Laman

Minggu, 14 Oktober 2012

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI NY “L” UMUR 30 TAHUN P2A1 POST CURRETAGE HARI KE-6 DENGAN PARAMETRITIS DI RSUD SOSODORO DJATIKOESOEMO

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI NY “L” UMUR 30 TAHUN P2A1 POST CURRETAGE HARI KE-6 DENGAN PARAMETRITIS DI RSUD SOSODORO DJATIKOESOEMO Dosen Pembimbing : NINIK SULISTYANI,SST.M.Kes Oleh Endometrium : 1. Erna dwi martina 2. Ervina W.D 3. Erwin wijayanti 4. Heni sri handayani 5. Indah lestarini 6. Indrawati 7. Insani miftachul janah AKADEMI KESEHATAN RAJEKWESI BOJONEGORO PRODI D III KEBIDANAN TAHUN AKADEMIK 2011/2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyusun tugas makalah ASKEB IV PATOLOGI dengan materi ” PARAMETRITIS”. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada NINIK SULISTYANI,SST.M.Kes selaku dosen pembimbing ASKEB IV Patologi yang telah membimbing kami dalam penyusunan tugas ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan tugas Askeb ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di waktu yang akan datang. Semoga tugas yang telah disusun ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Bojonegoro, 07 Maret 2012 Penyusun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Parametrium adalah jaringan renggang yang dapat ditemukan disekitar uterus. Jaringan ini memenjang sampai ke sisi-sisi serviks dank e pertengahan lapisan-lapisan ligament besar. Parametritis merupakan infeksi pada jaringan pelvis. Parametritis ini dapat terjadi melalui beberapa jalan diantaranya adalah : Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi, terjadi qkibat pelebaran dari endometritis, penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas dapat mencapai ke dasar ligamentum, serta penyebaran sekunder dari tromboflebitis. Pada parametritis yang ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari seminggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan parametritis. Pada perkembangan proses peradangan lebih lanjut gejala-gejala parametritis menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa Pengertian dari parametritis? 2. Apa tanda dan gejala dari parametritis? 3. Apa penyebab dari parametritis? 4. Bagaimana cara mendiagnosis dari parametritis? 5. Bagaimana prognosis dari parametritis? 6. Bagaimana pencegahan, pengobatan dan penanganan dari parametritis? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui Pengertian dari parametritis 2. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari parametritis 3. Untuk mengetahui penyebab dari parametritis 4. Untuk mengetahui cara mendiagnosis dari parametritis 5. Untuk mengetahui prognosis dari parametritis 6. Untuk mengetahui pengobatan dari parametritis BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Parametrium adalah jaringan renggang yang dapat ditemukan disekitar uterus. Jaringan ini memenjang sampai ke sisi-sisi serviks dank e pertengahan lapisan-lapisan ligament besar. Parametritis merupakan infeksi pada jaringan pelvis. Parametritis ini dapat terjadi melalui beberapa jalan diantaranya adalah : 1. Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi 2. Terjadi qkibat pelebaran dari endometritis. 3. Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas dapat mencapai ke dasar ligamentum. 4. Penyebaran sekunder dari tromboflebitis. Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Bila menjalar ke atas, pada perabaan dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa iliaka. Pada parametritis ringan dapat menyebabkan meningginya suhu saat nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari seminggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan parametritis. Pada perkembangan proses peradangan lebih lanjut gejala-gejala parametritis menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu dapat tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik turun disertai dengan menggigil. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri, dan pada akhirnya terdapat parametrium yang kaku. Jika sampai terjadi abses, nanah harus dikeluarkan dikarenakan selalu ada bahaya bahwa abses mencari jalan ke rongga perut yang menyebabkan peritonitis, ke rectum, atau ke kandung kencing. 2.2 Tanda dan gejala 2.2.1 Suhu tinggi dalam beberapa waktu lalu naik turun 2.2.2 Teraba tahanan padat dan nyeri perut 2.2.3 Timbul abses 2.3 Penyebab 2.3.1 Dari endometritis dengan 3 cara : 2.3.1.1 Percontinuitatum : endometritis → metritis → parametitis. 2.3.1.2 Lymphogen 2.3.1.3 Haematogen : phlebitis → periphlebitis → parametritis 2.3.2 Dari robekan serviks 2.3.3 Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD ) 2.4 Diagnosis 2.4.1 Demam 2.4.2 Nyeri tekan pada kedua sisi atau salah satu abdomen 2.4.3 Nyeri tekan yang cukup terasa ketika pemeriksaan vagina 2.5 Prognosis Menurut derajatnya septicemia merupakan infeksi yang paling berat dengan mortalitas tinggi, dan yang segera diikuti oleh peritonitis umum. Pada Pelvioperitonitis dan Sellulitis pelvis bahaya kematian dapat diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Abses memerlukan tindakan untuk mengeluarkan nanahnya. 2.6 Pengobatan Antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan infeksi nifas. Karena pemeriksaan-pemeriksaan ini memerlukan waktu, maka pengobatan perlu dimulai tanpa menunggu hasilnya. Dalam hal ini dapat diberikan penicillin dalam dosis tinggi atau antibiotika dengan spectrum luas, seperti ampicillin dan lain-lain. Disamping pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan untuk mempertinggi daya tahan badan tetap perlu dilakukan. Perawatan baik sangat penting, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan hendaknya diberikan dengan cara yang cocok dengan keadaan penderita, dan bila perlu transfusi darah dilakukan. Pada sellulitis pelvika dan pelvioperitonitis perlu diamat-amati dengan seksama apakah terjadi abses atau tidak. Jika terjadi abses, abses harus dibuka dengan menjaga supaya nanah tidak masuk kedalam rongga peritoneum dan pembuluh darah yang agak besar tidak sampai dilukai. Pengobatannya antara lain: a) Antibiotic seperti benzilpenisilin yang ditambah dengan gentamisin dan mitronidazol b) Jika perlu diberi obat pereda nyeri seperti pethidine 50-100 mg tiap 6 jam c) Jika ibu tidak membaik dalam 2 atau 3 hari, ibu harus segera di bawa ke rumah sakit daerah. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Parametritis adalah infeksi yang terjadi pada alat genetalia interna wanita yang berbahaya jika tidak terdeteksi secara dini. Sehingga diperlukan pencegahan intensif meliputi: Keadaan gizi juga merupakan factor penting, karenanya diet yang baik harus diperhatikan, dan yang paling utama ialah kebersihan dari genetaliaitu sendiri. 3.2 Saran Dalam mengurangi angka kejadian parametritis sebaiknya para wanita menjaga personal hygine serta melakukan pemeriksaan secara rutin pada tenaga kesehatan,apalagi bila ada keluhan – keluhan yang dirasakan pada bagian perut dan alat genetalia. Mengkonsumsi makan-makanan yang bergizi seimbang. DAFTAR PUSTAKA 1. http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/infeksi-nifas.html 2. http://info.g.excess.com/id/Askeb_%28Asuhan_Kebidanan%29/PARAMETRITIS_%28SELLULITIS_PELVIKA%29.info 3. http://irma1985.wordpress.com/2009/11/28/radang-genitalia-pada-wanita/ 4. http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/03/askep-ibu-dengan-gangguan-sistem.html 5. http://obstetriginekologi.com/salpingo-ooforitis-dan-parametritis ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “L” P2A1 DENGAN PARAMETRITIS Di RUANG NIFAS, RSUD SOSODORO DJATIKOESOEMO BOJONEGORO I. Pengkajian Tanggal: 30 Februari 2012, Jam : 09.00 WIB 1.1. DATA SUBJEKTIF a. Identitas klien Nama : Ny “L” Nama : Tn “T” Umur : 30 tahun Umur : 36 tahun Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/WNI Agama : Islam Agama : Islam Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA Pekerjaan : - Pekerjaan : Swasta Penghasilan : Penghasilan : - Alamat : Desa Kanor RT 08/02, Bojonegoro b. Keluhan Utama Ibu mengeluh nyeri pada perut bagian kanan. c. Riwayat kesehatan yang lalu Ibu demam sejak 6 hari yang lalu d. Riwayat kesehatan keluarga Tidak ada riwayat penyakit mrnular, turunan ataupun penyakit menahun. e. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas Kehamilan Persalinan Nifas No UK Tempt partus Pylt Jns psl Penol L/P BBL H/M Usia sekarang 1 9 bulan RS - Spt B Dr L 3500 gr H 6 tahun Normal 2 abortus RS - curretase Dr - - - - - f. Riwayat KB Ibu menggunakan KB jenis sntik 3 bulanan selama ± 5 tahun g. Pola kebiasaan sehari-hari No. Pola Selama sakit 1. Nutrisi Makan : makan 3x sesuai porsi di RS Minum : air teh ± 2 gelas, air putih 1 gelas 2. Eliminasi BAK : 1x /hari konsistensi agak keras, bau khas, warna kekuningan BAK : 5-6 x / hari bau khas, warna kekuningan. 3. Istirahat Siang : 30 menit s/d 1 jam Malam : 6 s/d 7 jam sesekali bangun 4. Kebersihan Pagi hari mandi, sore hari sibin. Ganti baju 2 kali. 5. Kebiasaan Ibu banyak berbaring selama ada di RS 6. Rekreasi - 7. Seksualitas - h. Latar belakang social budaya Ibu pantang makanan tertentu setelahdilakukan curettage. 1.2 DATA OBJEKTIF a. KU : baik b. Kesadaran : composmentis c. BB/TB : 58 kg/155 cm d. Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmHg, S : 386 0C, N : 100 x/menit, RR : 24 x/mnt e. Muka : tidak oedem, tidak pucat f. Mata : konjunggtiva tidak anemis, sklera putih, pupil normal g. Hidung : tidak ada polip h. Telinga :tidak ada nanah / tanda infeksi, pendengaran normal i. Mulut : tidak ada caries, lidah bersih j. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar troid ataupun pembendungan vena k. Dada : tidak terdapat massa abnormal l. Perut : terdapat nyeri tekan prut bagian kanan. m. Genetalia : 1) Eksterna : bersih, tidak ada varices, tidak ada condiloma, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini dan kelenjar scene, lochea sanguilenta  30 cc. 2) Internal (inspekulo) : tidak ada pus, tidak nampak massa/tumor,lochea sanguilenta, 3) Portio : tertutup, tidak ada nyeri, teraba licin n. Ekstremitas : tidak oedem, tidak ada varises o. Laboratorium 1) Haematologi 2) Haemoglobin : 7g/dl (L : 13,4 – 17 ; p : 11,4 – 15) 3) Leococyt : 11.800 /mm3 (4800 – 10.700) 4) Erytrocyt : - 5) Trombocyt : 88.000/mm3 (150.000 – 350.000) 6) HB 12 gr/% p. USG terdapat infiltrate pada kanan uteri 1.3 ANALISA DATA P2A1 Post partum hari ke-6 dengan parametritis 1.4 PENATALAKSANAAN 1. Melakukan pendekatan pada klien dan keluarga, dengan berkomunikasi secara sopan dan santun serta komunikatif, ibu kooperatif dengan tenaga kesehatan. 2. Memberi tahu mengenai hasil pemerikasaan, TD:110/70, suhu: 370C, N: 88x/menit, RR: 21x/menit, KU ibu baik 3. Menganjurkan klien untuk tidak pantang makanan, seperti telur ataupun makanan yang bergizi lainnya, makanan bergizi baik untuk mempercepat proses pemulihan tenaga ibu setalah bersalin, ibu melakukan anjuran nakes. 4. Mengajarkan klien tentang personal hygiene, dengan membasuh genetalia dengan air biasa lalu dikeringkan, saat BAk gerakan tangan dari belakang ke depan, jika BAB gerakan tangan dari depan ke belakang, ibu memahami dan mengerti yang diajarkan oleh nakes 5. Menganjurkan keluarga untuk pemberian kompres air hangat, bila suhu ibu meninggi, keluarga melakukan anjuran nakes 6. Melakukan kolaborasi dengan tim medis, pemberian antibiotic sesuai advis yang diberikan oleh dokter, advis dijalankan.

Kamis, 01 Maret 2012

tugas individu bagan organisasi

STRUKTUR BENTUK BAGAN ORGANISASI
1. Bagan Pohon
Bagan organisasi bentuk pohon adalah dimana suatu organisasi yang berbentuk menyerupai pohon, dimana tingkatan kekuasaan atau wewenang paling tinggi ada di paling atas sedangkan tingkatan menengah dan bawahan bercabang-cabang ada di bagian bawah menyerupai batang atau akar pohon.

Gb : Struktur Organisasi Bentuk Pohon

2. Bentuk Vertikal
Bagan organisasi bentuk vertikal atau menurun adalah bentuk yang agak meyerupai bentuk piramid dalam hal pelimpahan kekuasaan dari atas ke bawah, hanya bagian vertikal berwujud tegak sepenuhnya.


3. Bentuk Piramid
Bagan organisasi bentuk Piramid adalah suatu organisasi dimana bentuk bagan organisasi tersebut menyerupai piramid. Dimana suatu pimpinan tertinggi ada di paling atas piramid dan tingkatan pimpinan menengah dan bawahan ada di bagian-bagian bawah. Bentuk piramid sering kali dipakai di organisasi-organisasi, karna bentuk piramid ini mudah dimengerti dan dipahami. Type piramid memiliki ciri-ciri antara lain ialah:
a. Memiliki jumlah organisasi yang tidak banyak sehingga tingkat-tingkat hirarki kewenangan sedikit.
b. Jumlah pekerja (bawahan) yang harus dikendalikan cukup banyak
c. Pada jumlah jabatan sedikit sebab tingkat tingkat relatifnya kecil

Gb : Struktur Bagan Bentuk Piramid


Struktur bagan bentuk pyramid memiliki 2 macam yaitu :
a. Piramida Mendatar (flat)
Piramida mendatar mempunyai ciri-ciri diantaranya :
1. Jumlah satuan organisasi tidak banyak sehingga tingkat-tingkat hararki kewenangan sedikit.
2. jumlah pekerja(bawahan) yang harus dikendalikan cukup banyak
3. Format jabatan untuk tingkat pimpinan sedikit karena jumlah pimpinan relatif kecil,di negara kita bisa kita lihat misal nya organisasi kemiliteran.

b. Piramida Terbalik
Organisasi piramida terbalik adalah jumlah jabatan pimpinan lebih besar daripada jumlah pekerja. Organisasi ini hanya cocok untuk organisasi-organisasi yang pengangkatan pegawainya berdasarkan atas jabatan fungsional seperti organisasi-organisasi/ lembaga seperti lembaga penelitian, lembaga-lembaga pendidikan.


TUGAS INDIVIDU
ORGANISASI DAN MANAGEMEN DALAM
PELAYANAN KESEHATAN
(Struktur Bentuk Bagan Organisasi)




Dosen Pembimbing :
Anis Qomariyah, S.Psi

Disusun Oleh :
Insani Miftachul Janah
09.02.136

PRODI DIII KEBIDANAN
AKADEMI KESEHATAN RAJEKWESI BOJONEGORO
TAHUN AKADEMIK 2011/2012

LP dan ASKEB CA mammae


LAPORAN PENDAHULUAN KANKER PAYUDARA

1. Pengertian
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005, hal : 39-40)
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Harianto, dkk)
Anatomi fisiologi
1. Anatomi payudara
Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.
2. Fisiologi payudara
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
3. Insiden
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar dan kanker lambung dan kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kelenjar getah bening, kulit dan kanker nasofaring (Anaonim, 2004).
Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Data terakhir menunjukkan bahwa kematian akibat kanker payudara pada wanita menunjukkan angka ke 2 tertinggi penyebab kematian setelah kanker rahim. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Harianto, dkk).

2. Etiologi
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :
1. Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.
2. Masa reproduksi yang relatif panjang.
1. Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.
2. Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun)
3. Wanita yang belum mempunyai anak
Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan wanita yang sudah punya anak.
4. Kehamilan dan menyusui
Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.
5. Wanita gemuk
Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.
6. Preparat hormon estrogen
Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.
7. Faktor genetik
Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. (Erik T, 2005, hal : 43-46).

3. Patofisiologi
Kanker payudara bukan satu-satunya penyakit tapi banyak, tergantung pada jaringan payudara yang terkena, ketergantungan estrogennya, dan usia permulaannya. Penyakit payudara ganas sebelum menopause berbeda dari penyakit payudara ganas sesudah masa menopause (postmenopause). Respon dan prognosis penanganannya berbeda dengan berbagai penyakit berbahaya lainnya.
Beberapa tumor yang dikenal sebagai “estrogen dependent” mengandung reseptor yang mengikat estradiol, suatu tipe ekstrogen, dan pertumbuhannya dirangsang oleh estrogen. Reseptor ini tidak manual pada jarngan payudara normal atau dalam jaringan dengan dysplasia. Kehadiran tumor “Estrogen Receptor Assay (ERA)” pada jaringan lebih tinggi dari kanker-kanker payudara hormone dependent. Kanker-kanker ini memberikan respon terhadap hormone treatment (endocrine chemotherapy, oophorectomy, atau adrenalectomy). (Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1589)

4. Gejala klinik
Gejala-gejala kanker payudara antara lain, terdapat benjolan di payudara yang nyeri maupun tidak nyeri, keluar cairan dari puting, ada perlengketan dan lekukan pada kulit dan terjadinya luka yang tidak sembuh dalam waktu yang lama, rasa tidak enak dan tegang, retraksi putting, pembengkakan lokal. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, Harianto, dkk)
Gejala lain yang ditemukan yaitu konsistensi payudara yang keras dan padat, benjolan tersebut berbatas tegas dengan ukuran kurang dari 5 cm, biasanya dalam stadium ini belum ada penyebaran sel-sel kanker di luar payudara. (Erik T, 2005, hal : 42)
5. Klasifikasi kanker payudara
1. Tumor primer (T)
1. Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan
2. To : Tidak terbukti adanya tumor primer
3. Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor
4. T1 : Tumor < 2 cm
a. T1a : Tumor < 0,5 cm
b. T1b : Tumor 0,5 – 1 cm
c. T1c : Tumor 1 – 2 cm
5. T2 : Tumor 2 – 5 cm
6. T3 : Tumor diatas 5 cm
7. T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax atau kulit.
a. T4a : Melekat pada dinding dada
b. T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange, satelit
c. T4c : T4a dan T4b
d. T4d : Mastitis karsinomatosis
8. Nodus limfe regional (N)
a. Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
b. N0 : Tidak teraba kelenjar axila
c. N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak melekat.
d. N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.
e. N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral
9. Metastas jauh (M)
a. Mx : Metastase jauh tidak dapat ditemukan
b. M0 : Tidak ada metastase jauh
c. M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

Stadium kanker payudara :
1. Stadium I
Tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus terkena (LN) atau penyebaran luas.
2. Stadium IIa
Tumor kurang dari 5 cm, tanpa keterlibatan LN, tidak ada penyebaran jauh. Tumor kurang dari 2 cm dengan keterlibatan LN
3. Stadium IIb
Tumor kurang dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. Tumor lebih besar dari 5 cm tanpa keterlibatan LN
4. Stadium IIIa
Tumor lebih besar dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. semua tumor dengan LN terkena, tidak ada penyebaran jauh
5. Stadium IIIb
Semua tumor dengan penyebaran langsung ke dinding dada atau kulit semua tumor dengan edema pada tangan atau keterlibatan LN supraklavikular.
6. Stadium IV
Semua tumor dengan metastasis jauh.

(Setio W, 2000, hal : 285)


6. Pemeriksaan diagnostik
i. Mammagrafi, yaitu pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal dari payudara, hal ini mendeteksi secara dini tumor atau kanker.
ii. Ultrasonografi, biasanya digunakan untuk membedakan tumor sulit dengan kista.
iii. CT. Scan, dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain
iv. Sistologi biopsi aspirasi jarum halus
v. Pemeriksaan hematologi, yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.
(Michael D, dkk, 2005, hal : 15-66)

7. Pencegahan
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya benjolan di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum menstruasi, payudara agak membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan. Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :
1. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.
2. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara.
3. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa lagi.
4. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.
5. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan (www.vision.com jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Ramadhan)
8. Penanganan
a. Pembedahan
1. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran). Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena).
2. Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor.
3. Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksial
4. Mastektomi radikal
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya : seluruh isi aksial.
5. Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna.
b. Non pembedahan
1. Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila
2. Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.
3. Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi adrenalektomi hipofisektomi.
(Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1596 – 1600)









Daftar Pustaka:

1. Doenges M., (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta
2. Dixon M., dkk, (2005), Kelainan Payudara, Cetakan I, Dian Rakyat, Jakarta.
3. Mansjoer, dkk, (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta.
4. Sjamsuhidajat R., (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta
5. Tapan, (2005), Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplementer, Elex Media Komputindo, Jakarta.

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. D
DENGAN CA MAMMAE

IDENTITAS
ISTRI
Nama : Ny. D Nama : Tn. H
Umur : 40 th Umur : 42 th
Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Ds. Ngumpak Dalem, RT/RW 02/03, Dander, Bojonegoro
DATA
- Terasa tegang dan tidak nyaman pada payudara serta terdapat benjolan pada payudara sebelah kiri.
- Ibu dari Ny. D sebelumnya pernah mengalami kanker payudara dan dan dilakukan pembedahan serta masih menjalani perawatan
- Ibu menggunakan pil KB selama ± 5 tahun
- Ibu mengetahui mengenai tanda dan gejala kanker payudara
- KU : cukup Baik
- TD : 130/90 mmHg, N:78 x/mnt, R: 20 x/mnt
- BB : 65 kg
- Payudara terlihat bengkak, kulit payudara terlihat keriput (seperi kulit jeruk),
- Nyeri saat palpasi payudara, benjolan ± 5 cm padapayudara kiri
- Kesimpulan :
 Keadaan umum ibu cukup baik

ANALISA DATA
Ny. D dengan Kanker Payudara Stadium III

PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan, KU ibu baik,TD 130/90 mmHg, payudara bengkak, benjolan ± 5 cm pada payudara kiri, ibu memahami
2. Melakukan pemeriksaan lebih lanjut, melakukan mammografi, CT scan, Ultrasonografi, biopsy jaringan, ibu dapat memahami.
3. Kolaborasi dengan dokter, advise : Pengangkatan jaringan kanker dari payudara kiri, penyinaran, kemoterapi,

Makalah tingkat kesuburan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Masalah Kesuburan
Masalah kesuburan merupakan suatu hal yang sangat mengganggu bahkan bisa mengancam keutuhan suatu rumah tangga. Masalah kesuburan terjadi akibat terganggunya sistem reproduksi pada wanita dan terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas sperma pada pria. Sebuah penelitian menyatakan bahwa masalah kesuburan terjadi pada 40% akibat perempuan, 40% akibat laki-laki dan 30% akibat keduanya.
Masalah Kesuburan atau infertilitas dapat ditegakan jika sebuah pasangan suami isteri dalam jangka waktu 2 tahun belum juga dikaruniai kehamilan sedangkan mereka tidak menggunakan alat kontrasepsi. Jika hal ini terjadi, jelas terjadi masalah kesuburan yang cukup serius yang harus segera dikonsultasikan ke dokter untuk mengetahui siapa yang memiliki masalah kesuburan dan dilakukan treatment atau terapi untuk penyembuhan. Berikut beberapa penyebab masalah-masalah kesuburan yang terjadi baik pada laki-laki ataupun perempuan.
2.2 Penyebab Terjadinya Masalah-Masalah Kesuburan pada Laki-laki
 Kelainan Genetik
Meskipun amat jarang, ketidaksuburan pria dapat disebabkan oleh kelainan genetik seperti cystic fibrosis. Gangguan genetik meliputi kelainan pada kromosom seks, yang terjadi pada sindrom Klinefelter.

 Gangguan Hormonal
Gangguan hormonal yang terjadi dapat menghalangi produksi sperma. Untuk merangsang testis menghasilkan sperma, dibutuhkan hormon yang dihasillkan oleh kelenjar ptituari. Bila hormon tersebut tidak ada, atau jumlahnya menurun dalam jumlah yang signifikan maka sudah barang tentu kinerja testis tidak akan sempurna.

 Varikokel
Adalah terjadinya pelebaran Pembuluh Darah Vena di sekitar Buah Zakar. Hal ini biasanya terindikasikan dengan adanya benjolan pada bagian atas buah zakar dan biasanya terjadi pada sebelah kiri.

 Sumbatan Saluran Sperma
Biasanya disebabkan bawaan lahir karena tidak terbentuknya sebagian saluran sperma. Selain itu infeksi juga dapat menyebabkan terjadinya sumbatan saluran sperma. Infeksi pada saluran reproduksi dapat disebabkan oleh bakteri melalui penyakit menular seksual. Jika memang disebabkan karena infeksi bakteri mungkin akan terjadi sumbatan akibat perlekatan dari saluran reproduksi pria.

 Impotensi
Agar bisa tegak, penis memerlukan aliran darah yang cukup. Karena itu penyakit pembuluh darah (misalnya aterosklerosis) bisa menyebabkan impotensi. Impotensi juga bisa terjadi akibat adanya bekuan darah atau akibat pembedahan pembuluh darah yang menyebabkan terganggunya aliran darah arteri ke penis. Kerusakan saraf yang menuju dan meninggalkan penis juga bisa menyebabkan impotensi.

 Kebiasaan Merokok
Merokok dapat menambah risiko kemandulan dan disfungsi ereksi pada pria. Nikotin membuat darah mengental sehingga tidak bisa beredar dengan lancar, termasuk di pembuluh darah alat kelamin. Akibatnya, muncul gangguan seksual seperti ejakulasi dini, ereksi tidak sempurna, bahkan impotensi.

 Kebiasaan Minum Beralkohol
Alkohol dalam jumlah besar dapat menurunkan kadar hormon testoteron sehingga mengganggu produksi sperma.

 Pengaruh Radiasi
Radiasi akan memberikan efek negatif terhadap konsentrasi dan kualitas sperma. Selain itu sperma yang terkena pengaruh radiasi akan memiliki gerakan berenang yang kurang baik yang akan mengurangi kesempatan untuk pembuahan.

 Pengaruh Obat
Beberapa jenis obat bisa mempengaruhi tingkat kesuburan. Obat-obatan seperti antibiotika, pereda rasa sakit, obat penenang, dan obat hormonal dapat menurunkan tingkat kesuburan pria.
2.3 Penyebab Terjadinya Masalah-Masalah Kesuburan pada Perempuan
• Sumbatan pada saluran telur
Sumbatan saluran telur disebabkan antara lain adanya perlengketan pada sekitar saluran telur, hal ini sebagai akibat dari pernah terkena IMS dan radang panggul sehingga menghambat pertemuan sel telur dengan sperma.
• Endometriosis
Yaitu sel selaput lendir rahim yang tumbuh pada tempat yang tidak semestinya, yaitu di indung telur. Hal ini dapat menimbulkan perlengketan pada sekitar saluran telur atau pada organ reproduksi lainnya.
• Kelainan lendir leher rahim
Terlalu pekat, yang dapat menghambat laju gerakan sperma
terlalu asam, yang dapat mematikan sperma.
• Berat Badan Tidak Seimbang
Berat badan yang tidak seimbang dapat mengganggu kesuburan perempuan, karena tubuh memerlukan 17% dari lemak tubuh di awal masa siklus haid, dan 22% di sepanjang siklus haid. Lemak tubuh mengandung enzim aromatase yang dibutuhkan untuk memproduksi hormon estrogen. Jadi, jika persediaan lemak dalam tubuh tidak memadai, akan memberikan andil besar terhadap ketidaksuburan.
• Faktor Usia
Pada wanita, begitu masuk usia 35 tahun, kesuburan akan menurun dan semakin menurun drastis di usia 37 tahun sampai akhirnya masuk ke masa menopause di atas 40-45 tahunan. Cadangan sel telur akan terus berkurang setup kali wanita mengalami menstruasi dan lama-kelamaan akan habis saat menopouse. Sebaliknya, usia tidak membatasi tingkat kesuburan pria dimana “pabrik sperma” akan terus memproduksi sel-sel sperma selama anatominya normal.

• Gaya Hidup Yang Penuh Stres
Gaya hidup ternyata pegang peran besar dalam menyumbang angka kejadian infertilitas, yakni sebesar 15-20%. Gaya hidup yang serbacepat dan kompetitif dewasa ini rentan membuat seseorang terkena stres. Padahal kondisi jiwa yang penuh gejolak bisa menyebabkan gangguan ovulasi, gangguan spermatogenesis, spasme tuba fallopi, dan menurunnya frekuensi hubungan suami istri.

• Kelainan Mulut Rahim
Normalnya, mulut rahim mengarah ke depan (antefleksi), sehingga berhadapan langsung dengan dinding belakang vagina. Kondisi inilah yang memungkinkan spermatozoa sampai ke dalam saluran mulut rahim yang menghubungkan antara vagina dan rongga rahim. Penyimpangan dari posisi normalnya, seperti retrofleksi (posisi rahim menghadap ke belakang), bisa menghambat terjadinya kehamilan.

• Kelainan Rahim
Adanya kelainan rongga rahim karena perlengketan, mioma atau polip; peradangan endometrium dan gangguan kontraksi rahim, dapat mengganggu transportasi spermatozoa. Kalaupun sampai terjadi kehamilan biasanya kehamilan tersebut akan berakhir sebelum waktunya.




2.4 Tingkat kesuburan dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Fertilitas.
Fertilitas adalah kemampuan istri menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilinya.
2. Infertilitas
a. Pengertian.
Infertilitas adalah suatu keadaan pasangan suami istri yang ingin mempunyai anak tetapi tidak bisa mewujudkan keinginannya tersebut karena adanya masalah kesehatan reproduksi baik pada suami atau istri.
b. Pembagian Infertilitas
Infertilitas dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Infertilitas primer
Infertilitas primer adalah pasangan usia subur yang telah melakukan hubungan suami istri teratur 2-3 kali semingggu tanpa memakai alat kontrasepsi selama 1 tahun tetapi belum terjadi kehamilan juga.
2. Infertilitas Sekunder
Infertilitas sekunder adalah pasangan usia subur yang telah punya anak dan sudah tidak menggunakan alat kontrasepsi serta melakukan hubungan suami istri teratur 2-3 kali tetapi belum hamil juga.
c. Penyebab Infertilitas
1) Pada suami dikarenakan kelainan alat kelamin factor fungsional.
2) Pada istri dikarenakan kelainan anatomis alat kelamin, kelainan fungsi.
3) Kurang pengetahuan
4) Reaksi imunologi
3. Peran Bidan dikomunitas terhadap tingkat kesuburan.
a. Fertilitas yaitu dengan KB
b. Infertilitas :
1. Melakukan rujukan sehingga pasangan infertile dapat penanganan yang tepat
2. Konseling tentang variasi dalam hubungan seksual, cara menghitung masa subur, makanan yang dapat meningkatkan kesuburan suami atau istri.
3. Mencari ketenangan psikologis.














BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masalah kesuburan merupakan suatu hal yang sangat mengganggu bahkan bisa mengancam keutuhan suatu rumah tangga. Masalah kesuburan terjadi akibat terganggunya sistem reproduksi pada wanita dan terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas sperma pada pria. Sebuah penelitian menyatakan bahwa masalah kesuburan terjadi pada 40% akibat perempuan, 40% akibat laki-laki dan 30% akibat keduanya.
3.2 Saran
Kami menyarankan agar para wanita sejak remaja menjaga kesehatan reproduksinya dengan cara makan-makanan dengan menu gizi seimbang, dan merawat hygien dari alat genetalianya.









DAFTAR PUSTAKA

Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI. Jakarta.

Behrman. Kliegman. Arvin. (2000). Ilmu Kesehatan Anak (Nelson Textbook of Pediatrics). EGC. Jakarta.
Depkes. (2007). Kurikulum dan Modul Pelatihan Bidan Poskesdes dan Pengembangan Desa Siaga. Depkes. Jakarta.

Depkes RI. (2007) Rumah Tangga Sehat Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Pusat Promosi Kesehatan.

Depkes RI, (2006) Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit, Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

Depkes RI. (2006). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.