Laman

Minggu, 24 Oktober 2010

LP MP ASI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak merupakan penerus cita – cita bangsa, maka anak harus mendapatkan perhatian khusus. Menurut penelitian WHO di seluruh dunia kematian bayi khususnya neonatal sebesar 10.000 jiwa per tahun. (Manuaba 1998 : 3). Di Indonesia AKI dan AKB masih tinggi yaitu 334 per 100.000 kelahiran hidup dan 21,8 per 1.000 kehaliran hidup. (Saifuddin 2002).
Di Desa Labuhan Ratu I angka kesakitan bayi dan menurut survey yang dilakukan terhadap 15 anak yang menderita diare + 3 – 4 kali dalam setahun, dan yang mengalami obesitas atau kelebihan berat badan terdapat 13 bayi dari 50 anak yang diberikan makanan pendamping ASI terlalu d ini.
Upaya untuk mewujudkan penurunan angka kematian bayi, kesakitan bayi dan anak dimulai dengan peran ibu dalam menyusui. Rekomendasi WHO / UNICEF pada pertemuan tahun 1979 di Genewa tentang makanan bayi dan anak yang berisikan : menyusukan merupakan bagian terpadu dari proses reproduksi yang memberikan makanan bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar biologik dan psikologik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Memberikan susu formula sebagai makanan tambahan dengan dalih apapun pada bayi baru lahir harus dihindarkan (Sarwono, 1994 : 264).
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan baik untuk bayi, tidak ada satupun makanan lain yang dapat menggantikan ASI, karena ASI mempunyai kelebihan yang meliputi 3 aspek yaitu : aspek gizi, aspek kekebalan, dan aspek kejiwaan, berupa jalinan kasih sayang yang penting untuk perkembangan mental dan kecerdasan anak. Pada usia 0 – 4 bulan bayi cukup diberi ASI saja (pemberian ASI ekslusif) karena produksi ASI pada periode tersebut sudah mencukupi kebutuhan bayi untuk tumbuh kembang yang sehat. (Departemen Kesehatan, 1995 : 23)
Pemberian makanan selain ASI pada umur 0 – 4 bulan dapat membahayakan bayi, karena bayi belum mampu memproduksi enzim untuk mencerna makanan selain ASI. Apabila pada periode ini bayi dipaksa menerima makanan selain ASI, akan timbul gangguan kesehatan pada bayi seperti diare, alergi dan bahaya lain yang fatal. Tanda bahwa ASI ekslusif memenuhi kebutuhan bayi antara lain : bayi tidak rewel, dan tumbuh sesuai dengan grafik pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Agar pemberian ASI ekslusif dapat berhasil, selain tidak memberikan makanan lain, perlu diperhatikan cara menyusui yang baik dan benar : tidak dijadwal, diberikan sesering mungkin. Kegagalan pemberian ASI eksklusif akan menyebabkan berkurangnya jumlah sel otot bayi sebanyak 15 – 20% sehingga menghambat perkembangan kecerdasan bayi pada tahap selanjutnya. Air Susu Ibu (ASI) mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang dan menjadi sehat sampai ia umur 4 bulan. (Dep Kes RI, 1995 : 24).
Setelah bayi berumur 4 bulan, ASI saja tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karenanya, setelah lewat umur 4 bulan, bayi perlu mendapat makanan tambahan atau Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) diberikan kepada bayi secara bertahap sesuai dengan pertumbuhan umur, pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya (Departemen Kesehatan RI, 1996 : 7).
Melihat begitu unggulnya ASI ekslusif, maka sangat disayangkan bahwa pada kenyataan penggunaan ASI ekslusif belum seperti yang kita harapkan. Penggunaan ASI yang dianjurkan adalah sampai umur 4 – 6 bulan, bayi hanya diberi ASI, kemudian pembuatan ASI diteruskan sampai umur 2 tahun bersama dengan makan tambahan. Kenyataan di Indonesia yang dilaporkan oleh demographic dan Healt Survey WHO tahun 1986 – 1989 walaupun prosentase bayi yang mendapat ASI cukup tinggi (96%) namun pemberian ASI secara ekslusif selama 4 – 6 bulan hanyalah 36%. Hal ini kebiasaan buruk dimiliki oleh masyarakat yaitu memberikan makanan selain ASI saja tanpa diselingi makanan lain sampai usia 0 – 4 bulan tidak mencukupi kebutuhan nutrisi bayi. (Rulina, 1992 : 211).
Hasil pra survey di desa Labuhan Ratu I penggunaan ASI secara ekslusif belum banyak diketahui oleh masyarakat, dimana dari 50 ibu yang sedang menyusui 37 orang telah memberikan makanan pendamping ASI sejak bayi berusia kurang dari 4 bulan. Jadi ibu yang menyusui telah memberikan makanan pendamping ASI sebelum waktunya. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan masyarakat yaitu apabila bayi hanya diberi ASI saja maka bayi akan kurus dan rewel.
Dari uraian pada latar belakang penulis ingin mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi diberikannya makanan pendamping ASI terlalu dini di Desa Labuhan Ratu I bulan Mei – Juni 2004.

B. Perumusan Masalah
Dari data yang ada dilatar belakang penulis dapat merumuskan masalah yang ada di Desa Labuhan Ratu I yaitu : “Faktor – faktor apakah yang mempengaruhi ibu menyusui dalam memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini ?”.


BAB II
PEMBAHASAN
Laporan Pendahuluan
Makanan Pendamping ASI
A. Pengertian
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai usia 4 bulan sampai 24 bulan. Semakin meningkat usia bayi/anak, kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah karena tumbuh kembang, sedangkan ASI yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan gizi. MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak. Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini.
Umur 6 bulan adalah saat terbaik anak mulai diberikan MPASI
1. Pemberian makan setelah bayi berumur 6 bulan memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit.
Hal ini disebabkan sistem imun bayi berusia kurang dari 6 bulan belum sempurna. Pemberian MP-ASI terlalu dini sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman. Belum lagi jika tidak disajikan higienis. Hasil riset terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa bayi yg mendapatkan MP-ASI sebelum ia berumur 6 bulan, lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yang hanya mendapatkan ASI eksklusif. Belum lagi penelitian dari badan kesehatan dunia lainnya.
2. Saat bayi berumur 6 bulan keatas, sistem pencernaannya sudah relatif sempurna dan siap menerima MPASI.
Beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung, pepsin, lipase, enzim amilase, dan sebagainya baru akan diproduksi sempurna pada saat ia berumur 6 bulan.
3. Mengurangi resiko terkena alergi akibat pada makanan
Saat bayi berumur kurang dari 6 bulan, sel-sel di sekitar usus belum siap untuk mengolah kandungan dari makanan. Sehingga makanan yg masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi.
4. Menunda pemberian MP-ASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari.
Proses pemecahan sari-sari makanan yg belum sempurna dalam usus bayi, pada beberapa kasus ekstrem ada juga yang memerlukan tindakan bedah akibat pemberian MP-ASI terlalu dini. Dan banyak sekali alasan lainnya mengapa MP-ASI baru boleh diperkenalkan pada anak setelah anak berumur 6 bulan.
Masih banyak yang mengenalkan MP-ASI pada bayi kurang dari 6 bulan
Kalo begitu kenapa masih banyak orangtua yang telah memberikan MP-ASI ke anaknya sebelum berumur 6 bulan. Banyak sekali alasan kenapa ortu memberikan MP-ASI sebelum anak berusia 6 bulan. Umumnya banyak ibu yang beranggapan kalau anaknya kelaparan dan akan tidur nyenyak jika diberi makan. Meski gak ada relevansinya banyak yg beranggapan ini benar.
Karena belum sempurna, sistem pencernaannya harus bekerja lebih keras untuk mengolah & memecah makanan. Kadang anak yang menangis terus dianggap sebagai anak belum kenyang. Padahal menangis bukan semata-mata tanda ia lapar.
Alasan lainnya juga bisa jadi juga tekanan dari lingkungan dan tidak ada dukungan seperti alasan di atas. Dan gencarnya promosi produsen makanan bayi yang belum mengindahkan ASI eksklusif 6 bulan.
Aturan MP-ASI setelah 6 bulan: Karena sebelum berusia 6 bulan mengandung resiko.
Sekali lagi tidak mungkin ada saran dari WHO & IDAI jika tidak dilakukan penelitian panjang. Lagipula tiap anak itu berbeda. Bisa tidak jadi masalah untuk kita tapi belum tentu untuk yang lain.
Bila pemberian MP-ASI pada anak terlalu dini. Banyak yang merasa “anak saya tidak masalah saat saya diiberikan makan dari umur 3 bulan”. Sehingga hal tersebut menjadi “excuse” atau alasan untuk tidak mengikuti aturan yang berlaku. Padahal aturan tersebut dibuat karena ada resiko sendiri. Lagipula penelitan tentang hal ini terus berlanjut. Saat ini mungkin pengetahuan dan hasil riset yang ada masih terbatas dan “kurang” bagi beberapa kalangan. Tapi di kemudian hari kita tidak tahu. Ilmu terus berkembang.
Dan satu hal yang penting. Aturan agar menunda memberikan MPASi pada anak kurang dari 6 bulan bukan hanya berlaku untuk bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Tetapi juga bagi bayi yg tidak mendapatkan ASI (susu formula atau mixed).
Semuanya akan kembali kepada ayah & ibu. Jika kita tahu ada resiko dibalik pemberian MP-ASI saat usia anak kurang dari 6 bulan, maka mengapa tidak kita menundanya. Apalagi banyak sekali penelitian & kasus yang mendukung hal tsb.
Apapun keputusan ibu & ayah, apakah mau memberikan MP-ASI saat anak berusia kurang atau lebih dari 6 bulan, alangkah baiknya dipertimbangkan dengan baik untung ruginya bagi anak, bukan bagi orang tuanya. Sehingga keputusan yang diambil adalah yg terbaik utk sang anak.
B. Latar belakang
Riset terbaru WHO pada tahun 2005 yang dikutip oleh Siswono (2006) menyebutkan bahwa 42% penyebab kematian balita di dunia adalah penyakit pneumonia sebanyak 58% terkait dengan malnutrisi, malnutrisi sering kali terkait dengan kurangnya asupan ASI (gizi online, 2007).
Keadaan kekurangan gizi pada bayi dan anak di sebabkan kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat (Media indo online, 2006).
Akibat rendahnya sanitasi dan hygiene MP-ASI memungkinkan terjadinya kontaminasi oleh mikroba, hingga meningkatkan resiko dan infeksi lain pada bayi, hasil penelitian widodo (2006) bahwa masyarakat pedesaan di Indonesia jenis MP-ASI yang umum diberikan kepada bayi sebelum usia 4 bulan adalah pisang (57,3%) dan rata-rata berat badan bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih besar dari pada kelompok bayi yang diberikan MP-ASI (Depkes online, 2007)
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) diberikan kepada bayi setelah berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi, selain MP-ASI, ASI pun harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan. Adapun hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan tambahan untuk bayi yaitu makanan bayi (termasuk ASI) harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi, dan diberikan kepada bayi yang telah berumur 4-6 bulan sebanyak 4-6 kali/hari, sebelum berumur dua tahun, bayi belum dapat mengkonsumsi makanan orang dewasa, makanan campuran ganda (multi mix) yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, dan sumber vitamin lebih cocok bagi bayi (Krisnatuti, 2007).
C. Persyaratan MP ASI
Kriteria yang harus dimiliki oleh MP-ASI adalah sebagai berikut:
 Nilai gizi dan kandungan proteinnya tinggi.
 Memiliki nilai suplementasi yang baik, mengandung vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup.
 Dapat diterima dengan baik.
 Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara lokal.
 Bersifat pada gizi
Kandungan serat kasar / bahan lain sukar dicerna terlalu banyak justru akan mengganggu pencernaan bayi.


D. Cara Pemberian MP- ASI pada bayi
• Berikan secara hati-hati sedikit demi sedikit dari bentuk encer kemudian yang lebih kental secara berangsur – angsur.
• Makanan diperkenalkan satu persatu sampai bayi benar-benar dapat menerimanya.
• Makanan yang dapat menimbulkan alergi diberikan paling terakhir dan harus dicoba sedikit demi sedikit misalnya telur, cara pemberiannya kuningnya lebih dahulu setelah tidak ada reaksi alergi, maka hari berikutnya putihnya.
• Pada pemberian makanan jangan dipaksa, sebaliknya diberikan pada waktu lapar ( Notoatmodjo, 1998: 138 ).

E. Ciri bayi yang telah siap untuk mulai diberikan MP-ASI :
• bayi sudah bisa duduk dan menyangga kepalanya.
• bayi menunjukkan ketertarikannya terhadap makanan yang diberikan dengan memajumundurkan kepalanya.
(Dirangkum dari artikel Luluk Lely I, 2005)
F. Jenis Jenis MP-ASI
Umur Jenis makanan Berapa kali diberikan
0 – 4 / 6 bulan • ASI 10 – 12 kali sehari
Kira-kira 6 bulan • ASI
• Bubur lunak / sari buah
• Bubur : bubur Havernout/ bubur tepung beras merah Setiap kali diminta
1 – 2 kali sehari
Kira-kira 7 bulan • ASI
• Buah – buahan
• Hati ayam / kacang – kacangan
• Beras merah / ubi
• Sayuran (wortel, bayam)
• Minyak / santan / advokad
• Air tajin Setiap kali diterima
3 kali sehari
Kira – kira 9 bulan • ASI
• Buah – buahan
• Bubur / roti
• Daging / kacang-kacangan/ ayam/ ikan
• Beras merah/ kentang/ labu/jagung
• Kacang tanah
• Minyak / santan / advokat
• Sari buah tanpa gula
• ASI
Kapan diterima
4 – 6 kali sehari
Kira – kira 12 bulan lebih • Makanan pada umumnya, termasuk telur dengan kuningnya
• Jeruk Kapan diterima

G. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian MPASI :
o Perhatikan kebersihan alat makan.
o Membuat makanan secukupnya.
o Berikan makanan dengan sebaik-baiknya.
o Buat variasi makanan.
o Ajak makan bersama anggota keluarga lain.
o Jangan memberi makanan dekat dengan waktu makan.
o Makanan berlemak menyebabkan rasa kenyang yang lama.

H. CARA PENGELOLAAN MAKANAN BAYI
Bayi setelah lahir sebaiknya diberikan ASI, namun seiring dengan tumbuh kembang diperlukan makanan pendamping ASI.
 Tabel 2. Definisi Pemberian Makanan Bayi
Pemberian ASI Eksklusif
(Exclusive breastfeeding) Bayi hanya diberikan ASI tanpa makanan atau minuman lain termasuk air putih, kecuali obat, vitamin dan mineral dan ASI yang diperas.
Pemberian ASI Predominan
(Predominant breastfeeding) Selain mendapat ASI, bayi juga diberi sedikit air minum, atau minuman cair lain, misal air teh.
Pemberian ASI Penuh
(Full breastfeeding) Bayi mendapat salah satu ASI eksklusif atau ASI predominan.
Pemberian Susu Botol
(Bottle feeding) Cara pemberian makan bayi dengan susu apa saja, termasuk juga ASI diperas dengan botol.
Pemberian ASI Parsial
(Artificial feeding) Sebagian menyusui dan sebagian lagi susu buatan/ formula atau sereal atau makanan lain.
Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) tepat waktu (Timely complementary feeding) Memberikan bayi makanan lain disamping ASI ketika waktunya tepat yaitu mulai 6 bulan.
 Tabel 3. Rekomendasi Pemberian Makanan Bayi
Mulai menyusui Dalam waktu 30-60 menit setelah melahirkan.
Menyusui eksklusif Umur 0-6 bulan pertama.
Makanan pendamping ASI (MPASI) Mulai diberikan pada umur antara 4-6 bulan (umur yang tepat bervariasi, atau bila menunjukkan kesiapan neurologis dan neuromuskuler).
Berikan MPASI Pada semua bayi yang telah berumur lebih dari 6 bulan.
Teruskan pemberian ASI Sampai anak berumur 2 tahun atau lebih.
 Tabel 4. Jadwal Pemberian Makanan pada Bayi
Umur Macam makanan Pemberian selama 24 jam
1-2 minggu
3 mg s/d 3 bulan
3 bulan
4-5 bulan
6 bulan
7-12 bulan ASI atau
Formula adaptasi
ASI atau
Formula adaptasi
ASI atau
Formula adaptasi
Jus buah
ASI atau
Formula adaptasi
Bubur susu
Jus buah
ASI atau
Formula adaptasi
Bubur susu
Jus buah
ASI atau
Formula adaptasi
Bubur susu
Nasi tim
Jus buah Sesuka bayi
6-7 kali 90 ml
Sesuka bayi
6 kali 100-150 ml
Sesuka bayi
5 kali 180 ml
1-2 kali 50-75 ml
Sesuka bayi
4 kali 180 ml
1 x 40-50 g bubuk
1 kali 50-100 ml
Sesuka bayi
3 kali 180-200 ml
2 x 40-50 g bubuk
1 kali 50-100 ml
Sesuka bayi
2 kali 200-250 ml
2x 40- 50 g bubuk
1 x 40-50 g bubuk
1-2 kali 50-100 ml

I. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI
Hal-hal yang perlu diperhatikan supaya pengaturan makan untuk bayi dan anak dapat berhasil dengan baik adalah sebagai berikut :
1. Kerjasama ibu dan anak.
Dimulai pada saat kelahiran bayi dilanjutkan sampai dengan anak mampu makan sendiri. Makanan hendaknya menyenangkan bagi anak dan ibu. Ibu yang tegang, cemas, mudah marah merupakan suatu kecenderungan untuk menimbulkan kesulitan makan pada anak.
2. Memulai pemberian makan sedini mungkin.
Pemberian makan sedini mungkin mempunyai tujuan menunjang proses metabolisme yang normal, untuk pertumbuhan, menciptakan hubungan lekat ibu dan anak, mengurangi resiko terjadinya hipoglikemia, hiperkalemi, hiperbilirubinemia dan azotemia.
3. Mengatur sendiri.
Pada awal kehidupannya, seharusnya bayi sendiri yang mengatur keperluan akan makanan. Keuntungannya untuk mengatur dirinya sendiri akan kebutuhan zat gizi yang diperlukan.
4. Peran ayah dan anggota keluarga lain.
5. Menentukan jadwal pemberian makanan bayi.
6. Umur.
7. Berat badan.
8. Diagnosis dari penyakit dan stadium (keadaan).
9. Keadaan mulut sebagai alat penerima makanan.
10. Kebiasaan makan (kesukaan, ketidaksukaan dan acceptability dari jenis makanan dan toleransi daripada anak terhadap makanan yang diberikan).
J. PENGARUH STATUS GIZI SEIMBANG BAGI BAYI
Tumbuh kembang anak selain dipengaruhi oleh faktor keturunan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Adapun faktor lingkungan yang berpengaruh adalah masukan makanan (diet), sinar matahari, lingkungan yang bersih, latihan jasmani dan keadaan kesehatan. Pemberian makanan yang berkualitas dan kuantitasnya baik menunjang tumbuh kembang, sehingga bayi dapat tumbuh normal dan sehat/ terbebas dari penyakit.
Makanan yang diberikan pada bayi dan anak akan digunakan untuk pertumbuhan badan, karena itu status gizi dan pertumbuhan dapat dipakai sebagai ukuran untuk memantau kecukupan gizi bayi dan anak. Kecukupan makanan dan ASI dapat dipantau dengan menggunakan KMS. Daerah diatas garis merah dibentuk oleh pita warna kuning, hijau muda, hijau tua, hijau muda dan kuning. Setiap pita mempunyai nilai 5 % perubahan baku. Diatas kurve 100 % adalah status gizi lebih. Diatas 80 % sampai dengan batas 100 % adalah status gizi normal, yang digambarkan oleh pita warna hijau muda sampai hijau tua.
K. DAMPAK KELEBIHAN DAN KEKURANGAN GIZI PADA BAYI
Makanan yang ideal harus mengandung cukup energi dan zat esensial sesuai dengan kebutuhan sehari-hari. Pemberian makanan yang kelebihan akan energi mengakibatkan obesitas, sedang kelebihan zat gizi esensial dalam jangka waktu lama akan menimbulkan penimbunan zat gizi tersebut dan menjadi racun bagi tubuh. Misalnya hipervitaminosis A, hipervitaminosis D dan hiperkalemi.
Sebaliknya kekurangan energi dalam jangka waktu lama berakibat menghambat pertumbuhan dan mengurangi cadangan energi dalam tubuh sehingga terjadi marasmus (gizi kurang/ buruk). Kekurangan zat esensial mengakibatkan defisiensi zat gizi tersebut. Misalnya xeroftalmia (kekurangan vit.A), Rakhitis (kekurangan vit.D).




Daftar pustaka
1. Solid Food in Early Infancy increases risk of Eczema, from original source : Fergusson DM et al Early solid feeding and recurrent childhood eczema: a 10-year longitudinal study Pediatrics 1990 Oct; 86:541-546.[ Medline abstract][Download citation]
2. World Health Organization (WHO). Infant Feeding Guidelines. 2003. Information for Health Professionals on Infant Feeding. www.who.int/ health_topics/ breastfeeding/ en/
3. World Health Organization (WHO). 2003. Global Strategy for Infant and Young Child Feeding. www.who.int
4. World Health Organization (WHO). Complementary feeding. Report of the global consultation. Summary of guiding principles. Geneva, 10-13 December 2001. www.who.int

Tidak ada komentar:

Posting Komentar