Laman

Senin, 31 Januari 2011

ASKEB pada BBL

BAB II
PEMBAHASAN
ASUHAN BAYI BARU LAHIR

A. PENGERTIAN
Bayi baru lahir adalah bayi lahir dengan usia kehamilan 37 mg - 40 mg, dengan berat badan lahir 2500 gram – 3000 gram.
a.1. Adaptasi Bayi Baru Lahir

Dalam 24 jam setelah lahir, sistem ginjal, gastrointestinal (GI), hematologi, metabolik dan sistem neurologis bayi baru lahir harus berfungsi secara memadai untuk mempertahankan kehidupan ekstrauterin.Bayi baru lahir akan mengalamai beberapa perubahabn (Periode transisi ) yang terdiri dari :
a) Periode pertama reaktivitas (segera setelah lahir), pernafasan cepat dan pernafasan cuping hidung sementara, retraksi dan suara seperti mendengkur dapat terjadi.
b) Setelah respon awal ini, bayi baru lahir menjadi tenang, relaks dan jatuh tertidur; tidur pertama ini terjadidalam 2 jam setelah kelahiran dan berlangsung beberap beberapa menit sampai beberapa jam.
c) Periode kedua reaktivitas, dimulai waktu bayi bangun, ditandai dengan respon berlebihan terhadap stimulus, perubahan warna kulit dari merah muda menjadi agak sianosis dan denyut jantung cepat.

a.2. ADAPTASI FISIOLOGIS
Perubahan fisiologis terjadi saat bayi lahir sebagai periode transisi dari lingkungan intrauterin ke ekstrauterin. Perubahan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut
a. Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler yang mengalami perubahan selama periode adaptasi bayi baru lahir adalah foramen ovale, duktus arteriosus dan duktus venosus menutup. Arteri umbilikalis, vena umbilikalis dan arteri hepatika menjadi ligamen. Nafas pertama yang dilakukan bayi baru lahir membuat paru-paru berkembang dan menurunkan resistensi vaskuler pulmoner, sehingga darah paru mengalir. Tekanan arteri pulmoner menurun sehingga menyebabkan tekanan atrium kanan menurun. Aliran darah pulmoner kembali meningkat ke jantung dan masuk ke jantung bagian kiri, sehingga tekanan dalam atrium kiri meningkat. Perubahan tekanan ini menyebabkan foramen ovale menutup. Tangisan dapat mengembalikan darah melalui foramen ovale untuk sementara dan mengakibatkan sianosis ringan.
Bila tekanan PO2 50 mmHg, duktus arteriosus akan kontriksi dengan PO2 janin 27 mmHg. Kemudian duktus arteriosus menutup dan menjadi sebuah ligamentum. Pada kala III dilakukan pemotongan tali pusat bayi dapat segera menutup dan berubah menjadi ligamentum. Arteri hipogastrik juga menutup dan menjadi ligamen.
1) Bunyi dan Denyut Jantung
Denyut jantung bayi baru lahir berkisar antara 120x/menit dan 160 x/menit. Frekuensi tersebut berbeda ketika bayi tidur dan saat bangun. Aritmia sinus pada usia ini dapat dipersepsikan sebagai suatu fenomena fisiologis. (Lowrey dalam Bobak 2005).
Bunyi jantung selama periode neonatal bernada tinggi (high pitch), lebih cepat (short in duration) dan memiliki intensitas yang besar dari bunyi jantung orang dewasa. Kebanyakan bunyi murmur yang terdengar pada periode neonatal tidak bermakna patologis dan menghilang setelah berusia enam bulan. Pada kehamilan cukup bulan, jantung janin terletak di tengah puncak kepala dan bokong. Titik impuls maksimum (point of maximum impuls (PMI)) berada di ruang intercosta keempat dan sebelah kiri garis midklavikular.
2) Volume dan Tekanan Darah
Tekanan darah sistolik bayi baru lahir ialah 78 mmHg dan diastolik 42 mmHg. Tekanan darah ini sering menurun selama satu jam pertama. Menangis dan bergerak biasanya menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik.
Volume darah bayi baru lahir bervariasi dari 80 sampai 110 ml/kg selama beberapa hari pertama dan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun pertama. Secara proporsional, bayi baru lahir memiliki volume darah sekitar 10 % lebih besar dan memiliki jumlah sel darah merah hampir 20% lebih banyak daripada orang dewasa, namun mengandung volume plasma sekitar 20% lebih kecil bila dibandingkan dengan kilogram berat badan orang dewasa. Pengkleman tali pusat mengubah dinamika sirkulasi darah bayi baru lahir. Tindakan klem yang terlambat akan meningkatkan volume darah dari tranfusi plasenta. Keadaan ini akan menyebabkan ukuran jantung, tekanan darah sistolik dan kecepatan pernafasan meningkat.
Pengkajian pada bayi baru lahir dapat dilakukan segera setelah lahir yaitu untuk mengkaji penyesuaian bayi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik secara lengkap untuk mengetahui normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan
B. PENGKAJIAN SEGERA BBL
a. Penilaian awal
a.1 Nilai kondisi bayi :
 Apakah bayi menangis kuat / menangis tanpa kesulitan ?
 Apakah bayi bergerak dengan aktif / lemas ?
 Apakah warna kulit bayi merah muda, pucat / biru ?

a.2 APGAR SCORE
• Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi 5 variabel (pernafasan, frek. Jantung, warna, tonus otot & iritabilitas reflek).
Dilakukan pada :
• 1 menit kelahiran yaitu untuk memberi kesempatan pd bayi untuk memulai perubahan
• Menit ke-5
• Menit ke-10
Penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yg rendah & perlu tindakan resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang, nilai yg rendah berhubungan dg kondisi neurologist.

TANDA 0 1 2
Appearance Biru,pucat Badan pucat,tungkai biru Semuanya merah muda
Pulse Tidak teraba < 100 > 100
Grimace Tidak ada Lambat Menangis kuat
Activity Lemas/lumpuh Gerakan sedikit/fleksi tungkai Aktif/fleksi tungkai baik/reaksi melawan
Respiratory Tidak ada Lambat, tidak teratur Baik, menangis kuat










a.2.1 Prosedur penilaian APGAR :
• Pastikan pencahayaan baik
• Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dg cepat & simultan. Jumlahkan hasilnya
• Lakukan tindakan dg cepat & tepat sesuai dg hasilnya
• Ulangi pada menit kelima
• Ulangi pada menit kesepuluh
• Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yg sesuai
a.2.2 Penilaian :
Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2. Nilai tertinggi adalah 10
 Nilai 7-10 menunjukkan bahwa by dlm keadaan baik
 Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang & membutuhkan tindakan resusitasi
 Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius & membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi
C. ASUHAN SEGERA BAYI BARU LAHIR
Adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama satu jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar BBL akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dg sedikit bantuan/gangguan. Oleh karena itu PENTING diperhatikan dlm memberikan asuhan SEGERA, yaitu jaga bayi tetap kering & hangat, kotak antara kulit bayi dg kulit ibu sesegera mungkin
a. Membersihkan jalan nafas
1. Sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi dg handuk di atas perut ibu
2. Bersihkan darah/lendir dr wajah bayi dg kain bersih & kering/ kassa
3. Periksa ulang pernafasan
4. Bayi akan segera menagis dlm waktu 30 detik pertama setelah lahir
jika tdk dpt menangis spontan dilakukan :
1) letakkkan by pd posisi terlentang di t4 yg keras & hangat
2) gulung sepotong kain & letakkan di bwh bahu shg leher bayi ekstensi
3) bersihkan hidung, rongga mulut, & tenggorokan by dg jari tangan yg dibungkus kassa steril
4) tepuk telapak kaki by sebanyak 2-3x/ gosok kulit by dg kain kering & kasar
Kebiasaan yang harus dihindari :

LANGKAH-LANGKAH ALASAN TIDAK DIANJURKAN
Menepuk pantat bayi Trauma/cedera
Menekan dada Patah, pneumothorax, gawat nafas, kematian
Menekan kaki bayi ke bagian perutnya Merusak pembuluh darah dan kelenjar pada hati/limpa, perdarahan
Membuka sphincter anusnya Merusak /melukai sphincter ani
Menggunakan bungkusan panas/dingin Membakar/hipotermi
Meniupkan oksigen/udara dingin pada tubuh/wajah bayi hipotermi
Memberi minuman air bawang Membuang waktu, karena tindakan resusitasi yang tidak efektif pada saat kritis

Penghisapan lendir
 Gunakan alat penghisap lendir mulut (De Lee)/ alat lain yg steril, sediakan juga tabung oksigen & selangnya
 Segera lakukan usaha menghisap mulut & hidung
 Memantau mencatat usaha nafas yg pertama
 Warna kulit, adanya cairan / mekonium dlm hidung / mulut hrs diperhatikan
b. Perawatan Tali Pusat
setelah plasenta lahir & kondisi ibu stabil, ikat atau jepit tali pusat .Caranya :
 celupkan tangan yg masih mggnakan sarung tangan ke dlm klorin 0,5% untuk membersihkan darah & sekresi tubuh lainnya
 bilas tangan dengan air matang /DTT
 keringkan tangan (bersarung tangan)
 letakkan bayi yang terbungkus diatas permukaan yang bersih dan hangat
 ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dr pusat dengan menggunakan benang DTT. Lakukan simpul kunci/ jepitkan
 Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat & lakukan pengikatan kedua dg simpul kunci dibagian TP pd sisi yg berlawanan
 Lepaskan klem penjepit & letakkan di dlm larutan klorin 0,5%
 Selimuti bayi dg kain bersih & kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup



ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL
DENGAN IBU LAHIR PRIMI


PENGKAJIAN Tgl: 22-10-2010 Jam: 06.00 WIB

I. PENGUMPULAN DATA
A. Data Subjektif
1. Biodata:
Bayi
Nama Bayi : By “Y”
TTL : Bojonegoro, 22-10-2010
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak Ke- : 1

Identitas Orang Tua
Ibu
Nama : Ny “G”
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Penghasilan : -
Alamat : Ds. Dander RT 01 RW 01 Kec. Dander Kab. Bojonegoro

Ayah
Nama : Tn. “A”
Umur : 27 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : POLRI
Penghasilan : Rp 5.000.000,-
Alamat : Ds. Dander RT 01 RW 01 Kec. Dander Kab. Bojonegoro

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan bayinya lahir pada tanggal 22-10-2010 jam: 06.00 WIB Jenis
Kelamin: Laki-laki, kondisi sehat dan langsung menangis.

3. Riwayat Antenatal
Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah menderita penyakit kronis ataupun
menular, ibu makan seperti biasa porsi 3x sehari dan melakukan kunjungan
kehamilan sebanyak 8x pada bidan, serta mendapat imunisasi 2x TT, mendapat
tablet tambah darah kalk dan vitamin

4. Riwayat Natal
Ibu melahirkan pada usia kehamilan 9 bulan dengan penolong persalinan bidan,
lahir spontan, menangis, BB: 2800 gram PB: 48 cm


5. Riwayat Postnatal
Bayi menangis kuat gerak aktif, kulit berwarna kemerahan

6. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
BB: 2800 gram TB: 48 cm dengan gerak reflek baik

7. Riwayat Imunisasi
Belum mendapat imunisasi
8. Pola Kebiasaan
a. Pola nutrisi : Bayi di beri ASI
b. Pola eliminasi : BAB 1-2x/hari BAK 4-5x/hari
c. Pola tidur : ± 12 jam/hari
d. Pola kebersihan : Bayi mandi 2x/hari Ganti popok setiap habis BAB dan BAK

II. PENGKAJIAN FISIK
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TB : 48 cm
BB : 2800 gram
2. TTV
Suhu : 360C
Nadi : 36x/menit
Respirasi : 45x/menit
AS : 7-8
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan Leher
Rambut : Hitam lurus
Mata : Konjungtiva merah jambu, sklera bening
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada polip
Mulut : Tidak sianosis, tidak sumbing, reflek hisap baik
Telinga : Simetris
Leher : Tidak ada benjolan

b. Dada
Dada seimbang pernapasan baik

c. Abdomen
Tidak ada kembung, tidak ada penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, tidak ada perdarahan tali pusat, lembek saat tidak menangis, tidak ada benjolan.

d. Genetalia
Tidak ada kelainan pada genetalia




e. Ekstremitas
Gerak normal, tidak ada kelainan, jumlah jari tangan kanan 5 kiri 5, jumlah jari kaki kanan5 kiri 5, tidak ada pembengkakan atau bercak-bercak hitam.

f. Integumen
Warna kulit merah, turgor baik, sedikit ada vernik pada tubuh bayi, tidak ada pembengkakan bercak-bercak hitam.

g. Reflek
Menghisap : (+)
Menggengam : (+)
Rooting : (+)

III. ANALISIS DATA
Ds : Ibu mengatakan bayinya lahir pada , tanggal: 22-10-2010, jam: 06.00 WIB
jenis kelamin: laki-laki dalam keadaan sehat, normal dan langsung nagis
Do : Bayi lahir normal tanggal: 22-10-2010, jam 06.00 WIB, BB : 2800 gram, TB : 48 cm, jenis kelamin : laki-laki
TTV :Suhu : 36o C
RR : 45 X / menit
Nadi : 36 X / menit
AS : 7 – 8
IV. DIAGNOSA KEBIDANAN
Diagnosa aktual : Bayi Lahir Normal
V. INTERVERENSI
Diagnosa : Bayi Lahir Normal

Tujuan : setelah bayi diberi asuhan kebidanan, selama 1 X 24 jam, diharapkan byi tetap sehat dan normal dengan kriteria :
 BAB 2 X / hari, BAK 4 – 7 X / hari
 Suhu 36oC, RR 45 X/ menit, nadi 36 X/ menit
 Dapat menyusui dengan baik atau reflek hisap (+) 30 – 60 X/ menit
 Tidak terjadi perubahan warna kulit
 Gerak aktif
 Potersial terjadi hipotermi, infeksi asfiksia

Interverensi :
1) Jelaskan pada ibu tentang keadaan atau kondisi bayinya
R : meningkatkan pengetahuan dan mengurangu kecemasan ibu
2) Pantau keadaan bayi selama dirawat
R : deteksi dini adanya kelainan
3) Lakukan perawatan pada bayi baru lahir
R : agar kondisi bayi tetap stabil
4) Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
R : untuk memenuhi nutrisi bayi
5) Lakukan rawat gabung / rooming in
R : mempererat hubungan ibu dan bayinya

VI. IMPLEMENTASI
1. menjelaskan pada ibu bahwa keadaan bayinya sehat, dan dilihat dari geraknya yang aktif, warna kulit kemerahan, dan langsung menangis setelah dilahirkan, serta tidak ditemukan adanya kelainan fisik.
2. memantau keadaan bayinya selama dirawat meliputi :
 Keadaan umum
 TTV
 BAB, BAK
 Nutrisi
 Perubahan warna kulit
 Gerak atau aktivitas
 Tali pusat
 Reflek menghisap

3. melakukan perawatan pada pada bayi baru lahir
 mandi 2x/hari,pemberian profilaksis (chloramfenicol 1% / oxiteracylin ) dan Vitamin K 0.02 cc pada jam pertama setelah lahir
 merawat tali pusat dengan cara : luka tali pusat dibersihkan kemudian dibalut dengan kasa steril.
 Mengganti popok setiap kali basah, dibersihkan dengan sabun dan air kemudian dikeringkan

4. menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin, yakni setiap bayi menangis atau setiap 2 – 3 jam. Karena ASI mengandung banyak antibody yang dapat mencegah infeksi pada bayi
5. melakukan rawat gabung/ rooming in antara ibu dan bayinya agar antara ibu dan bayinya tercipta hubungan ikatan batin, serta ibu dapat merawat bayinya sendiri

VII. EVALUASI
Tanggal : 22-10-2010 jam : 08.00 WIB
S : ibu mengatakan bayinya sehat dan normal
O : gerak aktif, warna kulit kemerahan, BAB 2X/hari,BAK 5x/hari,BB 2800 gram,reflek hisap (+)
TTV
Nadi:36x/menit
RR:45X/menit
S:360 C
Tali pusat bersih
A : Rencana berhasil
P : Rencana no 2-5 tetap dilanjutkan


by : gihartini anggraeni

makalah tentang turunan peroxicam

BAB II
PEMBAHASAN

1. BENOXICAM

Komposisi : Peroxikam 10mg; 20 mg tablet
Indikasi : osteoartritis ,ankilosing spondilitis ,artritis reumatoid gangguan muskuloskeletal , gout akut
kontra indikasi : hipersensitivitas , tukak lambung / usus 12 jari
efek samping : gangguan gastrointestinal, kadang udem, pusing, sakit kepala, penurunan kadar haemoglobin dan hematokrit, pruritis dan ruam kulit
perhatian : hati-hati pada penderita gangguan ginjal, jantung, hipertensi, tidak boleh untuk wanita hamil, menyusui, dan anak-anak
dosis : osteoartritis ,ankilosing spondilitis ,artritis reumatoid : selaki sehari 2 kapsul ; gangguan muskuloskeletal : 2 x sehari, 2 kapsul pada hari pertama dan kedua, kemudian sekali 2 kapsul 5-12 hari berikutnya; gout akut : sekali sehari 4 kapsul selama 4-6 hari
kemasan : dos 10x10 kapsul 410 mg; 10x10 tablet 20 mg

2. Cauntherpain pxm

Komposisi : per g piroxicam 5mg,methyl salicylate 102 mg,L-menthol 54.3 mg,eugenol 13.7mg.
Indikasi : nyeri dan inflamasi misalnya pada OA,pasca trauma atau gangguan musculoskeletal akut,termasuk tendonitis,tenosivitis,keseleo otot teregang dan nyeri punggung bawah.
Dosis : gunakan 1g pada area yang sakit 3-4x/hr.
Kontra indikasi : hamil dan laktasi,anak sensitivitas silang dengan asam asetilsalisilat atau AINS lain yang dapat memicu terjadinya asma,rhinitis,angioedema dan urtikaria.
Perhatikan : jangan digunakan pada mata,mukosa atau lesi kulit yang terbuka lainya. Hentikan penggunaan jika terjadi iritasi. Hindari penggunaan perban penutup.
Efek samping :iritasi kulit yang bersifat ringan s/d sedang,eritema,ruam,deskuamasi pitiroid,pruritus.
Kemasan : gel 15g x1 (Rp 49.720) US FDA Preg cat.


3. Dains

Komposisi : Peroxikam 10 mg;20 mg/ kapsul ; 20 mg/ tablet depresi
Indikasi : ankilosing spondilitis ,artritis reumatoid ,osteoartritis , gangguan muskuloskeletal , meredakan gejala sakit gout akut
Kontra indikasi : hipersensitivitas , tukak peptic akut, tukak duodenal, perdarahan pada saluran pencernaan atau gastritis, mungkin terdapat sensitivitas silang terhadap asetosal dan antiinflamasi non steroidal
Dosis : dewasa : sehari 10 mg, dapat ditingkatkan menjadi 20 mg, untuk kasus khusus seperti encok akut, dosis awal 40 mg sebagai dosis tunggal, kemudian 40 mg sehari dosis tunggal atau dosis terbagi 4-6 hari
Kemasan : Dos 5x10 kapsul 10 mg, 20 mg

4. Denicam

Komposisi : Peroxikam 10 mg;20 mg / kapsul
Indikasi : Lihat dosis
Kontra indikasi : hipersensitivitas , tukak lambung
Efek samping : gangguan gastrointestinal, diazziness, sakit kepala, pusing, oedema, palpitasi, penurunan pietelet agregasi, pruritis, samnolen
Dosis : ankilosing spondilitis ,artritis reumatoid ,osteoartritis , degenerasi persendian dosis awal : 20 mg dosis tunggal, selanjutnya 20 mg sehari dalam dosis tunggal atau terbagi; gangguan muskuloskeletal : 2 hari pertama 40 mg sehari dalam dosis tunggal atau terbagi. Selanjutnya 20 mg sehari selama 7-14 hari; encok akut : 40 mg sehari dalam dosis tunggal diikuti dosis 40 mg sehari dalam dosis tunggal atau terbagi.
Kemasan : (HNA+) Dos 10x10 kapsul 10 mg Rp.66.000,-; 10x10 kapsul 20 mg Rp.132.000,-

.5. Emelden

Komposisi : Peroxikam 10 mg;20 mg / kapsul
Indikasi : lihat dosis
Kontra indikasi : tukak lambung aktif atau sejarah tukak lambung yang berulang, hipersensitivitas , cross sensitivity yang potensial terhadap aspirin dan obat antiinflamasi non steroid lain dapat mengalami bronkospasme, nasal polip, dan angioderma, penderita yng mengalami tukak lambung perforasi atau perdarahan lambung.
Dosis : ankilosing spondilitis, osteoarthritis,artritis reumatoid , dosis awal : 20 mg sehari sebagai dosis tunggal, pemeliharaan 10-20 mg sehari; gangguan muskuloskeletal : terapi2x, 40 mg sehari pada hari pertama dan kedua, dosis secara berkala setiap 7-14 hari diturunkan hingga 20 mg/hari; gout akut : 40 mg sebagai dosis tunggal, dilanjutkan 40 jg/hari dengan dosis tunggal dan terbagi selama 4-6 hari berikutnya, tidak diindikasikan dalam pengobatan jangka panjang, keamanan pemakaian pada anak-anak belum diketahui dengan jelas
Kemasan : Dos 5x10 kapsul .

6. faxiden

komposisi : Peroxikam 10 mg; 20 mg / kaplet
indikasi : Lihat dosis
kontra indikasi : tukak lambung, hipersensitivitas , kehamilan
efek samping : gangguan gastrointestinal, sakit kepala, pusing, oedema, tinnitus, penglihatan kabur.
Perhatian : penderita gangguan kardiovaskuler, hati, dan ginjal.
Dosis : ankilosing spondilitis ,osteoartritis ,artritis rheumatoid: dosis awal 20 mg/ hari dosis tunggal, pemeliharaan : 10-20 mg / hari dosis tunggal; gout akut : dosis awal 40 mg dosis tunggal, 4-6 hari berikutnya 40 mg/hari dosis tunggal atau terbagi; gangguan muskuloskeletal : hari ke 1 dan ke 2 40 mg/hari dosis tunggal terbagi sampai hari ke 7 atau ke 14, 20 mg sehari
Kemasan : Dos 10x10 kaplet, botol 100 kaplet

7. Felcam

Komposisi : Peroxikam 10 mg; 20mg/ kapsul
Indikasi : ankilosing spondilitis ,artritis reumatoid ,osteoartritis ,gangguan muskuloskeletal , dan gout akut
Kemasan : Dos 50 kapsul 10 mg; 20 mg

8. Feldco

Komposisi : Peroxikam 20 mg/ kapsul
Indikasi : lihat dosis
Kontra indikasi : hipersensitivitas terhadap Peroxikam
Efek samping : gangguan saluran cerna, gangguan saraf pusat
Dosis : ankilosing spondilitis ,artritis reumatoid ,osteoartritis : dosis tunggal 20 mg / hari; gangguan muskuloskeletal : dosis awal 40 mg / hari selama 2 hari untuk dilanjutkan dengan dosis tunggal 40 mg / hari; gangguan akut pada tulang : dosis tunggal 40 mg/hari
Kemasan : (HNA+) Dos 10x10 kapsul Rp.132.000,-

9. Feldene

Komposisi : Peroxikam 10 mg; 20 mg/ kapsul ; 20 mg / ml; I>M ; 20 mg dispersible tablet; 20 mg / flash fast dissolving tablet; 20 mg / suppositoria
Indikasi : osteoartritis ,ankilosing spondilitis ,artritis reumatoid , gangguan muskuloskeletal , dan gout akut .
Kemasan : Dos 50 kapsul 10 mg; kapsul 20 mg; dispersinel tablet 20 mg; 5 ampul 20 mg / ml I>M ; 3x10 f;ash fast dissolving tablet 20 mg; 5 suppositoria 20 mg.


10. Feldene gel

Komposisi : Peroxikam 5 mg / g gel
Indikasi : menghilangkan rasa sakit, inflamasi dan gangguan muskuloskeletal seperti tendonitis, tenosinovitis, periartritis, sparams, dan strains.
Kontra indikasi : hipersensitivitas
Efek samping : local iritasi ringan sampai sedang, eritema,”rash”, pitiroid deskuamasi, pruritus.
Dosis : 1 g dioleskan pada tampat yang sakit 3-4 kali / hari
Kemasan : tube 15 g ;25 g


11. Grazeo

Komposisi : Peroxikam 10mg;20mg/ tablet
Indikasi : lihat dosis
Kontra indikasi : penderita ulkus peptikum, asma, urtikaria, rhinitis akut yang dikeluarkan oleh asam asetilsalisilat atau obat penghambat aktifitas sintesa prostaglandin; hipersensitivitas
Dosis : dewas : osteoartritis : 100-150 mg/hari; artritis reumatoid : 150-200 mg/ hari; ankilosing spondilitis : 100-125 mg/ hari.
Kemasan : dos 10x10 tablet 25 mg; 5x10 tablet 50 mg Rp.15.000,-

12. Yasiden

Komposisi : Peroxikam 10 mg;20 mg/ kapsul
Indikasi : lihat dosis
Dosis : ankilosing spondilitis ,artritis reumatoid ,osteoartritis : dosis awal : 1 kapsul 20 mg dosis tunggal, dosis pemeliharaan : 10-30 mg / hari. Dncok akut : sehari 2 kapsul dalam dosis tunggal atau terbagi selama 4-6 hari. Gangguan muskuloskeletal : sehari 2 kapsul selama 2 hari pertama dosis tunggal atau terbagi selanjutnya sehari 1 kapsul selama 7-14 hari.
Kemasan : Dos 10x10 kapsul 10 mg; 10x10 kapsul 20 mg

13. INFELD Interbat

Komposisi : Peroxicam 10 mg; 20 mg
Indikasi : lihat dosis
Kontra Indikasi : Hipersensitivitas, penderita yang Hipersensitivitas terhadap aspirin atau NASID lain.
Efek samping : gangguan cewrna, sakit kepala, pusing, mengantuk, resah, edema, gatal.
Perhatian : hati-hati pada pemberian pada kwhamilan, anak, usia lanjut, pasien dengan kelainan saluran cerna bagian atas.
Dosis : osteoarthritis, rheumatoid arthritis dan ankilosing spondilitis, dosis tunggal: 20 mg . gout akut: dosis awal: 40 mg sebagai dosis tunggal dilanjutkan dengan 40 mg/ hari selama 4-6 hari; gangguan musculoskeletal akut; hari 1 : m40 mg, hari 2: 40 mg, selanjutnya 20 mg/hari, selama 7-14 hari
Kemasan : Dos 5x10 Kapsul 10 mg; 20 mg




14. LANAREUMA Landson

Komposisi : Peroxicam 10 mg;20 mg/Kapsul
Indikasi : rheumatoid arthritis, spondilitis ankilosa, artritis urika, artrosis, trauma sesudah operasi, menghilangkan rasa sakit perut selama haid
Efek samping : gangguan lambung dan usus
Dosis : 1x20 mg atau 2x10 mg diwaktu malam. Untuk ertritis urika, dosis awal:2x20 mg sekaligus, diteruskan 2x20 mg/ hari selama 4-6 hari
Kemasan : (HNA+) Dos 10x10 Kapsul 10 mg Rp.8.000,-; 10x10 Kapsul 20 mg Rp.11.000,-

15. MAXICAM Herpharm Jaya

Komposisi : Peroxicam 20 mg/ Kapsul
Indikasi : terapi simtomatik pada reumatik ertritis, osteoarthritis, ankilosing spondilitis, gangguan musculoskeletal akut dan encok akut
Dosis : Dewasa: rheumatoid atrtritis, osteoarthritis, ankilosing spondilitis: dosis awal 20 mgsebagai dosis tunggal; encok akut : Dosis awal 40 mg seharin , dosis tunggal atau terbagi; gangguan musculoskeletal akut: Dosis awal 40 mg sehari, dosis tunggal atau terbagi selama 2 hari, selanjutnya 20 mg sehari selama 7-14 hari
Kemasan : Dos 5x10 Kapsul

16. MIRADENE Sampharindo Perdana

Komposisi : Peroxicam 20 mg/ Kapsul
Indikasi : lihat dosis
Kontra Indikasi : hipersensitivitas, dan tukak lambung
Efek samping : edema, pusing, sakit kepala, penurunan haemoglobin dan hematrokit, pruritis dan ruam kulit
Dosis : rheumatoid arthritis , osteoarthritis : sehari 1 Kapsul , lama pemakaian 3 hari; gout akut: Dosis awal : tunggal 4 Kapsul selama 4-6 hari ; musculoskeletal akut : m40 mg sehari selama 2 hari pertama, kemudian diturunkan menjadi 20 mg sekali sehari selama jangka waktu 7-14 hari
Kemasan : Dos 50 Kapsul



17. OMERETIK Mutifa

Komposisi : Peroxicam 20 mg/kapsul
Indikasi : Lihat dosis
Kontraindikasi : hipersensitivitas, penderita dengan riwayat tukak kambuhan; bila diberi aspirin dan obat antiinflamasi non steroidlain terjadisintoma asma rinitis atau angioderma.
Efek samping : gangguan saluran cerna; penurunan nilai haemoglobin dan hematokrit,edema perifer,peningkatan level BUN, reaksi pada kulit, sakit kepala.
Dosis : reumatik artritis ,osteoartritis , Spondilitis ankilosa : sekalisehari kapsul ; gangguan otot skeletal akut : 2 kapsul sehari atau terbagi pada hari pertama dan kedua,selanjutnya 1 kapsul sehari selama 7-14 hari; gout akut: dosis awal 2kl sehari, dilanjutkan 2 kapsul dalam dosis tunggal atau dosis terbagi selama 4-6 hari.
Kemasan : (HJA) Dos 20x20 kapsul Rp.57.200,-

18. Peroxicam
Indikasi: :Terapi simptomatik rematoid artritis, osteoartritis, ankilosing spondilitis, gangguan muskuloskeletal akut dan gout akut
Kontra Indikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap piroksikam dan penderita yang mengalami urtikaria, angioderma, bronkospasme, rinitis berat dan syok akibat Antiinflamasi Nonsteroid Agent.
Komposisi :Tiap kapsul mengandung 10 mg piroksikam.
Tiap kapsul mengandung 20 mg piroksikam.
Cara Kerja Obat : Piroksikam adalah obat antiinflamasi non steroid yang mempunyai aktifitas antiinflamasi, analgetik - antipiretik. Aktifitas kerja piroksikam belum sepenuhnya diketahui, diperkirakan melalui interaksi beberapa tahap respons imun dan inflamasi, antara lain: penghambat enzim siklo-oksigenase pada biosintesa prostaglanin, penghambat pengumpulan netrofil dalam pembuluh darah, serta penghambat migrasi polimorfonuklear (PMN) dan monosit ke daerah inflamasi.

Dosis : Dewasa: Rematoid artritis, osteoartritis, ankilosing spondilitis, dosis awal 20 mg dalam dosis tunggal; Gout akut, 40 mg sehari dalam dosis tunggal selama 4 - 6 hari. Gangguan muskuloskeletal akut, 40 mg sehari dalam dosis tunggal selama 2 hari, selanjutnya 20 mg sehari dalam dosis tunggal selama 7 - 14 hari. Dosis untuk anak belum diketahui.
Peringatan dan Perhatian: Tidak dianjurkan pemberian pada wanita hamil dan menyusui. Hati-hati pemberian pada gangguan pencernaan, jantung, hipertensi dan keadaan predesposisi retensi air, ginjal dan hati.
Kemanan penggunaan untuk anak-anak belum diketahui dengan pasti.

Efek Samping : Keluhan gastrointestinal, misalnya anoreksia, nyeri perut, konstipasi, diare, flatulen, mual, muntah, perforasi, tukak lambung dan duodenum.
gangguan hematologik seperti trombositopenia, depresi sumsum tulang.
Gangguan kulit: eritema, dermatitis eksfoliatif, sindroma Stevens-Johnson.
Gangguan Saraf pusat: sakit kepala, pusing, depresi, insomnia, gugup.
Efek samping lain seperti hiperkalemia, sindroma nefrotuk, nyeri, demam, penglihatan kabur, hipertensi dan reaksi hipersensitif.

Interaksi Obat : Pemberian piroksikam bersama antikoagulan oral, sulfonil urea atau salisilat harus hati-hati dan dipantau. Asetosal dan piroksikam tidak boleh diberikan secara bersama-sama. Piroksikam dilaporkan dapat meningkatkan kadar litium dalam darah.
Cara Penyimpanan : Simpan ditempat sejuk dan kering.
Jenis: Tablet
Produsen: PT Indofarma

19. PIROCAM Dexa medica

Komposisi : Peroxicam 10 mg;20 mg/kapsul
Indikasi : reumatik artritis ,osteoartritis , Spondilitis ankilosa , ganggiuan otot skeletal akut danpirai akut.
Kontraindikasi : tukak peptic, hipersensitivitas, jika aspirin atau anti radang lain menimbulkan gejala asma, renitis, angioudem, atau urtikaria atau polip hidung.
Perhatian : hati-hati pada terapi bersamaan dengan antikoagulan,wanita hamil atau menyusui,penderita gangguan jantung,hipertensi, gangguan ginjal atau hati, predisposisi retensi cairan.
Efek samping : mual, muntah, konstipasi, diare.
Dosis : sehari 20 mg dosis tunggal atau terbagi.
Kemasan : (HNA) dos 5x10 kapsul 10 mg RP.7.575,-; 5x10 kapsul 20 mg Rp.8.712,-

20. PIRODENE Medikon Prima

Komposisi : Peroxicam 10 mg; 20 mg/kapsul.
Indikasi : Lihat dosis
Efek samping : gangguan gastrointestinal,kadang udem, penurunan nilai haemoglobin dan hematokrit , pusing, ruam, sakit kepala.dan pruritis.
Kontraindikasi : hipersensitivitas.
Perhatian : hati-hati pada penderita payah ginjal,jantung, dan hipertensi, tidak boleh digunakan untuk wanita hamil dan anak-anak.
Dosis : osteoartritis, reumatik artritis , dan Spondilitis ankilosa : 20mg/hari; gangguan muskuloskelatal akut: 40 mg/hari: I + II berikutnya 20 mg/hari; gout kaut : 40 mg/hari.
Kemasan : Dos 60 kapsul 10 mg;20 mg .

21. PIROFEL Sanbe farma

Komposisi : Peroxicam 10 mg;20 mg/kapsul ;5 mg/g jeli.
Indikasi : Lihat dosis
Kontraindikasi : hipersensitivitas, pada penderita dimana aspirin dan obat antiinflamasi non steroid menginduksi gejala rhinitis, asma, angioderma dan urtikaria.
Dosis :kapsul : reumatik artritis , osteoartritis , Spondilitis ankilosa : sekali sehari 10-20 mg; gangguan muskuloskelatal akut: dosis awal : 40 mg sehari dalam dosis tunggal atau terbagi dalam 2 hari pertama,dosis perhari 20 mg diberiksn untuk sisa waktu pengobatan 7-14 hari; pirai akut : dosis awal : 40 mg dilanjutkan 40 mg dalam dosis tunggalatau terbagi dalam 4-6 hari berikutnya; nyeri sesudah operaso atau trauma: dosis awal 20 mg/hari dalam dosis tunggal selama 2 hari pertama dan dapat dilanjutkan dengan dosis tunggal 20mg untuk 1-3 hari berikutnya bila perlu.
Kemasan : (HNA) Dos 10x10 kapsul 10 mg Rp.60.000,-; 20 mg Rp.115.000,-; Tube 20 g jeli Rp.12.000,-

22. PIROXEN Kaliroto

Komposisi : Peroxicam 10 mg/ kapsul.
Indikasi : reumatik artritis ,Spondilitis rheumatoid,osteoartritis , gangguan obat.skelet akut,encok akut.
Dosis : Dewasa: reumatik artritis , Spondilitis reumatik, osteoartritis : sekali sehari 20 mg: gangguan otot skelet akut : hari pertama dan kedua 1x sehari 40 mg,kemudian 5-12 hari 1x sehari 20 mg; encok akut:1x sehari 40 mg selama 4-6 hari.
Kemasan : Dos 10x10 kapsul



23. REXICAM Otto

Komposisi : peroksikam 10 mg; 20 mg/ kapsul
Indikasi : Lihat dosis
Dosis : Muskuloskeletal akut: awal: 40 mg / kari selama 2 hari pertama, kemudian 20 mg / hari selama 7-14 hari; gangguan tulang akut: awal: sebagai dosis tunggal 40 mg/ kari, kemudian 40 mg dalam dosis tunggal atau terbagi selama 4-6 hari; osteoarthritis, rheumatoid, arthritis dan ankilosing spondilitis, dosis tunggal: 20 mg/hari.
Kemasan : (HNA) dos 5 x 10 kapsul 10 mg Rp.32.500,-; 5x10 kapsul 20 mg Rp.60.000,-

24. REXIL Metiska farma

Komposisi : Piroxicam 10 mg/ kapsul.
Indikasi : Antireumatik
Dosis : 20-40 mg sekalim sehari
Efek samping : gangguan gastrointestinal
Kontra Indikasi : tukak peptic, hipersensitivitas
Kemasan : 10x10 kapsul


25. RODENE Heroic

Komposisi : Piroxam 10 mg; 20 mg/ kapsul
Indikasi : Artritis rematoid, osteo arthritis, spondilitis ankilosa, gangguan musculoskeletal akut, dan gout akut.
Kontra Indikasi : Hipersensitivitas, tukak lambung dan usus 12 jari, penderita dimana aspirin dan obat antiradang nonsteroid menimbulkan gejala asma, renitis atau urtikaria, angioedema.
Efek samping : gastrointestinal blooding, gangguan saluran cerna lain, sakit kepala, penurunan haemoglobin dan hematokrit, pruritis, ruam kulit, leucopenia, eusofinolis dan perubahan fungsi hati, oedem perifer, congestive heart failure dan myocardial infarktion, aplastik anemia.
Perhatian : hindari pemakaian pada wanita hamil dan menyusui, hati-hati penggunaan pada penderita gangguan fungsi jantung, hipertensi dan keadaan yang berhubungan dengan retensi cairan tubuh.
Dosis : menghilangkan rasa sakit : 20 mg/ hari ,musculoskeletal akut: 40 mg/ hari selama 2 hari pertama, kmudian diturunkan menjadi 20 mg sekali sehari selama 7-14 hari, gout akut: dosis tunggal 40 mg / hari pertama selama 4-6 hari.
Kemasan : dos 10x10 kapsul 10 mg; 20 mg.

26. ROSIC Pyridam

Komposisi : Peroxicam 10 mg; 20 mg / kapsul
Indikasi : gangguan musculoskeletal akut dan tulang akut, rheumatoid arthritis, osteoarthritis, ankilosis spondilitid
Kemasan : (HNA+) dos 50 kapsul 10 mg Rp.33.000,-; 50 kapsul 20 mg Rp.52.250,-

27. ROXIDENE Combiphar

Komposisi : Piroxicam 10 mg; 20 mg/ Kapsul .
Indikasi : hipersensitif terhadap aspirin, riwayan gangguan saluran pencernaan dan ulkus.
Efek samping : gangguan saluran cerna dan perdarahan, ulkus peptikum, sakit kepala, pusing, gangguan penghlihatan, telinga berdengung, ruam kulit, pruritis, dan edema.
Perhatian : gangguan fungdi ginjal, gangguan kardiovaskuler, pasien usia lanjut
Dosis : Rematoid arthritis, eoteoartritis, spondilitis ankilosa : diawali dengan 20 mg / hari; prawatan : 0-20 mg sehari; gout akut : diawali dengan 40 mg / hari dosis tunggal atau terbagi untuk 7-14 hari; kasus ringan 10 mg sehari.
Kemasan : (HNA+) Dos 10x10 Kapsul 10 mg Rp.42.900,-; 20 mg Rp.79.300,-

28. SAMROX Samco farma

Komposisi : Peroxicam 10 mg; 20 mg/ Kapsul
Indikasi : lihat dosis
Dosis : Rematoid arthritis, eoteoartritis, spondilitis ankilosa sehari 20 mg dalam dosis tunggal; kerusakan akut pada otot rangka ; sehari 40 mg dalam dosis tunggal atau terbagi selama 1-2 hari; encok akut: permulaan 40 mg sehari dalam dosis tunggal atau terbagi selama 4-6 hari; tidak digunakan dalam pengobatan jangka lama pada penyakit encok.
Kemasan : Dos 10x10 Kapsul Rp.48.290,-



29. SCANDENE Tempo Scan Pasific

Komposisi : Peroxicam 10 mg; 20 mg/ Kapsul
Indikasi : gangguan musculoskeletal akut dan tulang akut, rheumatoid arthritis, osteoarthritis, ankilosis spondilitid
Kemasan : (HNA+) Dos 5x10 Kapsul 10 mg Rp.32.20,-; 5x10 20 mg Rp.60.100,-; tube 20 g Rp.17.600,-

30. SOFDEN Soho

Komposisi : Peroxicam 20 mg/ kaplet
Indikasi : lihat dosis
Kontra Indikasi : hipersensitivitas terhadap Peroxicam , aspirin, atau onat anti inflamasi lain; tidak dianjurkan pada wanita hamil dan menyusui.
Efek samping : gangguan gastrointestinal, sakit kepala, penurunan haemoglobin dan hematokrit, pruritis, ruam kulit, kadang terjadi edema perifer, somnolen, mata bengkak, iritasi mata, pandangan kabur, brokospasme.
Dosis : Dewasa: dosis anjuran: 20 mg/hari dosis tunggal; arthritis rheumatoid, eoteoartritis, spondilitis ankilosa : 20 mg dosis tunggal atau bila perlu dapat terbagi sebagai dosis terbagi, lama pemakaian cukup 3 hari; gangguan musculoskeletal akut: 40 mg/ hari dosis tunggal atau terbagi untuk 2 hari pertama, dilanjutkan dengan 20 mg / hari dosis tunggal atau dosis terbagi selama 4-6 hari.
Kemasan : (HNA) Dos 10x10 kaplet 20 mg Rp.50.000,-


31. TRIPIDENE Tropika mas

Komposisi : Peroxicam 20 mg/ Kapsul
Indikasi : lihat dosis
Kontra Indikasi : Hipersensitivitas
Efek samping : umumnya dapat ditoleransi dengan baik, gangguan gastrointestinal
Dosis : arthritis rheumatoid, eoteoartritis, ankilosing spondilitis ;: dosis awal sehari 20 mg sebagai dosis tunggal, diikuti dengan dosis perawatan sehari10-20 mg; gout akut : dengan dosis awal : 40 mg sebagai dosis tunggal, diikuti dengan dosis perawatan sehari 40 mg sebagai dosis tunggal atau dosis terbagi selama 4-6 hari berikutnya; gangguan muskoskleletal akut: dosis awal sehari 40 mg sebagai dosis tunggal atau dosis terbagi selama 2 hari, diikuti dengan dosis perawatan sehari 20 mg selama 7-14 hari berikutnya; gangguan minor : sehari 10 mg; lebih baik dinberikansetelah makan atau berdama antasida
Kemasan : (HNA+) Dos 5x10 Kapsul Rp.41.250,-


32. WIROS Itrasal

Komposisi : Peroxicam 10mg; 20 mg / Kapsul
Indikasi : anti inflamasi dan analgetik
Kemasan : Dos 10x10 Kapsul 10 mg Rp.12.000,--; 10x10 Kapsul 20 mg Rp.20.000,-
33. XICALOM Solas Langgeng

Komposisi : Peroxicam 20 mg /kaplet
Indikasi : Lihat dosis
Kontraindikasi : tukak lambung akut dan perdarahan lambung, hipersensitivitas terhadap Peroxicam ,asetosal atau obat antiinflamasi non steroid lainnya; penderita dengan bronkospasma,polip hidung dan angioderma atau urtikaria apabila diberikan asetosal atau obat antiinflamasi non steroid lainny.
Dosis : reumatik artritis , osteoartritis , Spondilitis ankilosa : dawal 20 mh sebagai dosis tunggal;pemeliharaan : 20 mg/hari ataunjika diperlukan da[at diberikan 10-30 mg dalam dosis tunggal atau terbagi; gangguan otot skelet akut: 40 mg/hari untuk 2 kali pertama dalam dosis tunggal atau terbagi; kemudian 20 mg / hari untuk 7-14 hari;gout ajut: dawal 40 mg sebagai dosis tunggal, dilanjutkan dengan 40mg sehari untuk 4-6 hari,sebagai dosis tunggal atau terbagi.
Kemasan : (HNA) Dos 10x10 kaplet Rp.35.560,-

by : insani dkk

makalah tentang kebersihan BBL

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KEBERSIHAN KULIT BAYI
Orang tua yang memiliki kekhawatiran tentang perawatan fisik bayinya, harus diyakinkan bahwa ada lebih dari satu cara yang benar dalam menangani berbagai aspek fisik perawatan bayinya.
Bayi tidak perlu mandi lengkap setiap harinya. Kepala dan popok bayi baru lahir perlu dilap setiap kali area tersebut kotor. Rutinitas “puncak dan ekor” ini harus dilakukan menggunakan sabun ringan, tanpa kandungan deodoran, dan area tersebut harus dikeringkan dengan seksama.
Mandi lengkap dapat dilakukan sesekali bagi orang tua jika memiliki waktu senggang untuk membuat peristiwa tersebut dapat membuat rileks bayinya. Orang tua harus diberi tahu agar tidak meninggalkan bayi sendirian dikamar mandi. Sampo, sabun, handuk, dan pakaian bersih harus dipersiapkan sebelum memulai memandikan bayi. Karpet mandi anti selip dapat mencegah bayi tergelincir.
Perawatan kulit yang tertutup oleh popok sangat penting. Perawatan kulit harus dimulai dengan mengganti popok secara teratur dan dengan membersihkan kulit secara seksama dengan menggunakan sabun dan air atau dengan menggunakan waslap. Tidak perlu menggunakan bedak dan krim secara teratur pada bayi.
Gejala yang paling sering timbul yang berhubungan dengan kebersihan kulit bayi yaitu ruam popok dan cradlle cap. Penggunaan krim barier yang mengandung zink oksida (misal desitin) kadang-kadang dapat mengatasi ruam popok pada tahap paling awal.
2.1.1 RUAM POPOK
Sebagian besar merupakan dermatitis / reaksi kulit terhadap amoniak dalam urin dan kontaminasi bakteri yang berasal dari feses, serta udara yang lembab karena jarang mengganti popok.
Penting untuk mencatat lokasi, distribusi masalah dan apakah terdapat kemerahan menyeluruh, ruam atau kedua–duanya. Ruam popok ringan akibat berbagai iritasi muncul sebagai area datar yang kemerahan tanpa terlalu banyak lipatan kulit yang terkena. Kulit yang bermasalah harur dibersihkan dengan sabun ringan dan air hangat kuku. Bayi akan mengalami distress ketika area tersebut dibersihkan. Kapanpun memungkinkan, area yang tertutup harus dibiarkan terbuka sehingga udara dapat bersirkulasi. Apabila popok harus digunakan, sering-sering ganti popok pada tahap awal iritasi, krim barier zink oksida ( desitin ) dapat mencegah ruam bayi lebih lanjut.
Bayi memperlihatkan adanya lesi eritematosa yang nyata, yang juga mengenai lipatan kulit dan lesi satelit – satelit pada jarak tertentu dari perineum dan anus. Ruam popok mungkin disebabkan oleh candida albicans (jamur). Bayi yang alami ruam karena jamur akan merasa nyeri. Kelainan ini biasanya tidak menular dan jika diobati akan pulih kembali dalam waktu 72 jam, kecuali jika mengalami infeksi jamur yang ditandai dengan kulit berwarna merah terang disertai dengan bercak-bercak dengan tepi tegas, kadang-kadang teraba kasar dengan bisul-bisul kecil disekitar bagian yang tertutup popok, selangkangan, dan lipatan paha.
Untuk pencegahannya,jaga agar kulit bokong,selangkangan, dan lipatan paha senantiasa kering dan gantilah popok sesring mungkin serta membersihkan area yang sakit dengan menggunakan lap dan air hangat kuku, hal tersebut cukup membantu penyembuhan.
Bila ada pengelupasan kulit, vesikula / eksudat, orang tua harus seger evakuasi bayi. Kadang ruam kulit ringan secara sekunder diinfeksi oleh stafilococcus / streptococcus sehingga menyebabkab impetigo. Virus herpes simpleks / histiositosis dapat menyebabkan ruam popok walau kasus ini jarang ditemui. Jika bayi ditemui sering ruam popok, kaji orang tua apakah ikuti praktek higienis.
2.1.2 CRADLE CAP
Cradle cap (kekanak-kanakan atau neonatal dermatitis seboroik , juga dikenal sebagai lactea crusta, kerak susu, penyakit sarang madu) adalah kekuningan, merata, berminyak, kulit bersisik dan mengeras ruam yang terjadi pada kulit kepala bayi yang lahir baru-baru ini. Hal ini biasanya tidak gatal, dan tidak mengganggu bayi.
Cradle cap paling sering dimulai kapan di 3 bulan pertama. Gejala serupa pada anak-anak yang lebih tua lebih mungkin ketombe dari cradle cap. Ruam ini sering menonjol di sekitar telinga, alis atau kelopak mata. Mungkin muncul di lokasi lainnya, di mana hal itu disebut dermatitis seboroik daripada cradle cap. Beberapa negara menggunakan capitis pityriasis istilah untuk cradle cap. Hal ini sangat umum, dengan sekitar separuh dari semua bayi yang terkena. Sebagian besar dari mereka memiliki versi ringan dari kekacauan.
Penyebab cradle cap tidak didefinisikan secara jelas tetapi tidak disebabkan oleh alergi, infeksi atau dari kebersihan yang buruk. Mungkin itu ada hubungannya dengan terlalu aktif kelenjar minyak pada kulit bayi yang baru lahir, karena ibu hormon masih berada dalam sirkulasi bayi. Kelenjar merilis sebuah zat berminyak yang membuat sel-sel kulit lama menempel pada kulit kepala, bukan jatuh saat kering.
Solusi sesuai dengan kasus-kasus ringan. Jika kondisi mengental, berubah merah dan teriritasi, mulai menyebar, akan muncul di bagian tubuh lain, atau jika bayi terus-menerus mengembangkan ruam popok , intervensi medis direkomendasikan. infeksi jamur ( tinea capitis ) dan kudis dapat meniru cradle cap
Cradle cap ini kadang-kadang terkait dengan gangguan kekebalan tubuh. Jika bayi tidak berkembang dan memiliki masalah lain (misalnya diare ), seorang dokter harus dikonsultasikan.
Masalah ini dapat dihilangkan dengan melakukan masase lembut pada kulit kepala dengan minyak sayur / minyak zaitun dan dihilangkan dengan menggunakan sampo dan menggunakan sisir yang bergigi rapat. Masalah ini akan hilang jika bayi sering dikeramas dan disisir.
2.2 KEAMANAN PADA BAYI
Sejak bayi datang kerumah, orang tua harus memindai adanya bahaya lingkungan yang dapat menimbulkan resiko keamanan. Pada bulan-bulan pertama, resiko terutama berhubungan dengan jatuh (meja, atau tempat duduk bayi) atau terjepit diantara batang-batang tempat tidur bayi. Orang tua bayi harus berfikir untuk menggantung barang-barang sehingga tidak dapat dijangkau. Dan memindahkan bantal dan mainan lunak yang dapat menyebabkan sufokasi.
American academy of pediatrics task force on infant sleep position and sudden infant death syndrome merekomendasikan perubahan posisi tidur dari posisi prone ke posisi supine pada tahun 1992. Karena ada bukti kuat bahwa bayi harus diubah pada posisi supine(telentang). Saat tidur posisi ini meminimalisir resiko sindrom kematian mendadak (sudden infant death syndrome / SIDS). Berdasarkan riset, kematian akibat SIDS berkurang. Riset berlanjut tentang faktor lain yang berperan dalam SIDS antara lain :
1. Terdapat asosiasi antara SIDS dengan permukaan kasur yang empuk
2. Pemasangan kasur yang longgar
3. Asap rokok ibu
4. Berbagi tempat tidur dengan banyak anggota keluarga
5. Terlalu kepanasan
6. Kelahiran kurang bulan
Di sini bidan mempunyai posisi ideal untuk berbicara dengan anggota keluarga tentang pengaturan tidur, dan untuk mengingatkan agar tak seorangpun merokok dimana bayi berada. Data terkini menyebutkan, tidak mendukung keyakinan yang dimiliki banyak orang bahwa BBL harus diatur pada posisi tengkurap guna mencegah aspirasi makanan yang teregugirtasi, bayi harus selalu diatur dalam posisi supine untuk tidur dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai tahap penting perkembangan, yaitu berguling, yang sebelumnya dapat dicapai pada bayi usia 4 bulan (20 minggu).

 VARIASI UMUM DALAM 6 MINGGU PERTAMA
Ada variasi tertentu diantara bayi yang sama – sama merupakan kekhawatiran orang tua dan pemberi perawatan. Dalam setiap hal, bidan harus tetap waspada terhadap tanda dan gejala yang menunjuk ke masalah pokok yang lebih serius.


BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kebersihan kulit bayi merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Orang tua harus sering membersihkan kulit bayi dari keringat dan kotoran terutama daerah genital. Popok bayi harus sering diganti agar bayi terhindar dari ruam popok. Daerah kepala bayi juga harus dijaga kebersihannya agar tidak menimbulkan crradle cap. Bayi harus sellalu dijaga keamanannya agar bayi tidak jatuh.

2. Saran
Kebersihan kulit bayi perlu benar-benar dijaga. Walaupun mandi dengan membasahi seluruh tubuh tidak harus dilakukan setiap hari, tetapi bagian-bagian seperti muka, bokong, dan tali pusat perlu dibersihkan secara teratur. Sebaiknya orang tua atau orang lain yang ingin memegang bayi diharuskan untuk mencuci tangan terlebih dahulu. Sedangkan dalam menjaga keamanan bayi yaitu jangan sekalipun meninggalkan bayi tanpa ada yang menungggu. Selain itu juga perlu dihindari untuk memberikan apapun ke mulut bayi selain ASI, karena bayi bisa tersedak dan jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur bayi.













Daftar Pustaka

1) http://www.pgbeautygroomingscience.com/role-of-lipid-metabolism-in-seborrheic-dermatitis-dandruff.html
2) Djuanda,adji,Prof,Dr,spkk,dkk.2010. MIMS Indonesia petunjuk konsultasi.Jakarta.CMP MEDIKA



By : insani miftachul janah

makalah tentang alergi obat

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Alergi adalah suatu reaksi sistem kekebalan tubuh (imunitas) terhadap suatu bahan/zat asing (alergen). Bentuk reaksi itu macam-macam, bisa berbentuk ruam kemerahan, penyumbatan (kongesti), pilek, bersin, radang mata, asma, shock atau bahkan kematian (jarang terjadi).
Alergi sangat dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh. Normalnya sistem kekebalan tubuh dirancang untuk melawan bakteri, jamur, virus dan benda asing lainnya. Namun dalam kenyataannya sistem kekebalan tubuh menimbulkan reaksi yang berlebihan pada benda asing. Reaksi yang berlebihan oleh sistem kekebalan tubuh terhadap benda asing ini menimbulkan alergi.
Alergi obat terjadi karena tubuh seseorang sangat sensitif sehingga bereaksi secara berlebihan terhadap obat yang digunakan. Tubuh berusaha menolak obat tersebut, namun reaksi penolakannya amat berlebihan sehingga merugikan tubuh sendiri. Reaksi itu bisa berupa gatal, sesak napas, penurunan tekanan darah, reaksi kulit disertai kelainan pada selaput lendir saluran cerna, sindrom Stevens-Johnson pada saluran napas dan kemaluan.
Beberapa alergi obat hilang dengan sendirinya beberapa waktu. Tetapi setelah anda memiliki reaksi alergi terhadap obat-obatan, anda mungkin akan selalu menjadi alergi obat. Anda juga bisa alergi obat-obatan lainnya yang seperti itu. Alergi obat merupakan salah satu jenis berbahaya, atau Adverse, reaksi narkoba. Gejala dan perawatan dari berbagai jenis Adverse reaksi berbeda.
Risiko alergi obat meningkat pada orang yang memiliki bakat alergi atau dalam istilah kedokteran disebut denganatopi. Untuk menghindari terjadinya alergi obat, perlu kerja sama antara pasien dan dokter. Pasien harus mengemukakan pengalamannya menggunakan obat selama ini, apakah obat tertentu membuat tubuh alergi atau dicurigai menimbulkan alergi.
B. Proses terjadinya alergi
Normalnya benda – benda asing yang masuk ke dalam tubuh bisa diidentifikasi dengan aman dan dapat diabaikan. Alergi terjadi jika sistem kekebalan tubuh salah mengidentifikasi benda asing sehingga benda asing itu dianggap sebagai ancaman. Karena di anggap ancaman maka sistem kekebalan tubuh akan mengeluarkan berbagai macam zat dan antibody untuk melawan benda asing tersebut. Zat dan senyawa yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh menimbulkan gejala – gejala alergi bagi tubuh penderita. Benda asing yang menyebabkan alergi disebut sebagai alergen. Sistem kekebalan tubuh yang berperan dalam proses terjadinya alergi adalah IgE (immunoglobulin E). Seseorang akan mudah menderita alergi jika orang tersebut ada riwayat keturunan alergi.
C. Zat yang dapat menyebabkan alergi
Pada dasarnya hampir semua obat, makanan, atau apapun yang Anda konsumsi dapat berpotensi menimbulkan alergi. Setiap orang memiliki jenis alergi yang berbeda-beda. Namun, dari Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI menyebutkan obat yang yang sering menimbulkan alergi adalag antibiotika penisilin dan turunannya (ampisilin, amoksisilin, kloksasilin), antibiotika sulfonamide, obat antidemam dan antinyeri (seperti asam salisilat, parasetamol, dll).
Obat apapun dapat menyebabkan reaksi alergi. Beberapa yang umum adalah:
1) Penicillins (seperti nafcillin, ampicillin atau amoxicillin). Jenis obat-obatan yang paling menyebabkan alergi obat.
2) Sulfa obat-obatan.
3) barbiturates.
4) Insulin.
5) Vaksin.
Vaksin adalah sebuah senyawa antigen yang berfungsi untuk meningkatkan imunitas tubuh terhadap virus dengan menghasilkan antibodi. Vaksin terbuat dari virus yang telah dimatikan atau "dilemahkan" dengan menggunakan bahan-bahan tambahan lainnya seperti formalaldehid, thymerosal dan lainnya. Sedangkan vaksinasi adalah suatu usaha memberikan vaksin tertentu ke dalam tubuh untuk menghasilkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit/virus tersebut. Tanda alergi yang biasa dialami oleh seseorang yang diberi vaksin adalah demam.
Sistem kekebalan mengenali partikel vaksin sebagai agen asing, menghancurkannya, dan "mengingat"-nya. Ketika di kemudian hari agen yang virulen menginfeksi tubuh, sistem kekebalan telah siap:
1. menetralkan bahannya sebelum bisa memasuki sel dan
2. mengenali dan menghancurkan sel yang telah terinfeksi sebelum agen ini dapat berbiak.
6) Anticonvulsants.
7) Obat untuk Hyperthyroidism.
risiko tinggi
1. Allopurinol
2. Sulfamethoxazole
3. Sulfamediazine
4. Sulfapyridine
5. Sulfadoxine
6. Sulfasalazine
7. Carbamezepine
8. Lamotrigine
9. Phenobartbital
10. Phenytoin
11. Phenylbutazone
12. Nevirapine
13. Oxicam NSAIDs
14. Thiacetazone
Resiko rendah
1. Acetic Acid NSAIDS
2. Aminopenicilins
3. Cephalosporinsquinolones
4. Cyclins
5. Macrolides
Cukup aman
1) Paracetamol (acetaminophen)
Paracetamol adalah suatu senyawa Acetazolamida dari Pirlideniadan termasuk salah satu nootropikagen yang berpengaruh pada susunan syaraf pusat. Biasanya akibat darimeminum paracetamol ini tidak mengalami reaksi alergi,jadi cukup aman.
2) Pyrazolone analgesics
3) Corticosteroid
4) Sertraline

Tak berisiko
1. Aspirin
2. Sulfonylurea
3. Thiazide diuretics
4. Aldactone
5. Calcium channel blockers
6. Statins
7. Hormon
8. Vitamin
Jika Anda alergi salah satu obat-obatan, Anda mungkin alergi lain seperti itu. Misalnya, jika Anda alergi penisilin, Anda mungkin juga alergi sama obat-obatan seperti cephalosporins (cephalexin atau cefuroxime, misalnya).
D. Gejala
Gejala alergi dapat mulai dari yang ringan hingga yang berat. Gejala alergi yang ringan dapat berupa bersin – bersin, hidung meler, gatal – gatal baik bersifat lokal atau seluruh tubuh, hidung mampet dan gejala alergi lainnya. Gejala alergi dapat dapat terlihat pada kulit, mata, hidung, paru-paru dan perut, tergantung pada jenis alerginya. Gejala-gejala alergi obat bisa mulai dari ringan ke sangat serius adalah:
1. hives atau welts, ruam, blisters, atau masalah kulit disebut eksim. Ini adalah yang paling umum gejala alergi obat. Lihat gambar kulit yang disebabkan oleh reaksi alergi obat.
2. Batuk, wheezing, Hidung, dan kesulitan bernapas.
3. demam.
4. kulit melepuh dan mengelupas. Masalah ini disebut racun berhubung dgn kulit necrolysis, dan dapat membawa maut jika tidak dirawat.
5. Anaphylaxis, yang merupakan reaksi paling berbahaya. Dapat membawa maut, dan Anda akan memerlukan perawatan darurat. Gejala, seperti hives dan kesulitan bernapas, biasanya muncul dalam waktu 1 jam setelah minum obat, reaksi cepat tanpa perawatan, Anda dapat masuk ke shock.
Gambaran lain yang menandakan adanya alergi obat :
1) Adanya penonjolan kemerahan, seperti orang terkena cacar
2) Adanya biduran
3) Adanya kemerahan pada kulit yang disertai dengan sisik kulit.
4) Adanya perdarahan dalam kulit, seperti kemerahan pada penderita demam berdarah dengue.
5) Adanya radang pada pembulih darah (vaskulitis)
6) Adanya rekasi kemerahan karena kontak dengan sinar matahari
7) Adanya penonjolan bernanah seperti jerawat
8) Kelainan lain gawat darurat, seperti kulit seperti terbakar yang dalam klinik disebut nekrolisis epidermal toksik
Gejala alergi yang berbahaya : rekasi anafilaksis
Reaksi alergi yang sangat berbahaya adalah gejala anafilaksis, gejalanya dapat berupa shock berupa tekanan darah secara tiba – tiba dan cepat sehingga membahayakan nyawa si penderita, kepala pusing dan sang penderita terlihat sangat cemas sehingga perlu penanganan yang cepat dan harus segera di bawa ke klinik atau RS. Gejala alergi anafilaksis paling sering terjadi pada gigitan serangga dan alergi obat tertentu namun reaksi anafilaksis akibat minum obat tersangat jarang terjadi.
E. Cara dokter mendiagnosa adanya reaksi alergi
a) Dokter menanyakan mengenai riwayat obat-obatan di masa lalu.
b) Dokter menanyakan mengenai kesehatan masa lalu
c) akan melakukan pemeriksaan fisik.
Jika tidak memberitahu dokter apakah anda memiliki alergi obat, maka ia dapat melakukannya tes kulit apakah Anda memiliki reaksi alergi.
Dalam beberapa kasus, Anda mungkin perlu tes darah atau lainnya jenis pengujian.
Adapun yang dilakukan oleh dokter ialah :
1. Dokter mewawancara (anamnesa) seperti:
a) Obat-obat apa saja yang Anda konsumsi belakangan ini? Apakah Anda mengonsumsi obat tradisional seperti obat Cina atau jamu-jamuan
b) . Apakah kelainan ini muncul setelah Anda mengonsumsi obat atau jamu tersebut?
c) Apakah ada rasa gatal dan demam yang tak terlalu tinggi?
2. Dokter melakukan pemeriksaan pada kulit Anda, dan diagnosa ini dapat ditegakkan dengan melihat adanya gejala:
a) Adanya penyebaran kelainan kulit yang tersebar dan simetris atau setempat saja
b) Adanya bentuk kelainan yang timbul seperti kemerahan pada kulit, adanya biduran, perdarahan dalam kulit, tonjolan bernanah, dan lainnya.

F. Pengobatan
Hal terbaik yang dapat Anda lakukan untuk alergi obat adalah untuk berhenti meminum obat yang menyebabkan alergi, dan bicara dengan dokter untuk melihat apakah Anda dapat menggunakan jenis obat lain yang dapat dikonsumsi tanpa timbul alergi.
a) Jika pasien memiliki reaksi alergi yang mengancam hidup pasien, dokter harus memberikan epinephrine. Jika pasien mengalami kesulitan bernapas atau jika mulai mendapatkan hives. Dokter perlu mengambil obat-obatan lainnya, seperti antihistamines steroid dan obat-obata, dan meletakkan obat-obatan ini secara langsung ke dalam pembuluh darah (IV).
b) Jika pasien memiliki reaksi alergi ringan, over-the-counter antihistamines gejala dapat membantu pasien. Namun memiliki efek ngantuk.
c) Jika dokter tidak dapat mengubah obat, dokter dapat mencoba metode yang disebut desensitization.
1) Pertama yang harus dilakukan adalah mulai mengambil jumlah kecil obat yang menyebabkan reaksi .
2) Secara perlahan-lahan tingkatkan jumlah dosis pemakaian. Hal ini memungkinkan pasien mendapatkan sistem kekebalan "digunakan untuk mendapatkan" obat. Setelah inipasien dapat dipastikan tidak lagi memiliki reaksi alergi.
Dokter akan mempertimbangkan antara dua jenis obat yaitu untuk memberikan efek :
a) sistemik (ke selutuh tubuh)
b) hanya topikal (setempat).
Tentunya ini berdasarkan kebutuhan dari pasien dan keadaan pasien.
Obat yang termasuk sistemik adalah obat jenis kortikosteroid yang diberikan secara diminum, misalnya obat prednison. Dokter juga dapat memberikan obat antihistamin untuk meredakan rasa gatal.
Pengobatan topikal juga bergantung pada keadaan kulit, apakah kering atau basah. Jika kering dapat diberikan bedak salisilat. Jika basah akan diberikan kompres dengan larutan salisilat.
Sebenarnya, penyakit ini dapat disembuhkan apabila kita mampu mengetahui obat apa atau zat apa yang menyebabkan alergi ini. Akan tetapi terdapat keadaan tertentu seperti nekrolisis epidermal toksik dan sindrom Steven Johnson, yang dapat mematikan. Hal ini kembali pada bagaimana kualitas dari reaksi tubuh tersebut kepada obat yang dipakai.
Pendekatan terhadap alergi saat ini sudah sangat maju. Dari obat-obatan sampai lewat imunoterapi , alergi obat ini dapat diatasi bila kita mengetahui jenis-jenis obat.
Obat alergi yang terbaik adalah dengan mencegah alergi tersebut dengan menghindari alergen/benda yang diketahui menyebabkan alergi. Jika telah terjadi alergi maka diperlukan obat untuk mengurangi gejala alergi yang terjadi. Obat alergi yang sering diberikan oleh dokter adalah antihistamin dan kostikosteroid. Kedua jenis obat tersebut banyak tersedia di apotik namun tetap harus berdasarkan resep dokter.
Pengobatan gejala alergi yang parah memerlukan pengobatan immunotherapy oleh dokter ahli alergi dengan memberikan suntikan dari allergen kepada penderita dengan tujuan membangun ketahanan tubuh terhadap allergen tersebut. Adapun alergi anafilaksis memerlukan perawatan medis darurat yang cepat dengan di bawa ke klinik atau RS. Adapun obat yang diberikan untuk pengobatan alergi anafilaksis adalah dengan suntikan epinefrin dan pemberian infus.
OBAT ALERGI DAN IMUNITAS
Obat alergi diperlukan untuk mengendalikan gejala alergi dengan menghilangkan alergen (penyebab alergi). Namun, untuk mengendalikan alergi dalam jangka panjang disarankan melakukan imunoterapi dengan vaksin antiserum dan imunologikal.
Obat alergi dapat terbagi dalam 2 golongan yaitu :
1. Obat alergi golongan antihistamin (AH1)
Obat alergi golongan antihistamin ini bekerja menghambat reseptor H1 (AH1) yang menyebabkan timbulnya reaksi alergi akibat dilepaskannya histamin. Histamin inilah yang kemudian menimbulkan reaksi imunitas seperti ruam kemerahan, gatal-gatal, pilek, bersin, dll.
2. Obat alergi golongan kortikosteroid (kortison)
Kortikosteroid merupakan hormon yang disekresi oleh kelenjar anak ginjal (adrenal cortex) atau obat-obat yang disintesis dan kerjanya analog dengan hormon ini. Efek yang ditimbulkan oleh obat ini luas sekali dan dapat dikatakan mempengaruhi hampir semua sistem dalam tubuh mulai dari keseimbangan cairan dan elektrolit hingga daya tahan tubuh. Oleh karena itu dalam terapi obat golongan steorid mempunyai indikasi yang sangat luas. Salah satunya sebagai anti alergi pada serangan akut dan parah Penggunaan kortikosteorid diusahakan tidak dalam jangka waktu panjang dan dengan dosis serendah mungkin yang sudah memberikan efek terapi sesuai indikasinya. Dipilih dulu sediaan yang nonsistemik (topikal atau inhalasi) karena tidak/sedikit sekali diserap ke dalam tubuh. Jika obat ini sudah digunakan dalam jangka waktu lama, maka untuk menghentikannya tidak boleh mendadak, tetapi harus diturunkan perlahan-lahan.


G. Pencegahan
Untuk mencegah alergi ini kembali:
a) Yang paling mudah adalah memastikan bahwa pasien tidak lagi mengonsumsi obat tersebut.
b) Bila pasien, pada kesempatan lainnya, berkonsultasi dengan dokter, ingatkanlah dokter bahwa pasien memiliki alergi terhadap obat tertentu.
c) Merubah pola hidup menjadi dasar perbaikan seluruh kondisi alergi.





















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alergi adalah suatu reaksi sistem kekebalan tubuh (imunitas) terhadap suatu bahan/zat asing (alergen). Bentuk reaksi itu macam-macam, bisa berbentuk ruam kemerahan, penyumbatan (kongesti), pilek, bersin, radang mata, asma, shock atau bahkan kematian (jarang terjadi).
Alergi sangat dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh. Normalnya sistem kekebalan tubuh dirancang untuk melawan bakteri, jamur, virus dan benda asing lainnya. Namun dalam kenyataannya sistem kekebalan tubuh menimbulkan reaksi yang berlebihan pada benda asing. Reaksi yang berlebihan oleh sistem kekebalan tubuh terhadap benda asing ini menimbulkan alergi.
Gejala-gejala alergi obat bisa mulai dari ringan ke sangat serius adalah:
6. hives atau welts, ruam, blisters, atau masalah kulit disebut eksim. Ini adalah yang paling umum gejala alergi obat. Lihat gambar kulit yang disebabkan oleh reaksi alergi obat.
7. Batuk, wheezing, Hidung, dan kesulitan bernapas.
8. demam.
9. kulit melepuh dan mengelupas. Masalah ini disebut racun berhubung dgn kulit necrolysis, dan dapat membawa maut jika tidak dirawat.
10. Anaphylaxis, yang merupakan reaksi paling berbahaya. Dapat membawa maut, dan Anda akan memerlukan perawatan darurat. Gejala, seperti hives dan kesulitan bernapas, biasanya muncul dalam waktu 1 jam setelah minum obat, reaksi cepat tanpa perawatan, Anda dapat masuk ke shock.

B. Saran
Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Untuk mencegah alergi ini kembali:
d) Yang paling mudah adalah memastikan bahwa pasien tidak lagi mengonsumsi obat tersebut.
e) Bila pasien, pada kesempatan lainnya, berkonsultasi dengan dokter, ingatkanlah dokter bahwa pasien memiliki alergi terhadap obat tertentu.
f) Merubah pola hidup menjadi dasar perbaikan seluruh kondisi alergi.

Daftar Pustaka

1) (http://www.pediatrik.com/pkb/20060220-k5ms69-pkb.pdf)
2) : http://donadivinamed.wordpress.com/2009/03/17/bio-resonance-therapy/
3) Sumber: wawancara. Ewy
4) Djuanda,adji,Prof,Dr,spkk,dkk.2010. MIMS Indonesia petunjuk konsultasi.Jakarta.CMP MEDIKA


By : insani miftachul janah

banner AKDR

AKDR dapat dicabut sebelum waktunya bila dijumpai:
- Ingin hamil kembali.
- Terjadi kehamilan.


Pencabutan
Peralatan yang digunakan :
a. Korentang 1 set
b. Bivalve Spekulum 1 buah
c. Ekstraktor AKDR / tampon tang 1 buah
d. Kom kecil
e. Sarung tangan DTT 1 pasang
f. Kain kassa/kapas
g. Wadah berisi larutan klorin 0,5%
h. Cairan antiseptik (mis:povidon iondin)
i. Lampu sorot/senter
Proses pencabutan :
Beritahukan pada akseptor bahwa hal ini tidak akan menimbulkan rasa sakit.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1) Cuci tangan dengan 7 langkah cuci tangan
2) Pasang sarung tangan steril.
3) Lakukan vulva hygiene
4) Pasanglah spekulum steril kedalam vagina dan cari letak benang
5) AKDR akan tercabut keluar uterus
6) Jepit benang sedekat mungkin dengan cervix
7) Beri tahukan klien pencabutan akan dimulai
8) Klem ditarik secara pelan terkendali
9) Bila tahanan terlalu kuat benang dapat putus
10) Usahakan menjepit benang yang tersisa
11) Lakukan kembali tarikan.
12) Bila tidak berhasil diangkat, kanalis servikalis lebarkan dengan dilatator Hegar
dalam anestesi lokal para servikalis atau dengan batang laminaria.
13) Kalau benang tidak ditemukan, alat dalam rahim dikeluarkan dengan cunam
buaya, pengait logam atau mikrokuret dengan anestesi lokal para servikal.
14) AKDR yang telah di cabut ditunjukkan pada klien


AKADEMI KESEHATAN RAJEKWESI BOJONEGORO
PRODI DIII KEBIDANAN
TAHUN AKADEMIK 2010/2011

ASKEB perawatan luka perineum

Pengertian Perawatan Luka Perinium
Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis, psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat (Aziz, 2004). Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus (Danis, 2000). Post Partum adalah selang waktu antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil (Mochtar, 2002). Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
Tujuan Perawatan Perineum
Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002), adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan.
Sedangkan menurut Moorhouse et. al. (2001), adalah pencegahan terjadinya infeksi pada saluran reproduksi yang terjadi dalam 28 hari setelah kelahiran anak atau aborsi.
Bentuk Luka Perineum
Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu :
1. Rupture
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan. (Hamilton, 2002).
2. Episotomi
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi (Eisenberg, A., 1996).
Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan vagina yang sedang dalam keadaan meregang. Tindakan ini dilakukan jika perineum diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi perineum dengan anestasi lokal, kecuali bila pasien sudah diberi anestasi epiderual. Insisi episiotomi dapat dilakukan di garis tengah atau mediolateral. Insisi garis tengah mempunyai keuntungan karena tidak banyak pembuluh darah besar dijumpai disini dan daerah ini lebih mudah diperbaiki (Jones Derek, 2002).
Pada gambar berikut ini dijelaskan tipe episotomi dan rupture yang sering dijumpai dalam proses persalinan yaitu :
1. Episiotomi medial
2. Episiotomi mediolateral
Sedangkan rupture meliputi
1. Tuberositas ischii
2. Arteri pudenda interna
3. Arteri rektalis inferior

Gambar 1. Tipe-Tipe Episiotomi
Lingkup Perawatan
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea (pembalut) (Feerer, 2001).
Sedangkan menurut Hamilton (2002), lingkup perawatan perineum adalah
1. Mencegah kontaminasi dari rektum
2. Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma
3. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau.
Waktu Perawatan
Menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah
1. Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
2. Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
3. Setelah buang air besar.
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan.
Penatalaksanaan
1. Persiapan
a. Ibu Pos Partum
Perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar mandi dengan posisi ibu jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi kaki terbuka.
b. Alat dan bahan
Alat yang digunakan adalah botol, baskom dan gayung atau shower air hangat dan handuk bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air hangat, pembalut nifas baru dan antiseptik (Fereer, 2001).
2. Penatalaksanaan
Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi, dan meningkatkan penyembuhan dengan prosedur pelaksanaan menurut Hamilton (2002) adalah sebagai berikut:
a. Mencuci tangannya
b. Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat
c. Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah ke rectum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung plastik.
d. Berkemih dan BAB ke toilet
e. Semprotkan ke seluruh perineum dengan air
f. Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang.
g. Pasang pembalut dari depan ke belakang.
h. Cuci kembali tangan
3. Evaluasi
Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan adalah:
a. Perineum tidak lembab
b. Posisi pembalut tepat
c. Ibu merasa nyaman
Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Perineum
1. Gizi
Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan protein.
2. Obat-obatan
a. Steroid : Dapat menyamarkan adanya infeksi dengan menggangu respon inflamasi normal.
b. Antikoagulan : Dapat menyebabkan hemoragi.
c. Antibiotik spektrum luas / spesifik : Efektif bila diberikan segera sebelum pembedahan untuk patolagi spesifik atau kontaminasi bakteri. Jika diberikan setelah luka ditutup, tidak efektif karena koagulasi intrvaskular.
3. Keturunan
Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi kemampuan dirinya dalam penyembuhan luka. Salah satu sifat genetik yang mempengaruhi adalah kemampuan dalam sekresi insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi penipisan protein-kalori.
4. Sarana prasarana
Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam perawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptik.
5. Budaya dan Keyakinan
Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kebiasaan tarak telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka.
Dampak Dari Perawatan Luka Perinium
Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal berikut ini :
1. Infeksi
Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.
2. Komplikasi
Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir.
3. Kematian ibu post partum
Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah (Suwiyoga, 2004)

Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus dievaluasi, yaitu sumber dan jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi.
Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum vagina, servik dan robekan uterus. Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma dan robekan jalan lahir dengan perdarahan yang bersifat arteril atau pecahnya pembuluh darah vena. Untuk dapat menetapkan sumber perdarahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan dalam atau spekulum.
Perdarahan karena robekan jalan lahir banyak dijumpai pada pertolongan persalinan. Jika perlukaan hanya mengenai bagian luar (superfisial) saja atuajika perlukaan tersebut idak mengeluarkan darah, biasanya tidak perlu dijahit. Hanya perlukaan yang lebih dalam dimana jaringannya tidak bisa didekatkan dengan baik atau perlukaan yang aktif mengeluarkan darah memerlukan suatu penjahitan.
Tujuan dari pejahitan perlukaan perineum / episiotomi adalah :
1. Untuk mendekatkan jaringan-jaringan agar proses penyembuhan bisa terjadi, proses penyembuhan itu sendiri bukanlah hasil dari penjahitan tersebut tetapi hasil dari pertumbuhan jaringan.
2. Untuk menghentikan perdarahan
Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan.
Derajat Satu
Derajat dua Derajat Tiga Derajat Empat
• Mukosa Vagina
• Komisura posterior
• Kulit perineum
• Mukosa Vagina
• Komisura posterior
• Kulit perineum
• Otot perineum
• Mukosa Vagina
• Komisura posterior
• Kulit perineum
• Otot perineum
• Otot sfingter ani
• Mukosa Vagina
• Komisura posterior
• Kulit perineum
• Otot perineum
• Otot sfingter ani
• Dinding depan rektum
Tak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan aposisi luka baik. Jahit menggunakan teknik yang dijelaskan pada Lampiran 4. Penolong APN tidak dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi perineum derajat tiga atau empat. Segera rujuk ke fasilitas rujukan
Gambar 1 : Derajat Laserasi Perineum
Sumber: Midwifery Manual of Maternal Care dan Varney’s Midwifery, edisi ke-3

Langkah-langkah pejahitan robekan perineum
A. Persiapan Alat
1. Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan
- Wadah berisi :
Sarung tnagna, pemegang jarum, jarum jahit, benang jahit, kasa steril, pincet
- Kapas DTT
- Buka spuit sekali pakai 10 ml dari kemasan steril, jatuhkan dalam wadah DTT
- Patahkan ampul lidokain
2. Atur posisi bokong ibu pada posisi litotomi di tepi tempat tidur
3. Pasang kain bersih di bawah bokong ibu
4. Atur lampu sorot atau senter ke arah vulva / perineum ibu
5. Pastikan lengan / tangan tidak memakai perhiasan, cuci tangan dengan sabun dan air mengeliar
6. Pakaian satu sarung tangan DTT pada tangan kanan
7. Ambil spuit dengan tangan yang berasarung tangan, isi tabung suntik dengan lidokain dan letakkan kembali ke dalam wadah DTT
8. Lengkapi pemakaian sarunga tangan pada tangan kiri
9. Bersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT dengan gerakan satu arah dari vulva ke perineum
10. Periksa vagina, servik dan perineum secara lengkap, pastikan bahwa laserasi hanya merupakan derajat satu atau dua.
B. Anestesi Lokal
1. Beritahu ibu tentang apa yang akan dilakukan
2. Tusukkan jarum suntik pada daerah kamisura posterior yaitu bagian sudut bahwa vulva.
3. Lakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap
4. Suntikan anestesi sambil menarik jarum suntik pada tepi luka daerah perineum
5. Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka arahkan jarum suntik sepanjang luka pada mukosa vagina
6. Lakukan langkah 2-5 diatas pada kedua tepi robekan
7. Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan
C. Penjahitan Laserasi pada Perineum
1. Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi di mukosa vagina. Setelah itu buat ikatan dan potong pendek benang dari yang lebih pendek. Sisakan benang kira-kira 1 cm.
2. Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke arah cincin himen
3. Tepat sebelum cincin himen, masukkan jarum ke dalam mukosa vagina lalu ke belakang cincin himen sampai jarum ada di bawah laserasi kemudian ditarik keluar pada luka perineum
4. Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan otot. Lihat kedalam luka untuk mengetahui letak ototnya.
5. Setelah dijahit sampai ujung luka, putarlah jarum dan mulailah menjahit kearah vagina dengan menggunakan jahitan subkutikuler
6. Pidahkan jahitan dari bagian luka perineum kembali ke vagina di belakang cincin hymen untuk diikat dengan simpul mati dan dipotong benangnya
7. Masukkan jari ke dalam rektum
8. Periksa ulang kembali pasa luka
9. Cuci daerah genital dengan lembut kemudian keringkan. Bantu ibu mencari posisi yang diinginkan
10. Nasehatiibu untuk :
a. Menjaga perineum selalu bersih dan kering
b. Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineumnya
c. Cuci perineum dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3-4 x per hari
d. Kembali dalam seminggu untuk memeriksa luka
D. MACAM – MACAM JAHITAN
A. Jahitan Kulit
1. Jahitan interrupted :
a. Jahitan simple interrupted (Jahitan satu demi satu)
Merupakan jenis jahitan yang paling dikenal dan paling banyak digunakan. Jarak antara jahitan sebanyak 5-7 mm dan batas jahitan dari tepi luka sebaiknya 1-2 mm. Semakin dekat jarak antara tiap jahitan, semakin baik bekas luka setelah penyembuhan.
b. Jahitan Matras
1) Jahitan matras vertikal
Jahitan jenis ini digunakan jika tepi luka tidak bisa dicapai hanya dengan menggunakan jahitan satu demi satu. Misalnya di daerah yang tipis lemak subkutisnya dan tepi satu demi satu. Misalnya di daerah yang tipis lunak subkutisnya dan tepi luka cenderung masuk ke dalam.
2) Jahitan matras horizontal
Jahitan ini digunakan untuk menautkan fasia dan aponeurosis. Jahitan ini tidak boleh digunakan untuk menjahit lemak subkutis karena membuat kulit diatasnya terlihat bergelombang
c. Jahitan Continous
1) Jahitan jelujur : lebih cepat dibuat, lebih kuat dan pembagian tekanannya lebih rata bila dibandingkan dengan jahitan terputus. Kelemahannya jika benang putus / simpul terurai seluruh tepi luka akan terbuka.
2) Jahitan interlocking, feston
3) Jahitan kantung tembakau (tabl sac)
2. Jahitan Subkutis
a. Jahitan continous : jahitan terusan subkutikuler atau intrademal. Digunakan jika ingin dihasilkan hasil yang baik setelah luka sembuh. Juga untuk menurunkan tengan pad aluka yang lebar sebelum dilakukan penjahitan satu demi satu.
b. Jahitan interrupted dermal stitch
3. Jahitan Dalam
Pada luka infeksi misalnya insisi abses, dipasang dren. Dren dapat dibuat dari guntingan sarunga tangan fungsi dren adalah mengelirkan cairan keluar berupa darah atau serum.

B. PERAWATAN LUKA HEATING PERINEUM
a. Penanganan Komplikasi
1. Jika terdapat hematoma, darah dikeluarkan. Jika tidak ada tanda infeksi dan perdarahan sudah berhenti, lakukan penjahitan.
2. Jika terdapat infeksi, buka dan drain luka
- Lalu berikan terapi ampisilin 500 mg per oral 4 x sehari selama 5 hari
- Dan metronidazol 400 mg per oral 3 x sehari selama 5 hari
b. Perawatan Pasca Tindakan
1. Apabila terjadi robekan tingkat IV (Robekan sampai mukosa rektum), berikan anti biotik profilaksis dosis tunggal
c. Ampisilin 500 mg per oral
d. Dan metronidazol 500 mg per oral
2. Observasi tanda-tanda infeksi
3. Jangan lakukan pemeriksaan rektal atau enam selama 2 minggu
4. Berikan pelembut feses selama seminggu per oral


BAB II
ASUHAN KEBIDANAN pada IBU NIFAS NORMAL DENGAN LUKA PERINEUM

PENGUMPULAN DATA DASAR
Tanggal : 4 november 2010 jam : 08.00 WIB
A. Subjektif
1. Anamnesa :
Nama istri : Ny.Y nama suami : Tn. X
Umur : 30 tahun umur : 36 tahun
Agama : islam agama : islam
Suku bangsa : jawa/indonesia suku bangsa : jawa/indonesia
Pendidikan : SD pendidikan : SD
Pekerjaan : swasta pekerjaan : swasta
Penghasilan : - penghasilan : -
Alamat : Ds. Palembon kanor

2. Keluhan utama :
Ibu mengatakan bahwa 4 hari setelah melahirkan anak ke-2 ini, luka jahitan belum kering sehingga terasa nyeri saat di tekan.
3. Riwayat kesehatan yang lalu :
Ibu mengatakan bahwa sebelumnya tidak pernah menderita penyakit menular, keturunan maupun penyakit kronis.
4. Riwayat kesehatan keluarga :
Ibu mengatakan bahwa dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang menderita penyakit menular, keturunan maupun penyakit kronis
5. Riwayat haid :
Menarche : 14 tahun
Siklus : teratur, 28-30 hari
Lama : 6-7 hari
Karakteristik : merah kehitaman, encer
Dismenorhoe : -
Dysfungsiblooding : -
Fluoralbus : 2 hari sebelum dan sesudah haid
HPHT : 24 januari 2010
TTP : 31 oktober 2010


6. Riwayat perkawinan :
Nikah : 1 kali
Lama : 3 tahun
Usia nikah : 25 tahun

7. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu :

Hamil ke BBL
(gram) penolong Cara / partus Keadaan bayi Jenis kelamin uri komplikasi nifas
No. Usia anak
1.

2. 39 minggu
38 minggu 25oo gram
2600 gram Bidan

bidan Spontan

spontan Baik

baik Perempuan
Laki-laki Lengkap
Lengkap Luka perineum
Luka perineum Normal

Normal


8. A. Riwayat kehamilan sekarang :
Trimester I : Pada usia kehamilan 1-3 bulan periksa ke polindes rutin 3 kali, mengatakan mual dan muntah, mendapat tablet Fe 60 tablet dan TT1
Trimester II : ANC 2 X di BPS, merasakan gerakan janin pada umur 5 bulan kehamilan, mendapat tablet Fe 30 tablet, kalk dan TT2
Trimester III : ANC 2 X di BPS, mengatakan kenceng-kenceng


B. Riwayat persalinan :
Kala 1 : ibu mengatakan keluar lendir dan darah, perut terasa kenceng-kenceng dari jam 21.00 sampai jam 06.00 pagi
Kala 2 : ibu mengatakan bayinya lahir sekitar jam 07.00 pagi
Kala 3 : setelah bayinya lahir, jarak ± 15 menit plasenta keluar dan tidak lama kemudian dilakukan penjahitan
C. Riwayat nifas :
6 jam pertama setelah melahirkan, ibu tidak mengalami perdarahan tetapi badannya masih lemas dan merasa nyeri pada luka jahitan.

9. Riwayat KB :
Ibu mengatakan tidak pernah mengikuti progam KB sebelumnya, dan ibu akan mengikuti progam KB setelah melahirkan ini.

10. Pola kebiasaan sehari-hari :

No . Pola Sebelum bersalin Setelah bersalin
1. Nutrisi Makan 3 X sehari, porsi sedang, minum ± 6-8 gelas/hari, air putih + susu Makan 3 X sehari, porsi banyak minum ± 8 gelas/hari, air putih

2. Eliminasi BAB : 2 x sehari
BAK : 4 x sehari BAB : 1 x sehari
BAK : 3 x sehari
3. Istirahat Siang : ± 1 jam
Malam : 7 jam Siang : ± 1 jam
Malam : ± 6 jam
4. Kebersihan Mandi 3 x sehari, ganti baju 2 x sehari, gosok gigi 3 x sehari, keramas 3 x/ minggu Mandi 2 x sehari, ganti baju 2 x sehari, gosok gigi 3 x sehari, keramas 3 x/ minggu, merawat perineum 2 x sehari, ganti pembalut 3 x sehari.
5. Aktifitas Memasak, mencucu, membersihkan rumah, mengurus kebutuhan keluarga. Ibu hanya merawat bayinya dirumah
6. Seksual 1 x seminggu Tidak pernah
7. Kebiasaan yang mengganggu Ibu tidak merokok, minum minuman beralkohol, dan tidak minum jamu tradisional Ibu tidak merokok, minum minuman beralkohol, dan tidak minum jamu tradisional
8. Rekreasi Menonton TV Menonton TV


11. Data psikososial :
Psiko : ibu, suami, maupun keluarga menerima kelahiran anak yang pertama ini dengan senang hati dan ibu berharap anaknya sehat dan dapat meneteki dengan baik
Social : hubungan antara ibu, keluarga dan tetangga sangat baik, sehingga selalu memberi dukungan pada ibu.

12. Latar belakang sosial budaya :
Ibu berasal dari suku jawa asli, dan ibu masih mengenal acara selamaan atau bulanan dan selamatan setelah lahir, ibu masih menganutnpantangan terhadap makanan tertentu.

13. Data spiritual :
Ibu dan keluarga menganut agama islam dan taan beribadah.

D. Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum :baik TTV :
kesadaran : compos mentis Tekanan darah : 120/80 mmHg
BB : 67 kg Nadi : 80 x / menit
TB :160 cm Suhu : 374 0C
Respirasi : 20 x /menit

2. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
 Kepala : kulit kepala bersih
 Rambut : hitam bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok
 Muka : tidak ada kloasma gravidarum, klien tampak kesakitan
 Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera putih
 Telinga :bersih, tidak ada serumen
 Hidung : bersih, tidak ada polip
 Mulut : bersih, tidak ada lubang dan tidak ada karies gigi
 Leher : tidak ada pembesaan kelenjar tyroid
 Dada : mammae membesar, terdapat hiperpigmentasi pada areola mammae, putting susu menonjol, ASI keluar dengan lancar
 Perut : kontraksi baik, involusi berjalan normal
 Genetalia : vulva : oedem, mengeluarkan sedikit darah
Perineum : terdapat luka jahitan, darah disekitar luka berwarna kemerahan
Anus : tidak ada hemoroid
 Ekstremitas : sedikit oedem, tidak ada varises

b. Palpasi
 Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
 Dada : payudara tidak ada benjolan, ASI sudah keluar
 Perut : TFU 3 jari dibawah pusat
 Ekstremitas : teraba panas pada anggota gerak bawah ibu
 Genetalia : perineum : bila ditekan terasa nyeri, dan daerah sekitar luka terasa panas
c. Perkusi
Abdomen : tidak ada meteorismus
Patella : ka/ki (+)/(+)

d. Pemeriksaan penunjang :
Darah Hb : 10 g%

III. Analisa Data
Diagnosa : lahir spontan, usia kehamilan 39 minggu, telah post partum hari ke 4 dengan keluhan nyeri pada luka perineum.
Masalah : nyeri pada luka perineum
Kebutuhan : 1. berikan penyuluhan pada ibu
2. Lakukan perawatan perineum setiap hari secara benar
3. Menjaga hygienitas
IV. kebutuhan Segera
 Dilakukan perawatan secara intensif
 Diberikan obat antibiotic dan analgesic

V. INTERVENSI
1. Lakukan pendekatan pada klien
R : agar pasien lebih kooperatif, dan memudahkan dalam menjalankan tindakan
2. Jelaskan pada ibu mengenai hasil pemeriksaan
R : agar ibu dapat mengetahui mengenai keadaannya saat ini
3. Anjurkan pada ibu untuk merawat luka perineum dengan cara yang benar.
R : agar dapat mempercepat penyembuhan, dan ibu dapat melakukannya sendiri di rumah

VI. IMPLEMENTASI
1. Melakukan pendekatan pada klien,agar pasien lebih kooperatif, dan memudahkan dalam menjalankan tindakan
2. Menjelaskan pada ibu mengenai hasil pemeriksaan, supaya ibu mengetahui akan keadaannya.
3. Menganjurkan pada ibu untuk merawat luka perineum dengan benar yaitu :
 Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
 Mengajarkan ibu tentang bagaimana cara membersihkan darah disekitar vulva terlebih yaitu dahulu dari depan ke belakang, baru kemidin membersihkan daerah sekitar anus
 Sarankan pada ibu untuk mengganti pembalut/kain pembalut minimal 2 x sehari, ataupun kain dapat digunakan ulang bila telah dicuci bersih dan dikeringkan dibawah sinar matahari dan juga telah di setrika.
 Sarankan pada ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kewanitaan.
 Jika ibu mempunyai luka episiotomy/laserasi, saankan pada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.

VII. EVALUASI
Ibu sudah mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan dan ibu dapat menjawab peryanyaan yang diajukan bidan pada ibu serta dapat mempraktekkannya.

Makalah tentang luka bakar

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI LUKA BAKAR
A. Luka bakar (combustio/burn)
adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation) .
Luka bakar merupakan bahaya yang potensil terjadi di setiap rumah tangga; banyak laporan menunjukkan, luka bakar oleh karena air panas/cairan panas adalah jenis yang paling sering terjadi pada anak. Bayi dan anak kecil lebih rentan terkena sebab rasa ingin tahu yang besar serta kulit mereka yang sangat sensitif.
Luka bakar yang kecil biasanya dapat ditangani dengan aman di rumah, tapi luka bakar yang cukup luas tentu saja memerlukan perawatan medis. Yang penting ialah melakukan tindakan pencegahan sederhana di rumah.
B. Tersiram air panas
Lepuh disebabkan oleh cairan panas dan menyebabkan kerusakan pada bagian epidermis saja, dengan pembentukan vsikel berisi air dan pengelupasan kulit. Namun anak yang masih kecil kadang mengalami keusakan seluruh ketebalan kulit akibat lepuh minor. Ada alasan kuat yang membatasi suhu maksimum air panas dirumah hanya sampai 54o C (129o F). kebanyakan lepuh terjadi di dapur : orang tua harus diberi tahu untuk menggunakan ketel listrik dengan gulungan lengkungan kawat pendek yang menurunkan risiko anak meraih dan ,menarik ketel.

2.2 ETIOLOGI
Berikut ini beberapa zat yang dapat menyebabkan cidera bakar.
 Api
 Cairan panas : Gula cair, air panas, minyak
 Benda padat panas: : Setrika, rokok, peralatan panas
 Uap panas : Uap air panas
 Bahan kimia :Air aki
 LIstrik
 Petir
 Radiasi : Sinar matahari

2.3 KLASIFIKASI LUKA BAKAR
Beberapa faktor yang mempengaruhi berat-ringannya injuri luka bakar antara lain kedalaman luka bakar, luas luka bakar, lokasi luka bakar, kesehatan umum, mekanisme injuri dan usia. Berikut ini akan dijelaskan sekilas tentang faktor-faktor tersebut di atas:

A. Kedalaman luka bakar
Kedalaman luka bakar dapat dibagi ke dalam 4 kategori (lihat tabel 3) yang didasarkan pada elemen kulit yang rusak.
1. Superficial (derajat I), dengan ciri-ciri sbb:
• Hanya mengenai lapisan epidermis.
• Luka tampak pink cerah sampai merah (eritema ringan sampai berat).
• Kulit memucat bila ditekan.
• Edema minimal.
• Tidak ada blister.
• Kulit hangat/kering.
• Nyeri / hyperethetic
• Nyeri berkurang dengan pendinginan.
• Discomfort berakhir kira-kira dalam waktu 48 jam.
• Dapat sembuh spontan dalam 3-7 hari.
2. Partial thickness (derajat II), dengan ciri sbb.:
• Partial tihckness dikelompokan menjadi 2, yaitu superpicial partial thickness dan deep partial thickness.
• Mengenai epidermis dan dermis.
• Luka tampak merah sampai pink
• Terbentuk blister
• Edema
• Nyeri
• Sensitif terhadap udara dingin
• Penyembuhan luka :
 Superficial partial thickness : 14 - 21 hari
 Deep partial thickness : 21 - 28 hari
(Namun demikian penyembuhannya bervariasi tergantung dari kedalaman dan ada tidaknya infeksi).
3. Full thickness (derajat III)
• Mengenai semua lapisan kulit, lemak subcutan dan dapat juga mengenai permukaan otot, dan persarafan dan pembuluh darah.
• Luka tampak bervariasi dari berwarna putih, merah sampai dengan coklat atau hitam.
• Tanpa ada blister.
• Permukaan luka kering dengan tektur kasar/keras.
• Edema.
• Sedikit nyeri atau bahkan tidak ada rasa nyeri.
• Tidak mungkin terjadi penyembuhan luka secara spontan.
• Memerlukan skin graft.
• Dapat terjadi scar hipertropik dan kontraktur jika tidak dilakukan tindakan preventif.
4. Fourth degree (derajat IV)
Mengenai semua lapisan kulit, otot dan tulang.


B. Luas luka bakar
Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar meliputi
(1) rule of nine,
(2) Lund and Browder
(3) hand palm.
Ukuran luka bakar dapat ditentukan dengan menggunakan salah satu dari metode tersebut. Ukuran luka bakar ditentukan dengan prosentase dari permukaan tubuh yang terkena luka bakar. Akurasi dari perhitungan bervariasi menurut metode yang digunakan dan pengalaman seseorang dalam menentukan luas luka bakar.
Metode rule of nine mulai diperkenalkan sejak tahun 1940-an sebagai suatu alat pengkajian yang cepat untuk menentukan perkiraan ukuran / luas luka bakar. Dasar dari metode ini adalah bahwa tubuh di bagi kedalam bagian-bagian anatomic, dimana setiap bagian mewakili 9 % kecuali daerah genitalia 1 % .
Pada metode Lund and Browder merupakan modifikasi dari persentasi bagian-bagian tubuh menurut usia, yang dapat memberikan perhitungan yang lebih akurat tentang luas luka bakar .
Selain dari kedua metode tersebut di atas, dapat juga digunakan cara lainnya yaitu mengunakan metode hand palm. Metode ini adalah cara menentukan luas atau persentasi luka bakar dengan menggunakan telapak tangan. Satu telapak tangan mewakili 1 % dari permukaan tubuh yang mengalami luka bakar.

Gambar derajat panas :




2.4 MANIFESTASI KLINIK














Gejala yang tampak bila mengalami cedera bakar dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Cedera bakar ringan
Cedera bakar hanya mengenai sebagian kecil permukaan tubuh dan tidak mengenai wajah dan kemaluan anak.
Tanda : terasa perih dan panas, kulit merah
2. Cedera bakar sedang
Cedera bakar mengenai hamper separo permukaan kulit, kecuali wajah dan kemaluan anak.
Tanda : terasa sakit bahka mati rasa karena urat saraf rusak, kulit melepuh.
3. Cedera bakar berat
Cedera bakar mengenai sebagian besar permukaan tubuh terasuk wajah dan kemaluan anak.
Tanda :
a) Kulit terasa sakit / nyeri
b) Kulit gosong dan melepuh
c) Gelisah sera kesadaran menurun
d) Bila terbakar karena tersambar petir atau sengatan lirtrik, timbul sesak nafas bahkan denyut jantung dapat berhenti
e) Bila Cedera bakar mengenai mata akibat terpercik oleh api pengelas, air api, soda api selain nyeri, mata akan mengucurka air, bola mata merah, kelopak mata sangat bengkak, dan sensitive terhadap sinar.

2.5 MANAJEMEN PERAWATAN LUKA BAKAR
A. PRE HOSPITAL
Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan (drop), dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam. Bila memiliki karung basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya. Sedanguntuk kasus luka bakar karena bahan kimia atau benda dingin, segera basuh dan jauhkan bahan kimia atau benda dingin. Matika sumber listrik dan bawa orang yang mengalami luka bakar dengan menggunakan selimut basah pada daerah luka bakar. Janga membawa orang dengan luka bakar dalam keadaan terbuka karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang terekspose udara luar dan menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar biasanya diberikan obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin, aspirin, asam mefenamat samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis.

B. HOSPITAL
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus dicek Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.
1. Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.
2. Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae
3. Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, dapat diberikan dengan Formula Baxter.
• Formula Baxter
1. Total cairan = 4cc x berat badan x luas luka bakar
2. Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama, dan sisanya dalam 16 jam berikutnya

2.6 PENANGANAN LUKA BAKAR
Yang harus dilakukan :
1. Bukalah pakaian
Lepaskan semua atribut yang melekat, kecuali yang melekat di luka bakar. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam penanganan medis nantinya. Dan juga untuk menurunkn suhu tubuh, terutama jika luka bakar akibat panas lingkungan ( heat stroke).
2. Siram dengan air bersih
Ini bertujuan untuk melokalisir kerusakan jaringan agar tidak luas. Siram dengan air mengalir atau celupkan langsung ke bak mandi selama ± 10-15 menit, tergantung keadaan. Luka bakar akibat apapun inilah perawatan pertamanya. Jika terbakar akibat bahan kimia, air dapat sebagai penetral dari bahan asam atau basa tersebut. Namun paada luka bakar berat, bukan berarti harus disiram dengan air lebih lama. Justru sebaliknya, siram air secukupnya dan usahakan segera mendapatkan tindakan medis.
3. Mendapat perawatan medis secepatnya
Pada luka bakar berat, perlu mendapat perawatan medis sesegera mungkin, karena luka bakar akan mengkerut. Pada kasus tertentu, luka bakar akan berakibat pada tertutupnya jalan nafas, jika ini terjadi lama, bisa menyebabkan kematian. Selain itu tubuh juga kekurangan cairan, oleh sebab itu memerlukan cairan infuse agar tidak dehidrasi
Yang tidak boleh dilakukan :
1) Jangan melumuri dengan kecap, margarine, salep, dan lain-lain
Pasien dengan luka bakar yang datang kerumah sakit tidak jarang sudah dalam keadaan dilumuri kecap atau mentega, mereka beranggapan ini akan mengurangi panas dan nyeri. Ini menyulitkan dokter untuk melakukan tindakan medis karena bahan tersebut mengganggu proses pengobatan nantinya.
2) Jangan diperban
Pembalutan yang salah justru akan memperparah keadaan. Selain itu justru akan mempersulit proses pembersihan luka. Memang perban diperlukan untuk kasus tertentu, namun sebaiknya dlakukan oleh paramedic. Dalam kasus luka bakar ada 2 pilihan perawatan dibalut atau tidak.
3) Jangan menekuk tubuh
Posisi tubuh harus dalam menjauhi pusat luka, missal tangan, jari _ jari harus dalam keadaan terbuka, tidak boleh menggenggam.

2.8 PENANGANAN TERSIRA AIR PANAS
A. Pertolongan pertama tersiram air panas
1. Jangan panik
a. Bila bagian tubuh yang tersiram air panas tidak tertutup pakaian langsung siram secara perlahan dengan air dingin selama 10 menit.
b. Bila yang tersiram adalah yang tertutup pakaian siram langsung bagian tersebut, setelah itu baru buka pakaian si kecil dengan hati-hati. Bila sulit dilakukan gunting pakaian lalu siram lagi bagian yang terluka dengan air dingin.
c. Kompreslah dengan kain bersih yang telah dicelupkan pada air dingin sampai rasa sakit berkurang.
d. Tutup atau balut bagian tubuh yang luka dengan kasa steril untuk menghindari kemungkinan terjadinya infeksi. Sebelumnya oleskan salep khusus luka lepuh. Jangan balut terlalu kencang, balutan harus melewati bagian yang terluka.
2. Rendam bagian tubuh yang tersiram air panas selama 15-20 menit didalam air yang sejuk bukan air dingin, misalnya air kran. Air sejuk akan menghambat perluasan kerusakan jaringan dan juga sebagai pereda nyeri sementara.
B. Yang tidak boleh dilakukan
a) Jangan mengobati luka bakar dengan mengoleskan pasta gigi, kecap, mentega dan lain-lain karena dapat mengakibatkan infeksi dan membekas.
b) Jangan membalut luka dengan kapas karena akan melekat pada luka. Untuk luka bakar ringan (kemerahan tanpa melepuh) tidak perlu di tutup, untuk luka bakar sedang bisa ditutup dengan balutan kering atau kasa steril.
c) Jangan memecahkan gelembung kulit yang timbul akibat luka. Biarkan gelembung tertutup untuk mencegah infeksi.

2.9 Tindakan sesuai dengan tipe luka bakar dan tersiram air panas