungkin terjadi karena adanya kekhawatiran, kecemasan, gangguan susunan saraf pusat, ginjal, hati, dan gangguan metabolisme.

3. Parasomnia
Merupakan kumpulan penyakit yang menyebabkan sulit tidur. misalnya somnambulisme ( berjalan-jalan saat tidur ) biasanya terjadi pada tahan NREM III dan IV. Somnambulisme ii dapat menyebabkan cedera.
4. Enuresis ( mengompol)
Ada 2 jenis enuresis :
 Enuresis nokturnal (menompol saat tidur)
 Enuresis diurnal (mengompol saat bangun tidur )

5. Apnea tidur dan mendengkur
Mendengkur yang disertai apnea dapat menyebabkan kadar oksigen dalam darah menurun dan denyut nadi menjadi tidak teratur bila berlangsung pada waktu yang lama.
6. Narkolepsi
Keadaan tidur yang tidak bisa dikendalikan. Missal tidak dalam keadaan berdiri, tidur saat mengemudi, atau saat sedang melakukan suatu pembicaraan. Ini merupakan gangguan neurologist.

7. Mengigau
Menurut hasil pengamatan,hampir semua orang pernah mengigau dan terjadi sebelum tidur REM
8. Gangguan pola tidur secara umum
Penyebabnya antara lain :
 Kerusakan transport oksigen
 Gangguan metabolisme
 Kerusakan eliminasi
 Pengaruh obat
 Immobilitas
 Nyeri pada kaki
 Takut operasi

Tidur dan istirahat adalah hal penting yang sering disepelekan bagi sebagian orang. Pada umumnya orang dewasa membutuhkan waktu tidur antara 7-8 jam tiap malam.
Tips untuk mengatasi sulit memperoleh tidur malam yang ideal :
 Usahakan tidur malam pada setiap waktu yang sama dan bangun disaat yang sama
 Hindari kopi, rokok, dan minuman beralkohol saat menjelang malam karena kafein dan nikotin yang terkandung didalam rokok dan kopi dapat mencegah kita untuk tidur
 Lakukan olahraga secara teratur, namun sebaiknya jangan melakukan olahraga 3 jam menjelang waktu tidur kita

Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia, sama pentingnya dengan kesehatan dan pola makan yang baik serta olahraga. Tidur malam yang cukup kadang menjadi cara terbaik untuk mengatasi stress, menyesaikan masalah atau memulihkan diri dari sakit.